HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Ijo

Senin, 23 Juni 2008, 08:13 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Menutup perpisahan sementaraku dengan Andreas (sebab aku mau tugas KKN 2 bulan #hehehe), pada hari Kamis (19/6/2008) kami kembali melangsungkan hajat rutin. Apalagi kalau bukan keluyuran menjelajah candi-candi yang ada di seputaran Yogyakarta. #senyum.lebar

 

Langit Yogyakarta sepertinya juga berpihak kepada kami. Sudah tiga hari berturut-turut langit terlihat biru cerah. Gunung Merapi dan Gunung Merbabu pun elok ditatap dengan mata telanjang dari pusat kota. Di bawah langit sore yang sudut-sudutnya mulai dihiasi gumpalan awan-awan kecil kami melaju menuju Candi Ijo.

 


Kalau memfoto Candi Ijo paling bagus saat sore, karena matahari tepat menyinari bagian depan candi.

 

Rute ke Candi Ijo di Bukit Ijo

Untuk menuju ke Candi Ijo, Andreas memasrahkan rute perjalanannya kepadaku. Lho? Kok tumben? Eh, ternyata itu karena Andreas lupa membawa peta petunjuk arah ke Candi Ijo. Duh!

 

Dengan insting nyasar-nyasar-ku yang sudah terlatih #hehehe, Alhamdulillah kami berhasil sampai dengan selamat di Candi Ijo. Meskipun ya harus ditebus dengan sepeda motor Andreas yang terbatuk-batuk selama mendaki jalur tanjakan jahanam. #hehehe

 

 

Berikut adalah panduan rute perjalanan menuju Candi Ijo dari Kota Yogyakarta (atau juga dari wilayah Prambanan, Jawa Tengah):

 

  1. Dari Kota Yogyakarta, berangkat melalui Jl. Raya Yogyakarta – Solo ke arah Prambanan.
  2. Sampai di pertigaan lampu lalu lintas pasar Prambanan, belok ke kanan (selatan) menuju Jl. Raya Prambanan – Piyungan kemudian susuri jalan raya tersebut.
  3. Saat ada papan petunjuk untuk belok ke kiri menuju Keraton Ratu Boko. Jangan ikuti arah papan tersebut! Tetap ikuti Jl. Raya Prambanan – Piyungan.
  4. Barulah, saat ada berjumpa papan petunjuk untuk belok ke kiri menuju Candi Ijo, maka ikuti petunjuk arah tersebut.
  5. Ikuti terus jalan aspal desa yang kanan-kirinya sawah itu. Bila Pembaca khawatir tersasar, jangan segan-segan untuk bertanya pada warga sekitar.
  6. Bila jalur yang Pembaca lalui benar, maka lama-lama Pembaca menyusuri jalan aspal yang menanjak bukit (namanya Bukit Ijo).
  7. Ikuti terus jalur menanjak tersebut sekitar 10 menit untuk sampai di area Candi Ijo.

 

Secara administratif, Candi Ijo berada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

 

Foto Candi Ijo Komersil?

Di Candi Ijo, kami disambut oleh Pak Saimin selaku satpam Candi Ijo. Dari berbagai kunjungan candi yang sudah kami lakukan, baru kali ini kami ditanya-tanyai, apakah hasil foto-foto kami ini untuk konsumsi pribadi atau untuk dikomersilkan? Sebab, kalau untuk dikomersilkan, maka tidak diperkenankan memfoto Candi Ijo.

 

HEEE!?

 

Aku lumayan kaget dong mendapat pertanyaan tersebut. Karena sepengetahuanku, objek-objek candi lain bebas untuk difoto. Memang apa sih isimewanya Candi Ijo ini dibanding candi-candi lain sehingga perlu selektif untuk urusan foto?

 

Nah, terkait pertanyaan Pak Saimin tersebut, aku jawab saja bahwa kami berdua ini adalah mahasiswa UGM semester terakhir yang berniat melancong ke candi-candi sebelum kami lulus dan hengkang dari Yogyakarta tercinta. #alasan.bosok.tenan #hehehe

 

Sayangnya, jawaban yang menurutku keluar dari lubuk hati terdalam itu #halah, tidak serta merta membuat Pak Saimin berhenti membuntuti setiap jejak langkah kami menjelajah sisi-sisi Candi Ijo. Bukan kenapa-kenapa sih. Tapi ya, agak risih saja kalau terus-menerus diikuti. Meski demikian, beruntunglah dengan keberadaan Pak Saimin maka kami bisa mendapatkan secuplik informasi mengenai Candi Ijo.

