Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Saat tahu ada candi yang letaknya di sekitar wilayah ringroad utara Yogyakarta, aku dan Andreas jadi tertarik untuk singgah ke sana. Alhasil, pada hari Jum’at sore (5/9/2008) kami berdua pun meluncur ke lokasi.
Menurut penuturan beberapa sumber, letak candi tersebut terletak di Desa Condong Catur yang notabene masih tergolong kawasan kos-kosan mahasiswa. Oh iya, candi yang aku maksud ini bernama Candi Gebang.
Rute Perjalanan "Tricky" ke Candi Gebang
Rute menuju Candi Gebang dari Kota Jogja nggak begitu sulit tapi cenderung tricky kalau mata nggak jeli, hehehe #hehehe.
Titik awal keberangkatan paling mudah itu dari perempatan ringroad Jl. Gejayan (sekarang namanya Jl. Affandi). Dari sini, susuri ringroad utara ke arah timur. Disarankan lewat jalur lambat (jalurnya sepeda motor). Nanti bakal lewat di depan Kantor Polda DI Yogyakarta. Ini masih lurus terus. Kemudian bakal lewat di depan Rumah Sakit JIH. Ini juga masih lurus terus.
Nah, setelah itu bakal melewati depan Pasar Condong Catur. Mulai pelankan laju kendaraan karena di dekat Pasar Condong Catur ini ada pertigaan dengan cabang jalan ke arah utara. Bila diperhatikan, di pertigaan ini ada banyak papan iklan dan reklame. Salah satunya adalah papan petunjuk arah ke Candi Gebang seperti yang bisa Pembaca lihat pada foto di bawah ini.
Gimana tricky kan? #senyum.lebar
Susuri Jl. Nusa Indah tersebut hingga nanti berlanjut ke Jl. Candi Gebang. Di Jl. Candi Gebang ini nanti bakal bertemu dengan pertigaan "semu" yang memiliki cabang jalan bernama Jl. Kebugaran. Ikuti jalan kecil ini dan juga petunjuk-petunjuk dari papan-papan arah lain hingga nanti sampai ke Candi Gebang.
Ini yang menjadi tantangan jika berkunjung ke Candi Gebang. Iya sih lokasinya terbilang dekat dari Kota Jogja. Akan tetapi, berhubung letak Candi Gebang lumayan jauh dari ringroad, ditambah penempatan papan petunjuk arah yang "tersamarkan", alhasil perjalanan ke Candi Gebang terasa penuh tantangan dan rawan nyasar. #senyum.lebar
Secara administratif, Candi Gebang terletak di Dusun Gebang, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Oh, ternyata sudah masuk wilayah Wedomartani, Ngemplak, bukan lagi Condong Catur, Depok. Meski begitu, di sekitar sini ya masih banyak kos-kosan mahasiswa. Kan lokasinya terbilang dekat dengan Universitas Pembangunan Negeri "Veteran" Yogyakarta.
Selain mengisi buku tamu, pengunjung ditarik biaya retribusi sukarela. Kami sih memberi Rp3.000 untuk masuk ke kompleks Candi Gebang. Yah, hitung-hitung untuk ongkos bersih-bersih lah. #hehehe
Sejarah Candi Gebang dan Arca yang Hilang
Candi Gebang ditemukan pada bulan November 1936 oleh seorang petani yang sedang menggali tanah untuk mencari batu. Secara tidak sengaja, cangkulnya terantuk batu yang ternyata adalah arca Ganesha. Dinas Purbakala lantas menindaklanjuti penemuan ini dengan proses ekskavasi yang berujung pada penemuan pondasi kaki candi.
Candi Gebang diduga runtuh dan kemudian terkubur dalam tanah akibat dari efek letusan gunung Merapi beratus-ratus tahun yang lalu. Diduga pula Candi Gebang didirikan pada kurun tahun 730 hingga 800 masehi. Candi Gebang selesai dipugar pada tahun 1940.
Candi Gebang merupakan candi berlatar belakang agama Hindu. Mudahnya, karena di dinding luar bangunan candi induk terdapat Arca Ganesha. Sayangnya, hanya Arca Ganesha itu saja yang ada. Arca Agastya dan Arca Durga yang biasa mendampinginya tidak ada.
