HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Mitos Gua Batu di Bantimurung

Rabu, 6 Juni 2012, 12:27 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Di antara jejeran perbukitan kapur, adalah hal yang lumrah bilamana ada beberapa ceruk yang lantas membentuk struktur gua. Fenomena alam yang demikian itu terjadi di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang terletak di kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Di kawasan ini, terdapat 2 gua yang difungsikan sebagai objek wisata. Gua yang dimaksud bernama Gua Batu dan Gua Mimpi.

 

Dari 2 gua yang ada di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, aku, Bapak, Ibu, dan Tiwul menyempatkan diri berkunjung ke Gua Batu. Letak Gua Batu berada di ujung jalan semen yang membentang dari puncak Air Terjun Bantimurung. Jaraknya sekitar 800 meter dari puncak air terjun. Harus aku akui, trekking di tengah hutan ditambah dengan cuaca yang panas, lumayan banyak menguras stamina. Wew.

 


Untuk menjelajah gua yang gelap memang perlu penerangan.

 

Di muka Gua Batu, kami disambut oleh seorang bapak pemandu bernama Daeng Tipo. Seperti lazimnya para pemandu, beliau menawarkan jasa untuk mendampingi kami menjelajah gua. Berhubung Gua Batu ini gelap dan entah apa gerangan yang ada di dalam sana #hehehe, maka kami menyambut hangat tawaran beliau... dengan tawar-menawar tentunya. #hehehe

 

Ah, yang benar saja? Tarif sewa satu senter Rp15.000 sementara satu petromaks kok Rp60.000? Tarif-tarif seperti ini tentu lazim dijumpai di tempat-tempat wisata. Di mana harga-harga meroket bak komoditas langka. Meski demikian, harga pun sebenarnya tak baku. Fluktuatif dan relatif. Tergantung siapa anda dan dari mana anda berasal. Yah, mungkin kami hanya tak terima dikenakan tarif yang berbeda hanya karena kami berasal dari pulau seberang. #hehehe

 


Untung tidak dikelola oleh MAPALA, sebab masuk gua nggak perlu pakai perlengkapan caving.

 

Okelah. Demi mendorong geliat perekonomian kaum papa, kami pun lantas menyewa satu senter. Sementara petromaks dipegang oleh Daeng Tipo yang mengawal di depan kami memasuki Gua Batu.

 

Suasana di dalam Gua Batu serupa dengan gua-gua alami lain yang pernah aku sambangi. Misalnya saja Gua Kiskendo. Tapi kondisi di dalam Gua Batu ini tidak lantas seperti Gua Gong yang berkilau diterpa cahaya lampu dan berpendingin ruangan. #hehehe

 

Sesuai namanya, gua ini diberi nama Gua Batu karena di dalam gua ini terdapat banyak batu-batu unik.

 


Batu yang ditunjuk tangkai itu katanya sih berwujud kera...(masih membayangkan)

 

Ada batu kera yang menyerupai kera. Namun hanya aku satu-satunya yang tak bisa membayangkan batu itu berwujud kera. Apa iya sih mirip kera? Bukannya aku yang mirip kera ya? #eh

 


Nah, batu yang ini memang mirip akar pohon.

 

Ada batu akar yang bentuknya seperti akar rambat pohon, menggantung di langit-langit gua. Hmmm, coba ada batu pohonnya sekalian ya? #senyum.lebar

 


Daeng Tipo menunjuk batu yang menyatu, mirip belalai gajah.

 

Ada batu gajah yang menyerupai kepala gajah dengan belalainya. Katanya karena di Sulawesi tak ada gajah, maka muncullah batu ini sebagai pengganti gajah. Wow! Ternyata keren sekali orang Sulawesi. Makhluk hidup bisa disubstitusi dengan batu. #senyum.lebar

 


Bisa dikira-kira sendiri lah, berapa pasangan cinta yang menguji mitos kemari.

 

Ada batu jodoh. Konon, pasangan yang menyentuh batu ini bakal lancar kisah asmaranya. Dari cerita Daeng Tipo, banyak pasangan yang sudah menikah kembali kemari lagi dan mengikat kain di batu jodoh. Pembaca percaya? #senyum.lebar

 


Makam misterius. Nisannya tanpa nama.

 

Ada sebuah ceruk yang digunakan sebagai tempat bersemadi. Menurut blog Pakdhe Aroengbinang, ada tokoh setempat bernama Karaeng Tua Kalla (saudara jauhnya Pak Jusuf Kalla kah?) yang dahulu pernah bersemadi di tempat ini. Oh ya, di bagian luar gua ini juga terdapat sebuah makam. Apakah makam itu adalah makam Karaeng Tua Kalla ya?

 


Di dekat tong wadah air ada ruang untuk bersemadi.

 

Di dalam gua batu banyak terdapat tong-tong sebagai wadah air yang menetes dari stalaktit. Di beberapa sudut gua, tampak ada stalaktit dan stalagmit yang menyatu. Proses seperti ini jelas sudah berlangsung semenjak ribuan bahkan jutaan tahun lampau.

 


Kalau yang ini sih foto keluarga #senyum.lebar.

 

Selepas keluar dari Gua Batu, aku mengambil kesimpulan bahwa di pulau Sulawesi sekalipun, gua masih dipandang sebagai tempat keramat yang dipenuhi banyak mitos. Kira-kira apa gerangan penyebabnya ya Pembaca? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI