Di negeri londo sana, tanggal 14 Februari itu disebut-sebut sebagai hari valentin. Hari yang konon penuh dengan aura cinta dan kasih-sayang. Ihik ihik.
Untuk warga Jogja dan sekitarnya, pagi hari di hari valentin 2014 adalah hari yang nggak akan terlupakan. Di hari Jum’at pagi (14/2/2014) itu mimpi valentinku terputus oleh dering telpon. Aku baru mengumpulkan nyawa, di seberang telepon sudah bertanya.
“Bangun! Pikirmu sekarang jam berapa!?”
Aku nengok ke jendela. Langit masih gelap. “Jam lima ya? Apa jam empat?”
“Ini sudah jam enam lebih lho!”
Ada apa ini pikirku. Malam harinya aku masih melek bekerja sampai pukul dua pagi. Sambil diselingi menonton video Korea Utara di YouTube. Apa jangan-jangan pagi ini Jogja diserbu tentara Pyongyang?
“Di luar hujan abu!”
Aku lompat dari kasur. Nyawa mendadak full 100%. Benar saja, abu sudah masuk halaman rumah. Aku lantas ngibrit keluar ke pos ronda dan ikut ngumpul bareng para tetangga yang sedang nonton tayangan televisi.
Oh, ternyata Gunung Kelud di kabupaten Kediri, Jawa Timur meletus semalam. Hujan abunya mengguyur Kota Jogja yang berjarak lebih dari 300 km dari Kediri. Suasana ini bikin aku teringat sama peristiwa bencana empat tahun silam saat Merapi erupsi. Suasana Kota Jogja yang berdebu saat itu sempat diabadikan oleh temanku si Indomie Goreng. Eh? Apa saat ini dia juga melakukan hal yang sama ya?
SILAKAN DIBACA
Setelah memastikan kondisi rumah aman untuk ditinggal, aku pun mencoba meniru tingkahnya Indomie Goreng empat tahun silam yaitu keliling kota Jogja. Selain untuk moret-motret, aku sebenarnya berniat sekalian mampir ke Pasar Kranggan, beli ikan untuk makan kucing-kucingku.
Bersepeda ke Pasar Kranggan yang berjarak kurang dari 1 kilometer itu terasa bagaikan bersepeda sejauh 5 km. Debu-debu berterbangan. Jarak pandang terbatas. Betul-betul penuh perjuangan deh!
Eh, sampai di Pasar Kranggan, aku hanya bisa pasrah melihat para pedagang yang bernisiatif tutup lebih awal karena barang dagangan mereka tercemar debu vulkanik. Beh! Kucing-kucingku terancam puasa hari ini...
Ya sudah, dari Pasar Kranggan aku lanjut bersepeda ke kediamannya Paklik Turtlix, persis yang aku lakukan di tahun 2010 silam. Sekarang lebih enak sih. Dirinya sudah pindah dari Jogokariyan ke Tegalrejo yang berjarak sekitar 1 kilometer kurang dari Pasar Kranggan.
Setelah menembus kepulan debu yang berterbangan di Jl. Magelang, akhirnya sampai juga di kediamannya Paklik Turtlix. Sekarang dia sudah tinggal bareng Indomie Goreng yang jumlah peliharaan kucingnya masih banyak. Aku jadi nggak enak hati mau minta ikan. Tapi bukannya diberi ikan, aku malah diberi piring buat disuruh sarapan. Ya sudahlah.
Setelah bertamu beberapa menit, aku meluncur pulang lewat rute yang berbeda pas pergi. Sebenarnya sih mau mencari masker, karena aku nggak punya persediaan masker di rumah.
Pas lewat perempatan Tugu, aku lihat banyak relawan yang bagi-bagi masker. Jadilah aku minta satu masker dari mereka. Di sana aku melihat ada seorang bapak memasang masker dibantu relawan. Si bapak ini masang maskernya sendiri sih. Lha terus ngapain si relawan? Nah, si relawan ini membantu memegang meja yang dibopong si bapak di kepalanya itu supaya tidak jatuh. Kenapa ya si bapak tidak menurunkan mejanya itu dulu?
Menurutku inilah makna hari kasih-sayang yang harus kita tularkan, tolong-menolong, bukan cinta-cintaan. Apa pun kesusahan yang dihadapi manusia bakal bisa teratasi asalkan saling tolong-menolong. Eh, tapi harus dari sisi positif lho ya! #senyum.lebar
Bicara tentang tolong-menolong, aku pingin agar pertolongan juga datang dari langit, berupa hujan air (hujan duit ya bolehlah), agar abu yang nempel di atap dan pohon ikut tersapu. Jadi kalau sudah bersih-bersih rumah nggak kotor lagi kena abu.
Ya sudah deh, aku mau ngepel lagi. Lebih efektif dipel supaya debunya nggak berterbangan.
Pembaca juga kena debu Gunung Kelud nggak ya?
keras \"klotak-klotak\" disertai suara dentuman seperti suara meriam. Kemudian saya dan
keluarga keluar rumah, ternyata hujan pasir dan kerikil di daerah rumah saya, Bendo,
Pare, Kediri. saat hujan terjadi warna langit memerah. paginya saat keluar rumah, sudah
banyak pasir di mana2, seperti hujan salju hahah :D. kejadian gunung kelud waku itu
menyeramkan dan menyenangkan.
mobil, dan tanaman depan rumah yang kotor tapi gak biasa gitu kotor nya. Setelah cek info
di medsos, ternyata abu nya memang sampe Bandung dan Jakarta.
Semoga semua baik-baik aja ya...
sudah berdebu. Mas, itu motonya bgm supaya lensa tidak kena debu?