 

Candi Ijo yang Memiliki 11 Teras

Candi Ijo pertama kali ditemukan oleh seorang administratur pabrik gula Sorogedug bernama H.E Doorepaai pada tahun 1886 saat sedang mencari lahan untuk bertanam tebu. Candi Ijo sebenarnya merupakan sebuah kompleks candi-candi yang terletak di suatu bukit berundak yang disebut Bukit Ijo.

 

Bangunan candi induk pada kompleks Candi Ijo berada pada bukit (disebut juga dengan teras) ke-11 yang merupakan teras paling atas. Bangunan candi induk tersebut menghadap ke arah barat dan memiliki struktur yang merepresentasikan Gunung Mahameru.

 


Ornamen yang ada di bagian puncak candi.

 


Arca nandi dan padmasana yang ada di salah satu bangunan candi perwara.

 

Di dalam bilik bangunan induk Candi Ijo terdapat lingga yoni berukuran besar yang bentuknya nyaris serupa dengan lingga yoni yang aku jumpai di Candi Sambisari. Di sekitar candi induk terdapat tiga buah candi perwara yang masing-masing dari candi berisi yoni, arca nandi, arca padmasana, dan sebuah lubang pembakaran.

 


Lingga yoni yang berukuran besar! Pada yoni terdapat ornamen kura-kura dan kepala ular naga.

 


Salah satu relief yang ada di dinding bilik Candi Ijo.

 

Dengan objek-objek yang kami jumpai tersebut, bisa disimpulkan bahwa Candi Ijo berlatar belakang agama Hindu.

 

Candi Ijo, Tunggu Kedatangan Kami Kembali!

Ketika kami berkunjung, sedang berlasung kegiatan rekonstruksi pagar pembatas candi induk. Karenanya, area di sekitar candi induk terlihat kotor dan berantakan dengan berbagai batu kali dan pasir. Di teras-teras yang lain, hanya terlihat batu-batu candi yang belum tersusun.

 


Sedang ada proses konstruksi jadinya terlihat berantakan.

 

Sebenarnya, kami masih ingin menjelajah keseluruhan kompleks Candi Ijo. Tapi, berhubung Pak Saimin mengingatkan kalau jam berkunjung berakhir pada pukul 17.30, maka kami terpaksa harus segera mengakhiri penjelajahan kami di Candi Ijo.

 


Pemandangan sunset berlatar gunung Merapi yang indah dari Bukit Ijo.

 

Beruntunglah saat menuruni Bukit Ijo, kami sempat menyaksikan senja yang sangat indah sebagai penutup petualangan di hari itu. #senyum.lebar

 

Update!

Untuk kedua kalinya, pada hari Selasa (21/4/2009) kami berkunjung ke Candi Ijo. Di kunjungan kedua ini, kami menyempatkan untuk menjelajah kesebelas teras yang ada di kompleks Candi Ijo.

 


Banguanan induk Candi Ijo saat cuaca mendung. #sedih

 


Bangunan candi perwara di sisi paling selatan.

 


Kali ini ke Candi Ijo menemani Mbak Vinna. #senyum.lebar

 

Di teras ke-9 dan ke-8 terdapat reruntuhan bangunan candi yang kesemuanya memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah timur. Menurut papan informasi, di teras ke-5 dan ke-9 pernah ditemukan arca. Kalau melihat dari jumlah bangunan candi yang ada di teras ke-9, ke-8, dan juga ke-5 (cukup jauh dari candi induk), diduga kuat Candi Ijo merupakan suatu kompleks peribadatan yang terletak di atas bukit.

 


Tangga zaman dahulu yang menghubungkan antar teras di kompleks Candi Ijo.

 


Pagar batu yang mengelilingi teras ke-11. Beberapa di antaranya masih terpendam tanah.

 


Bangunan di teras ke-9, yang lantainya merupakan perpaduan batu alami dan batu yang dibentuk.

 


Salah satu bangunan candi yang ada di teras ke-8. Dahulu dipakai untuk apa ya?

 


Susunan percobaan atap bangunan teras Candi Ijo.

 


Batu-batu yang disusun berdiri itu mengingatkanku pada menhir.

 


Ini genangan air hujan ataukah sumur ya?

 

Apabila diperhatikan juga, Candi Ijo merupakan candi hindu dengan candi induk terbesar kedua setelah Prambanan. Ukuran lingga-yoni di Candi Ijo adalah yang terbesar dibandingkan candi-candi Hindu lain yang terletak di sekitarnya.

NIMBRUNG DI SINI