Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Di antara jejeran perbukitan kapur, adalah hal yang lumrah bilamana ada beberapa ceruk yang lantas membentuk struktur gua. Fenomena alam yang demikian itu terjadi di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang terletak di kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Di kawasan ini, terdapat 2 gua yang difungsikan sebagai objek wisata. Gua yang dimaksud bernama Gua Batu dan Gua Mimpi.
SILAKAN DIBACA
Dari 2 gua yang ada di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, aku, Bapak, Ibu, dan Tiwul menyempatkan diri berkunjung ke Gua Batu. Letak Gua Batu berada di ujung jalan semen yang membentang dari puncak Air Terjun Bantimurung. Jaraknya sekitar 800 meter dari puncak air terjun. Harus aku akui, trekking di tengah hutan ditambah dengan cuaca yang panas, lumayan banyak menguras stamina. Wew.
Di muka Gua Batu, kami disambut oleh seorang bapak pemandu bernama Daeng Tipo. Seperti lazimnya para pemandu, beliau menawarkan jasa untuk mendampingi kami menjelajah gua. Berhubung Gua Batu ini gelap dan entah apa gerangan yang ada di dalam sana #hehehe, maka kami menyambut hangat tawaran beliau... dengan tawar-menawar tentunya. #hehehe
Ah, yang benar saja? Tarif sewa satu senter Rp15.000 sementara satu petromaks kok Rp60.000? Tarif-tarif seperti ini tentu lazim dijumpai di tempat-tempat wisata. Di mana harga-harga meroket bak komoditas langka. Meski demikian, harga pun sebenarnya tak baku. Fluktuatif dan relatif. Tergantung siapa anda dan dari mana anda berasal. Yah, mungkin kami hanya tak terima dikenakan tarif yang berbeda hanya karena kami berasal dari pulau seberang. #hehehe
Okelah. Demi mendorong geliat perekonomian kaum papa, kami pun lantas menyewa satu senter. Sementara petromaks dipegang oleh Daeng Tipo yang mengawal di depan kami memasuki Gua Batu.
Suasana di dalam Gua Batu serupa dengan gua-gua alami lain yang pernah aku sambangi. Misalnya saja Gua Kiskendo. Tapi kondisi di dalam Gua Batu ini tidak lantas seperti Gua Gong yang berkilau diterpa cahaya lampu dan berpendingin ruangan. #hehehe
SILAKAN DIBACA
Sesuai namanya, gua ini diberi nama Gua Batu karena di dalam gua ini terdapat banyak batu-batu unik.
Ada batu kera yang menyerupai kera. Namun hanya aku satu-satunya yang tak bisa membayangkan batu itu berwujud kera. Apa iya sih mirip kera? Bukannya aku yang mirip kera ya? #eh
Ada batu akar yang bentuknya seperti akar rambat pohon, menggantung di langit-langit gua. Hmmm, coba ada batu pohonnya sekalian ya? #senyum.lebar
Ada batu gajah yang menyerupai kepala gajah dengan belalainya. Katanya karena di Sulawesi tak ada gajah, maka muncullah batu ini sebagai pengganti gajah. Wow! Ternyata keren sekali orang Sulawesi. Makhluk hidup bisa disubstitusi dengan batu. #senyum.lebar
Ada batu jodoh. Konon, pasangan yang menyentuh batu ini bakal lancar kisah asmaranya. Dari cerita Daeng Tipo, banyak pasangan yang sudah menikah kembali kemari lagi dan mengikat kain di batu jodoh. Pembaca percaya? #senyum.lebar
Ada sebuah ceruk yang digunakan sebagai tempat bersemadi. Menurut blog Pakdhe Aroengbinang, ada tokoh setempat bernama Karaeng Tua Kalla (saudara jauhnya Pak Jusuf Kalla kah?) yang dahulu pernah bersemadi di tempat ini. Oh ya, di bagian luar gua ini juga terdapat sebuah makam. Apakah makam itu adalah makam Karaeng Tua Kalla ya?
Di dalam gua batu banyak terdapat tong-tong sebagai wadah air yang menetes dari stalaktit. Di beberapa sudut gua, tampak ada stalaktit dan stalagmit yang menyatu. Proses seperti ini jelas sudah berlangsung semenjak ribuan bahkan jutaan tahun lampau.
Selepas keluar dari Gua Batu, aku mengambil kesimpulan bahwa di pulau Sulawesi sekalipun, gua masih dipandang sebagai tempat keramat yang dipenuhi banyak mitos. Kira-kira apa gerangan penyebabnya ya Pembaca? #senyum.lebar
kemudian AQ balik utk kedua kalinya di
Bantimurung. Masya Allah. Sesuatu yg AQ
pinta tapi terlupa dan Allah tidak
melupakannya.
suatu tempat sejarah
kak jangan dibawa
candaan. Kami di
Sulawesi sangat
menghargai tempat
ini, sangat
menghormati goa
tersebut sebagai
peninggalan sejarah
yang harusnya anda
jelaskan dengan
bahasa yang sopan.
Pengejaan nama
tokohnya tidak
seperti itu dan
harusnya tidak di
candakan seperti
yang anda tulis di
dalam kurung.. dan
beberapa kata
lainnya yang dibawa
candaan, hargai
tempat kami kak..
seperti kami
menghargai
kedatangan kk..ðŸ˜Å
salam dari maros
Jadi gak bisa foto-foto deh. Padahal banyak batu-batu unik yang pengen aku abadikan.
beautynthebliss.com
bantimurung,,,,,,untuk expedisi keren bgt,,,,,,,,sehari setelah berkunjung untuk penelitian
kemarin 18-19 mei 2013
Yeay ntar bikin postingannya juga aaah
gak mau kalah Hehehe
Yeaaay nanti bikin postingannya juga ah gak mau kalah hahaha
:))