HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Sekilas Proyek Candi

Rabu, 1 Oktober 2008, 00:56 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Nggak bisa dipungkiri kalau artikel candi-candi adalah salah satu ciri khas dari blog Maw Mblusuk? ini. Yah, sebut saja sebagai Proyek Candi. Proyek ini merupakan kegiatan isengku untuk mengeksplorasi sekaligus memotret candi yang sudah berjalan sejak bulan April 2008.

 

Sasaran dari proyek ini adalah menerbitkan artikel tentang candi-candi yang tersebar di provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Syukur-syukur juga kalau juga bisa mampir ke candi-candi yang ada di provinsi lain.

 

Tujuan dari proyek ini adalah untuk mendongkrak candi sebagai pariwisata berbasis budaya, arkeologi dan sejarah, sesuai dengan tema Visit Indonesia yang dicanangkan oleh Departemen Pariwisata dan Kebudayaan.

 

Biar tambah keren dan oke punya, ini nih visi dan misi Proyek Candi. #senyum.lebar

 

Visi Proyek Candi

  1. Mendongkrak popularitas candi-candi kecil sebagai pariwisata berbasis budaya, arkeologi dan sejarah.
  2. Mempromosikan potensi lokal sebagai perwujudan tahun pariwisata Indonesia 2008 yaitu Visit Indonesia 2008 yang dicanangkan Departemen Pariwisata dan Kebudayaan.
  3. Melengkapi sumber-sumber literatur mengenai candi yang amat sangat minim di internet.

 

Misi Proyek Candi

Berkunjung ke candi-candi di provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk kemudian dieksplorasi dan hasilnya dituangkan dalam bentuk tulisan dan foto. Tulisan tersebut memuat informasi mengenai panduan lokasi, sejarah, keunikan, potensi lokal, dan lain-lain yang berkaitan dengan candi-candi tersebut. Tulisan itu kemudian akan dipublikasikan di Internet untuk dinikmati khalayak ramai. Tidak menutup kemungkinan bila kemudian dipublikasikan dalam bentuk media cetak.

 

Di Balik Layar Proyek Candi

Blog candi Mathriphe Zamroni
Aku nggak sendiri! Blog milik Kang Zamroni
yang berjudul JengJeng Matriphe!
juga menyajikan artikel tentang candi.

Selama ini kalau kita mendengar kata “candi” pasti yang terbayang adalah sekumpulan batu-batu tua yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bangunan. Nggak salah sih, tetapi kalau bayangan tersebut diperjelas, mungkin yang akan muncul adalah bayangan Candi Borobudur atau Candi Prambanan. Ya toh?

 

Karena aku ini hobinya membonceng #hehehe, kepinginnya sih membonceng ketenaran dua candi itu di jagat maya. Tapi ternyata, masih ada puluhan candi lain yang tersebar di seantero pulau Jawa bahkan di pulau Sumatra, Kalimantan, serta Bali! Tahu fakta kayak gitu, aku jadi tergerak buat mengangkat popularitas candi-candi kecil tersebut di jagat maya supaya terkenal kayak aku, hehehe. #hehehe

 

Aku pernah dapet komentar dari seseorang,
“Kenapa sih repot-repot pergi jauh ke candi hanya untuk memotret batu-batu? Kurang kerjaan sekali.”

 

Kalau aku renungi dalam-dalam, mungkin apa yang dikatakan orang tersebut ada benarnya juga sih. Aku nggak menyalahkan orang tersebut, karena mungkin bagi dia apa yang aku perbuat ini nggak memberikan nilai apa pun. Nilai yang zaman sekarang ini diukur dari besar nominal material (baca: duit!).

 

Tetapi bagaimana bisa? Lha wong retribusi masuk candi-candi kecil yang hanya Rp500 atau seikhlasnya saja itu nggak menarik minat masyarakat untuk datang berkunjung kok? Paling-paling candi didatangi orang hanya sebagai tempat pacaran, yaaah! #sedih

 

Andreas Yenri Menjelajah Candi saat KKN
Banyak pihak dilibatkan dalam proyek ini,
Andreas sampai Unit 80 KKN-PPM UGM
Semester Pendek 2007/2008
.

Terus, gimana ceritanya aku bisa sampai hati melakukan pekerjaan ini yang membuat aku dapet predikat “tukang cari batu”?

