HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Sambisari

Senin, 26 Mei 2008, 07:32 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Candi Sambisari adalah salah satu candi menarik yang ada di provinsi DI Yogyakarta. Nah, pada hari Sabtu siang (24/5/2008), aku bersama Andreas singgah di Candi Sambisari untuk mengeksplorasi sekaligus melampiaskan hobi fotografi.

 

Rute Menuju Candi Sambisari

Untuk menuju Candi Sambisari, rute termudah adalah melalui Jalan Raya Jogja – Solo. Secara garis besar panduannya adalah seperti di bawah ini:

 

  1. Dari Kota Yogyakarta ikuti Jalan Raya Jogja – Solo sampai melewati Bandara Adisucipto.
  2. Setelah melewati pertigaan lampu lalu lintas bandara, kita akan menjumpai kawasan Akademi Angkatan Udara Yogyakarta di sisi kanan (selatan) jalan yang di pintu masuknya ada patung kepala burung besarnya itu lho. Tahu kan?
  3. Setelah beberapa meter melewati Kawasan Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, kita akan menjumpai suatu pertigaan. Belok masuk di pertigaan tersebut (keluar dari Jalan Raya Jogja – Solo).
  4. Selanjutnya ya tinggal ikuti saja jalan tersebut kurang-lebih selama 5 menit untuk sampai ke Candi Sambisari. Mudah kan? #senyum.lebar

 

Secara administratif, Candi Sambisari terletak di Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

 

Sejarah Terpendam Candi Sambisari

Seperti halnya candi-candi kecil lain, sebelum menikmati keindahan candi pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu dan membayar biaya retribusi seikhlasnya. Menurut papan informasi, Candi Sambisari ditemukan pada bulan Juli 1966.

 

Alkisah, tersebutlah seorang petani bernama Karyowinangun. Saat sedang mencangkul sawahnya, beliau merasa cangkulnya terantuk batu. Setelah diselidiki, ternyata batu tersebut merupakan bebatuan candi. Kalau dibayangkan, mungkin ya mirip saat menemukan puncak piramida yang terkubur pasir ya? #senyum.lebar Bisa jadi cangkul beliau terantuk batu yang ada di puncak candi induk.

 

 

Proses ekskavasi menunjukkan bahwa ternyata Candi Sambisari berada sekitar 6,5 meter lebih rendah dari dataran di sekelilingnya. Ada dugaan bahwa Candi Sambisari terpendam oleh abu vulkanik dari letusan gunung Merapi yang terjadi ratusan tahun silam.

 

Bangunan Induk Candi Sambisari

Candi Sambisari merupakan candi Hindu dari aliran Siwaisme, yaitu aliran yang khusus menyembah Dewa Siwa. Hal ini bisa dengan mudah ditunjukkan oleh keberadaan arca lingga yoni di dalam bilik candi induk.

 

Serupa dengan Candi Ijo, Candi Sambisari terdiri dari satu bangunan candi induk yang didampingi tiga bangunan candi perwara (pendamping). Saat ini kondisi bangunan candi induk relatif masih utuh. Sedangkan kondisi bangunan candi perwara tidak lagi utuh.

 

 

Bangunan candi induk di Candi Sambisari memiliki tinggi sekitar 7,5 meter. Yang unik, tubuh candi (bangunan yang memiliki bilik) berdiri di atas struktur batu berdenah persegi. Luas struktur batu persegi ini sekitar 13,65 meter2 dengan tinggi 2 meter. Tubuh Candi Sambisari sendiri luasnya sekitar 5 meter2.

 

Nah, karena ada perbedaan antara luas tubuh candi dengan struktur batu yang menjadi dasarnya, maka di sekeliling tubuh Candi Sambisari terdapat selasar. Selasar ini memiliki lebar kira-kira 2,5 meter dan dilengkapi langkan (pagar selasar) yang tingginya sekitar 1,2 meter.

 

 

Di selasar Candi Sambisari kita bisa menjumpai adanya 8 batu berbentuk lingkaran dengan tonjolan di tengahnya. Posisi batu-batu ini mengelilingi tubuh candi. Batu-batu ini bukanlah arca lingga, melainkan pondasi dari suatu struktur tambahan yang diyakini berwujud tiang kayu.

 

Para ahli purbakala menduga dahulu kala tubuh Candi Sambisari dinaungi oleh suatu struktur tambahan yang terbuat dari kayu. Atap bangunan yang dahulu menaungi tubuh candi mungkin terbuat dari ijuk atau gerabah. Sayangnya, karena sudah dimakan zaman maka saat ini bangunan yang menaungi tubuh candi sudah lenyap tak bersisa.

 

 

Pengunjung dapat naik ke selasar Candi Sambisari melalui satu-satunya tangga yang berada di bagian barat. Bagian pipi tangga dihiasi oleh arca Makara yang unik karena memiliki ukiran singa berkepala manusia serta ditopang oleh arca Gana.

 

Bangunan Pendamping Candi Sambisari

Ada banyak hal menarik yang bisa kita jumpai di luar bangunan induk Candi Sambisari.

 

Candi Perwara

Seperti yang sudah disinggung di paragraf atas. Candi Sambisari memiliki tiga candi perwara. Masing-masing candi perwara menghadap ke timur dengan dilengkapi satu tangga di sisi timur.