Di dalam bangunan candi induk terdapat yoni. Akan tetapi, lingga yang biasa mendampingi yoni juga tidak ada. Ah, Candi Gebang sepertinya memiliki catatan buruk akan arca-arca yang hilang. Pada tahun 1989 kepala Arca Nandiswara dicuri dan sampai saat ini belum ditemukan. #sedih
Dua Keunikan khas Candi Gebang
Meskipun ada banyak arca yang hilang, Candi Gebang masih menyimpan keunikan-keunikan lain yang membuat penasaran. Pertama, keberadaan yoni di dalam bangunan induk menandakan bahwa fungsi Canding Gebang adalah sebagai tempat ibadah. Orang bisa masuk untuk beribadah di dalam bilik berisi yoni tersebut. Anehnya, Candi Gebang tidak memiliki arsitektur tangga atau celah khusus untuk menaruh tangga.
Besar kemungkinan, orang-orang di zaman dulu memang memasuki bilik Candi Gebang melalui tangga kayu. Akan tetapi, mengapa arsitektur candinya dibuat tanpa tangga?
Keunikan kedua adalah bagian atap Candi Gebang yang berhiaskan arca kepala manusia. Sebutan lain untuk arca kepala manusia ini adalah arca kudu. Uniknya, Candi Gebang adalah satu-satunya candi Hindu di wilayah Yogyakarta yang memiliki bagian atap berhiaskan arca kudu. Candi Hindu lain yang memiliki hiasan arca kudu adalah candi-candi Hindu yang ada di Dataran Tinggi Dieng.
Jadi, apa hubungan Candi Gebang dengan candi di Dieng?
Apakah dahulu arsitek Candi Gebang memiliki hubungan dengan arsitek candi di Dieng?
SILAKAN DIBACA
Catatan Memfoto Candi Gebang
Candi Gebang adalah candi yang menarik untuk dikunjungi. Selain karena keunikan-keunikan yang memicu berbagai pertanyaan, kompleks Candi Gebang ibarat oase di tengah kota yang sibuk.
Taman yang tertata apik, pepohonan yang rindang, serta bangku-bangku adalah elemen-elemen yang diperlukan warga Kota Yogyakarta untuk sejenak melepas penat. Sayang, keanggunan bangunan bersejarah ini sedikit terganggu oleh pemandangan bangunan Stadion Maguwoharjo yang jauh lebih megah. #hehehe
Eh, aku mau curhat sebentar nih Pembaca. Sepertinya kami datang di waktu yang kurang tepat. Karena kami datang di sore hari, ya sudah pasti posisi matahari ada di sisi barat kan? Nah, kalau aku memotret bangunan candi dari sisi depan (menampilkan pintu candi) jelas bakal backlight karena aku memotret menghadap matahari. Karena pintu masuk Candi Gebang menghadap ke arah timur. Akan tetapi, kalau dicermati memotret dari sisi depan candi pun terkendala oleh terbatasnya ruang pemotretan.
Duh mau motret Candi Gebang kok serba salah seperti ini ya?...
Ya sudahlah. Pembaca ditunggu kunjungannya ke Candi Gebang!
Oh iya, kalau mau berkunjung ke Candi Gebang enaknya pakai kendaraan pribadi karena tidak ada angkutan umum yang lewat sini. #senyum.lebar
suka bgt lihatnya... akhir Januari 2021 lalu gowes
sendiri ke candi gebang, sayang tutup karena psbb.
Candi2 Jogja semua cantiikkk dan terawat
sekarang, rekomen banget candi ratu Boko, candi
Barong, candi Ijo. Duhhh cantikk2 dan kokoh
larangan memotret candi, saya rasa ada
baiknya juga, publikasi yg \"sembarangan\"
ibarat memamerkan harta kita kesemua
orang, bisa sj memancing tindak kejahatan.
Sbg contoh, adakah candi yg luput dr
pencurian, saya rasa semua candi pasti ada
tyg arcanya hilang (minimal kepala arcanya
yg hilang), dimata awam arca hanyalah
batu,tp dimata pencuri arca tsb terlihat spt
tumpukan uang. Bisa saja kita share foto
arca dr candi yg indah, esoknya arca tsb
hilang karena pencuri mendapat info dr
postingan kita, LEBIH BIJAKLAH dlm share
sesuatu , kadang niat baik tidak selalu
berujung dg kebaikan.
Ternyata ada tho plangnya,,
Jadi pengen maen ksana :D
Bakal sering-sering mampir ksini. Hehe. Maklum, nge-fans banget sama bebatuan....
Btw, anak UGM jg y mas? Kok kaos KKNnya sama ky tempatku :D. Salam kenal y. Kapan2 pengen mblusukan bareng.....
(i.e.: kamera). Dia berseragam gak?
