HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Suatu Pagi di Gajah Wong Park Umbulharjo

Senin, 13 Januari 2014, 08:03 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Tahun baru Hijriyah ke-1435 yang jatuh di hari Selasa (5/11/2013) sedikiiit memberi ruang buatku untuk kabur dari suntuknya pekerjaan menjelang akhir tahun. Saatnya sejenak memalingkan mata dari layar monitor dan menghirup segarnya udara pagi.

 

Eh? Tapi di mana ya?

 

Bilamana di tahun 2012 silam aku bersama pasukan PEKOK bersepeda ke Pantai Bekah, maka di hari Selasa tahun 2013 ini aku ingin bersepeda yang dekat-dekat saja. Yang terbesit di benakku waktu itu adalah sarapan soto di wilayah Bantul yang mepet-mepet Kota Jogja macamnya di seputar Kecamatan Kasihan, Sewon, atau Banguntapan.

 

Bagi Pembaca mungkin ini terdengar konyol, tapi aku masih memeluk keyakinan bahwa harga semangkuk soto di Bantul itu jauh lebih murah dibanding harga semangkuk soto yang ada di Kota Jogja. Apalagi mencari soto seharga Rp5.000 per mangkuk di Kota Jogja saat ini sudah semakin sulit.

 

Eh, apa Pembaca juga merasa harga soto di Kota Jogja semakin mahal?

 

Maka dari itu, demi mendapatkan semangkuk soto murah-meriah, bersepedalah aku menuju ke arah selatan, menuju Bantul. Tapi, baru sampai Jl. Gambiran, Umbulharjo, aku berhenti saat melihat plang seperti foto di bawah ini.

 


Apaan ya itu Gajah Wong Park?

 

Didorong rasa penasaran, aku segera mengubah haluan ke arah 200 meter seperti yang tertera pada plang di atas. Awalnya sih aku agak bingung. Sebab, aku malah masuk-masuk ke area kompleks perumahan, karena ternyata Gajah Wong Park itu ya ada di dalam kompleks perumahan.

 

Tapi ternyata, walaupun cabang jalan di kompleks perumahan itu lumayan banyak, ada banyak petunjuk arah menuju Gajah Wong Park. Selain itu, warga setempat juga mengerti lokasinya kok.

 


Tersedia tempat parkir sepeda. Karena tidak ada yang jaga, harap sepedanya dikunci ya!

 


Kalau ingin buang air jangan di sungai, tapi di tempat ini.

 

Gajah Wong Park yang dibangun pada Senin Kliwon, 10 Juni 2013 silam bagaikan oase di tengah padatnya hiruk-pikuk kota Jogja. Yang disayangkan, sebagaimana umumnya taman yang ada di Indonesia, Gajah Wong Park aku perhatikan kurang terawat. Mungkin hal ini bisa dimaklumi karena Indonesia beriklim tropis yang membuat tanaman liar berkembang dengan pesat. Eh, apa mungkin juga kurang tenaga perawat taman ya?

 


Rumputnya tinggi-tinggi, sedikit lagi sudah mirip semak belukar.

 


Pemandangan Gajah Wong Park dari atas gardu pandang. Klik untuk memperbesar.

 

Yang menyenangkan dari Gajah Wong Park adalah keberadaan berbagai macam permainan untuk anak-anak, misalnya jungkat-jungkit dan perosotan. Berhubung hari ini bertepatan dengan hari libur nasional, banyak anak-anak yang bermain di Gajah Wong Park di pagi hari yang cerah itu. Mereka asyik bermain petak umpet dan bersepeda keliling taman. Ada juga para remaja yang duduk-duduk sambil bercengkrama. Sejumlah orangtua juga terlihat mengajak anak balita mereka menikmati pagi di Gajah Wong Park. Cocok juga kan untuk tempat menyuapi anak yang susah makan, hehehe. #hehehe

 


Kapan terakhir kali pembaca main petak umpet?

 


Oh, jadi lokasi jalan-jalan para gadis toh?

 


Pas aku kecil seneng mainan seperti ini.

 


Beberapa mainan informatif kondisinya sudah tidak terlalu baik.

 

Taman ini diberi nama Gajah Wong Park karena memang tepat berada di pinggir sungai Gajah Wong. Adapun nama sungai Gajah Wong sendiri berasal dari cerita rakyat bahwasanya sungai ini pernah menelan korban jiwa seekor gajah beserta pawangnya saat masa Kerajaan Mataram.

 

Sungai Gajah Wong sendiri belum bisa disebut bersih walaupun ya tidak sekotor Sungai Ciliwung yang melintasi ibu kota negara kita. Kita bisa menjumpai sejumlah mata air yang menyokong Sungai Gajah Wong di sekitar area Gajah Wong Park ini.

 


Mungkin gajah yang hanyut di sungai ini bentuknya seperti ini. Tapi yang ini versi kecilnya, hehehe.

 


Sungai Gajah Wong yang tidak kotor tapi juga ya tidak terlalu bersih.

 


Salah satu mata air sungai Gajah Wong yang bernama Telapak Tirto
.

 

Setelah puas mengelilingi Gajah Wong Park, aku pun bertolak kembali melanjutkan misi utama untuk mencari sarapan soto. Sayang waktuku terbatas karena teralihkan dengan kunjungan mendadak di Gajah Wong Park. Alhasil, aku harus puas menyantap soto seharga Rp8.000 per mangkuk di Jl. Rejowinangun yang berbatasan dengan Kecamatan Banguntapan, Bantul.

 

 

Nah, Pembaca apa pernah menjumpai soto seharga Rp5.000 per mangkuk?

 

Eh, maksud aku, apa Pembaca tahu atau sudah pernah berkunjung ke Gajah Wong Park?

 

Kalau Pembaca bermaksud mengunjungi Gajah Wong Park dengan angkutan umum, bisa lho dengan menggunakan bus Trans Jogja jalur 2A.

NIMBRUNG DI SINI