Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Sebetulnya, agenda SPSS pada Sabtu (5/5/2012) yang lalu itu hanya sekadar sarapan di warung makan Tongseng dan Gulai Ayam Sudi Moro di Kota Bantul. Lokasinya sangat dekat dengan Pasar Bantul. Jaraknya kira-kira 9 km lah dari Kota Jogja.
Walau ke sininya kami sengaja mengambil rute blusukan–dari jalan kampung hingga jalan sawah–tetap saja mayoritas medan perjalanannya lurus dan mulus. Bolehlah dikata kurang greget. Jarum jam pun masih menunjukkan pukul setengah 9 pagi. Masih terlampau pagi untuk balik pulang.
Nggg, ke mana lagi ya?
Terinspirasi SOBOnDESO
Tersebutlah blog SOBOnDESO (terakhir kali dicek tidak lagi aktif) yang mengabarkan tentang suatu curug alias air terjun di Kecamatan Pajangan, Bantul yang bernama Curug Banyunibo.
Woh! Ini baru sensasi!
- Dari foto yang disertakan, siapa petualang yang tidak tergoda untuk singgah ke curug yang elok ini?
- Letaknya di Desa Sendangsari. Hmmm, berati dekat dong dengan Sendang Ngembel yang pernah kami sambangi. Duh, apa tempo hari kami melewatkan sesuatu? #hehehe
Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk SOBOnDESO yang telah menginspirasi kami. #senyum.lebar
Oke! Target selanjutnya ke Pajangan!
Rute ke Curug Banyunibo
Secara umum, rute menuju Curug Banyunibo di Pajangan ini serupa dengan rute menuju Sendang Ngembel. Secara administratif, Curug Bayunibo terletak di Dusun Krebokan Kulon, RT 02, RW 05, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
SILAKAN DIBACA
Terima kasih untuk Kang Supri Plat AB yang memberitahu alamat RT dan RW nya (baru tahu alamat curug punya RT dan RW, hehehe #hehehe).
- Dari kota Bantul kami mengambil arah ke kecamatan Pajangan.
- Kami melewati jalan di samping Lembaga Pemasyarakatan Pajangan, Bantul yang konturnya tergolong tidak manusiawi yakni menanjak (cukup) curam. #hehehe
- Selanjutnya, kami blusukan mengambil jalan tanah yang ternyata menyusuri pinggir tebing. Kontur jalannya lebih tidak manusiawi karena jalannya tanah dan rusak. Tapi, pemandangannya indah sebagaimana foto kami di bawah ini. #senyum.lebar
- Tak disangka, kami sudah tiba di Pajangan. Hanya tinggal mengikuti jalan aspal untuk sampai ke pertigaan beringin menuju ke Sendang Ngembel.
- Setelah bertanya-tanya ke warga sekitar, ternyata kami masih harus mengikuti jalan aspal sekitar 1 km untuk tiba di sebuah perempatan dekat SD Beji.
- Di perempatan kami mengambil arah menuju ke Sedayu (kalau tak salah dua jalan lainnya mengarah ke Krebet dan Kasihan).
- Kami dibantu oleh siswa-siswi SD yang baru pulang sekolah dan warga sekitar. Mereka menunjukkan jalan menuju Dusun Krebokan Kulon. Jalan ini berjarak sekitar 100 meter dari perempatan SD Beji.
- Kami mengikuti jalan pedesaan yang mayoritas berupa turunan. Kawan-kawan lain melesat memacu sepedanya. Sementara aku tertinggal di belakang, memotret aksi Aryo dengan sepeda touring-nya.
- Saat sedang asyik-asyiknya menikmati laju kencang sepeda di turunan, kawan-kawan yang telah berada di depan berteriak agar kami berhenti. Apa-apaan ini?
- Oh, ternyata kami harus keluar dari jalan desa ke dalam hutan untuk menuju curug. Sepeda sih masih bisa lewat, tapi untuk sepeda motor lebih baik diparkir di jalan desa deh.
Dan sampailah kami di Curug Banyunibo yang memesona itu. Horeee! #senyum.lebar
Suasana di Curug Banyunibo
Biarkan foto-foto yang bercerita deh. Menurutku sih sepertinya lebih bagus kalau musim hujan. Airnya bisa jadi bakal lebih deras.
Jalan Pulang yang Ternyata ...
Oke, sebelumnya sudah aku ceritakan kalau jalan menuju Curug Banyunibo di Pajangan ini adalah jalan desa yang berupa turunan. Jadi, dengan logika sederhana aja, kalau kami berbalik mengikuti jalan desa itu untuk pulang maka kami akan bertemu tanjakan.
Oleh karena:
- Sudah pakem SPSS kalau rute pulang selalu berbeda dengan rute pergi.
- Hari ini kami sudah kapok melahap tanjakan.
Jadi, kami nggak berbalik mengikuti jalan desa rute kami datang, melainkan kami telusuri jalan desa hingga sampai ke ujung yang satunya. Entah bakal ketemu apa. Tapi Alhamdulillah, kami akhirnya bertemu dengan jalan raya #hore. Yaitu jalan raya Pajangan–Sedayu di km 9.
Tapi cerita nggak selesai sampai di sini.
Berhubung buat aku, Paklik, Paris, dan Anwar bakal sangat jauh pulang ke rumah apabila harus lewat Sedayu, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Pajangan. Untuk mempersingkat jarak tempuh, kami lagi-lagi harus berhadapan dengan tanjakan terjal. Tobat cah!
Jadi, apa yang hendak aku sampaikan di artikel ini adalah kabar gembira bahwa di Bantul, tepatnya di kecamatan Pajangan, Bantul, ada curug yang tersembunyi. Jalan menuju curug dipastikan harus melewati tanjakan. Tetapi jalan untuk pulang bisa dengan tanpa melalui tanjakan.
Sekian dan silahkan Pembaca berkomentar. Eh, atau mungkin Pembaca sudah berencana singgah ke Curug Banyunibo di akhir pekan ini? #senyum.lebar
keren.kreatif
joss mantap
tempatnya, ^_^
salam kenal mas
harus kesana..!!
terjun.. lebih WOW..
itu ada yang kelupaan kalau lewat sana wajib ngicipi legen sama gula jawanya :)
Kayak Coban Indah di Tulungagung yg sayang sekarang aernya ga ngalir karena sumbernya dibendung :(