 

Aku kan hobinya motret. Tapi objek motretnya nggak sembarangan. Soalnya, aku paling seneng kalau motret yang ada unsur budayanya. Karena waktu itu udah kehabisan bahan aku mau pergi KKN yang temanya pariwisata Candi Sojiwan, maka dari itu aku motret candi deh sama-sama Andreas.

 

Kalau diperhatikan dari sisi fotografi, candi itu bangunannya unik lho! Bayangkan saja, batu ditumpuk-tumpuk begitu, bisa berdiri lagi, apa nggak ada sense of art-nya? Canggih juga ya eyang-eyang kita? Di zaman dulu saja sudah bisa bikin karya seni kayak gitu lho! #senyum.lebar

 

Ya, awalnya sih fokusku datang ke candi hanya untuk memotret thok. Tapi lama-lama, nggak seru kan kalau nggak ngobrol sama warga atau juru pelihara di sana. Nah, bermunculan lah cerita-cerita mengenaskan tentang candi. Terutama di candi-candi kecil.

 

Naluri jurnalistikku makin lama makin bergejolak. Setelah itu, lahirlah (cielah!) banyak artikel tentang candi-candi. Jadi, aku maunya sih artikel-artikel itu nggak hanya bilang kalau “di sini nih ada candi lho!” tapi juga “di sini kondisi candinya memprihatinkan kayak gini lho!”. Selain itu, sepertinya sedikit sekali artikel-artikel di jagat maya yang memuat informasi candi, foto-fotonya, dan panduan rute sesat untuk pergi ke candi.

 

Kontroversi

Ilmu dan Teknik Fotografi Candi di Lapangan
Dari kunjunganku ke candi-candi,
aku memperoleh "ilmu lapangan"
tentang pemotretan candi.

Tapi ini yang paling kontroversial. Ada banyak orang yang sungkan berkunjung ke candi karena (maaf!) candi itu kan tempat ibadah pemeluk agama lain (karena saya muslim you know ?).

 

Oke lah. Memang benar bahwa candi itu adalah tempat ibadah umat Hindu atau Buddha. Banyak patung-berhalanya lagi #hehehe. Tapi itu kan kalau kita memandang candi sebagai tempat ibadah (memang aku bakal nyembah patung itu apa?).

 

Candi itu umurnya udah ratusan tahun lho! Yang membangunnya ya eyang-eyang kita sendiri. Jadi, boleh kan kalau aku memandang candi itu sebagai bagian dari sejarah bangsa kita? Bukan lagi dominan sebagai tempat ibadah?

 

Sayangnya, sekarang ini sejarah itu terlupakan. Umumnya generasi muda sekarang ini malas belajar sejarah, kewarganegaraan, dan agama. Senangnya berprilaku konsumtif dan money-minded (jual arca! #hehehe). Selain itu, sampai sekarang kan belum ada yang tahu secara pasti teknologi untuk membangun candi.

 

Nah kan, masih banyak tuh tabir-tabir misteri candi yang bisa disingkap. Jadi, kita nggak bisa memandang candi itu hanya sebagai tempat ibadah aja. Untukku sendiri, singgah di candi itu bagaikan suatu petualangan tersendiri, mendaki bukit dan menyibak hutan hanya untuk melihat candi yang hancur. Bagaikan nemu harta karun deh, lost civilization gitu. #senyum.lebar

 

Koreksi

Eeeh, aku ini kan dari bidang ilmu matematika. Rasanya nggak nyambung gitu kalau aku membahas arkeologi. Apalagi candi-candi. Alhasil, aku merasa kalau artikel-artikelku tentang candi ini nggak ilmiah.

 

Jadi, buat mas/mbak/pak/bu arkeolog yang membaca blog ini. Jika anda-anda menemukan yang kurang di artikel saya, tolong kabari saya dan bantu untuk memperbaikinya ya! Kasih komentar gitu maksudnya, hehehe. #hehehe

 

Seenggaknya, semoga artikelku ini bisa berguna buat referensi tugas-tugas sejarah anak SMP dan SMA (dipersembahkan untuk Al-Izhar Pondok Labu) atau anak kuliah.

 

Ini yang terakhir deh. Kalau aku memperhatikan benda-benda cagar budaya, kok ya seperti aset bangsa yang ditelantarkan ya? Nah, dengan artikel-artikel candi ini, aku berharap ini bisa dimanfaatkan sebagai langkah awal kita agar mengerti sejarah serta budaya bangsa ini.

 

Yah, mungkin ini caraku untuk berbakti bagi Indonesia. #senyum

NIMBRUNG DI SINI