Memang baru sedang dibangun candinya. Mungkin ada tujuan untuk 'mengamankan'
saja. Ada beberapa orang dinas dari propinsi yang sering berlalu lalang di sana (ini kata
satpam yang jaga candi). Mungkin kalau sudah selesai dipugar, kita bisa dengan santai
menikmatinya.
berhasrat pengen motret landscape. entah kenapa, yang terpikirkan pertama kali adalah
candi ratu boko. dan ternyata, hasil2 potretannya lumayan. yang pasti, aku merasa ada
nuansa mistis, terutama pada komposisi foto yang candinya diambil dari jarak jauh dan
cuma jadi POI di foto. singkat cerita, aku ketagihan motret candi.
lalu aku google, dan ketemu beberapa situs yang muat info tentang candi, termasuk
situs ini. nah, singkat cerita lagi, aku kemarin (rabu) memutuskan buat motret candi lagi.
aku baca2 tulisanmu, dan karena aku sedang agak malas, akhirnya aku putuskan buat
ke candi gebang, karena letaknya betul2 dekat. peralatan motret lengkap, seorang kawan
setuju buat ikut motret, dan pergilah kami ke gebang.
sampai di candi gebang, di bangunan kecil di dekat gerbang, ada dua orang yang jaga ini
candi. pas mau bayar retribusi (sekarang tarifnya Rp. 2000,- untuk orang dewasa dan Rp.
1.000,- buat anak2), dan karena lihat kami bawa kamera, kami malah ditanya2
pertanyaan ga penting. anda dari mana? ada keperluan apa? dari instansi mana?
blablabla. mana nanyanya pake muka ga bersahabat pula. terus terang agak emosi. tapi
akhirnya kujawab2 aja. kawanku, yang sedikit kupaksa nemani, udah mulai gerah juga.
akhirnya, setelah banyak pertanyaan ga mutu aku jawab, dua orang itu mengeluarkan
kertas yang berisikan semacam instruksi dari pemerintah daerah yang mewajibkan kami
melapor ke 3 dinas di pemkot sleman kalo mau motret ini candi. alasannya, ada
penertiban publikasi candi. aku liat di dokumen itu, dibuat tahun 2007. lah, aku bilang aja
dengan agak emosi, kawanku baru aja ke sini dan motret ini candi ga ada masalah.
jawabnya: \"iya, minggu kemarin bapak kepala dinas ke sini, kasih instruksi\".
wah, asu pikirku. aku tahu betul kalo udah bawa2 \"bapak kepala dinas,\" pasti ujung2nya
minta duit. tanpa pikir panjang, aku langsung cabut dari situ. tanpa motret, tanpa sempat
liat2 candi karena terlanjur emosi, dan perasaan menyesal karena sudah sedikit
memaksa kawanku ikut motret di sini.
begitu ceritanya mas Wijna. maaf agak panjang. cuma mau kasih info aja ke pembaca
yang tertarik mau berkunjung ke sini. dan mau kasih sedikit bahan tulisan buat mas
wijna. menurutku, memang sangat perlu melestarikan sejarah. tapi masalahnya, sejarah2
itu berserakan di Indonesia, dengan sistemnya yang udah busuk di segala bidang.
pemerintah cuma becus buat birokrasi2 sulit, bahkan cuma buat memotret candi yang
toh kalo aku publikasikan, mereka dapat untung, ga harus kerja publikasi. ketika
ditanyakan mengenai situs2 purbakala yang diperjualbelikan, mereka angkat tangan. dan
karena sistemnya busuk, pemerintah busuk, maka dua orang bapak2 di candi itu jadi
ikut2an busuk juga. coba cari uang \"halal\" dengan \"menertibkan publikasi\" atas candi.
ternyata, masalah2 begini bukan cuma terjadi di tempat2 budaya di jawa aja.
sepulangnya dari gebang, aku cerita dengan kawanku yang suka backpacker kesana
kemari. katanya, ketika dia backpackeran ke sulawesi, dan ke salah satu candi (entah
apa aku lupa) di sana, dia dimintai uang pas mau ambil foto. alasannya kurang lebih
sama dengan candi gebang. kawanku ini wartawan, dan karena keberatan dimintai uang,
dia keluarkan kartu pers. orang yang minta uang langsung kecut, ga jadi minta uang.
usut punya usut, ternyata uang yang dikucurkan pemerintah, sedikit buat mereka yang
tiap hari harus bersihin candi itu. walhasil, mereka ber \"eksperimen\" untuk cari uang lebih
dengan minta uang dari orang2 yang motret candi.
nah, gimana tuh mas Wijna menurut anda? sori betul2 panjang aku komennya. aku
beneran emosi soalnya. hehe.
Dilematis memang...