 

Saat ini candi perwara di Candi Sambisari hanya meninggalkan sisa bagian kaki candi saja. Selain itu terdapat arca yoni di luar candi perwara yang terletak di paling selatan. Mungkin dahulunya yoni ini berada di dalam bilik candi perwara.

 

 

Lingga Patok

Di halaman candi terdapat 8 arca lingga yoni kecil yang mengelilingi kawasan candi induk dan candi perwara. Kedelapan arca lingga yoni kecil ini berada di dalam kawasan pagar inti candi. Ukurannya sekitar 50 x 50 cm.

 

Meskipun berwujud lingga yoni akan tetapi fungsi arca lingga yoni kecil ini bukan sebagai sesembahan. Fungsinya adalah sebagai patok batas. Sebutannya adalah lingga patok.

 

 

Bisa jadi, arca lingga yoni kecil ini membentuk semacam "pagar tak kasat mata" alias "pagar gaib" yang melindungi wilayah suci Candi Sambisari. #senyum.lebar

 

Pagar Dalam

Menyinggung tentang pagar, Candi Sambisari memiliki 2 lapis pagar. Eh, 3 lapis dink kalau termasuk pagar gaib.

 

Pagar lapis pertama adalah pagar inti atau pagar dalam. Pagar ini berbentuk persegi dan mengelilingi bangunan candi induk, candi perwara, dan kedelapan lingga patok. Tinggi pagar sekitar 2 meter dengan ketebalan sekitar 50 cm.

 

 

Yang unik dari pagar dalam Candi Sambisari adalah bahannya yang terbuat dari batu tufa (tuff). Ini berbeda dengan batu penyusun Candi Sambisari yang merupakan batu andesit. Secara karakteristik batu tufa lebih lunak dibandingkan batu andesit.

 

Di setiap sisi pagar dalam dilengkapi dengan gerbang. Ada hal yang unik juga dari gerbang-gerbang ini. Gerbang dalam di sisi utara tampak tertutup batu! Dengan demikian saat ini hanya ada 3 gerbang Candi Sambisari yang terbuka.

 

 

Perlu diketahui bahwa penutupan gerbang sisi utara Candi Sambisari ini sudah terjadi ketika candi ditemukan. Jadi ya yang menutup gerbangnya adalah orang-orang zaman dahulu.

 

Entah apa alasan mereka memutuskan menutup gerbang di sisi utara. Ada yang menduga gerbang di sisi utara ini ditutup sebagai langkah antisipasi kerusakan akibat Gunung Merapi yang saat itu hampir meletus.

 

Pagar Luar

Berjarak beberapa langkah menjauhi pagar dalam kita bakal menjumpai parit. Tapi, bila dicermati lebih saksama, ini bukan parit, melainkan pondasi dasar Candi Sambisari! Pondasi dasar ini berbentuk persegi dengan sisi-sisinya diperkokoh dengan dinding dari batu andesit.

 

Adanya pondasi dasar ini menunjukkan bahwa Candi Sambisari dibangun lebih tinggi dari ketinggian permukaan tanah pada zaman dahulu. Ini sejalan dengan konsep punden berundak dan filosofi "meninggikan bangunan suci". #senyum

 

 

Nah, beberapa puluh meter dari dinding pondasi dasar kita bakal menjumpai pagar luar. Pagar luar ini juga terbuat dari batu tufa dengan bentuk ornamen puncak pagar yang berbeda.

 

Sayangnya, saat ini hanya sebagian kecil pagar luar yang bisa saksikan. Itu karena sebagian besar pagar luar kondisinya masih tertimbun tanah setinggi 6,5 meter.

 

 

Meski demikian, dari luasnya pagar luar kita bisa membayangkan bahwa kompleks Candi Sambisari sebenarnya ini LUAS BANGET. Mungkin bisa digolongkan sebagai candi kerajaan yang dapat menampung ribuan umat.

 

Arca Hindu di Candi Sambisari

Kita balik lagi ke bangunan induk Candi Sambisari.

 

Pada masing-masing dinding luar tubuh Candi Sambisari terdapat relung yang berisi arca pantheon Hindu. Pada relung dinding selatan terdapat arca Agastya. Pada relung dinding timur terdapat arca Ganesha. Sedangkan pada relung dinding utara terdapat arca Durga Mahisasura Mardini. Ketiga relung di dinding luar ini dibingkai oleh relief Kala tanpa rahang bawah.

 

 

Eh, ngomong-ngomong, Agastya, Durga, dan Ganesha itu siapa sih?

 

 

Agastya merupakan Dewa Siwa dalam wujudnya sebagai mahaguru. Yang unik dari arca Agastya di Candi Sambisari ini adalah posturnya yang ramping. Umumnya arca Agastya digambarkan memiliki perut yang sedikit tambun. Resi Agastya dikisahkan menyebarkan ajaran Hindu dari India ke Indonesia.

 

Durga adalah perwujudan Dewi Parwati (pasangan Dewa Siwa) yang bertangan delapan dengan masing-masing tangannya menggenggam senjata. Arca Durga Mahisasura Mardini menggambarkan Durga yang berdiri di atas lembu. Di sebelah lembu terdapat raksasa Asura. Arca ini mengisahkan usaha Durga mengusir Mahisasura yang membuat onar di kahyangan dengan merasuki tubuh lembu.

 

Ganesha, seperti yang kita tahu, adalah dewa pengetahuan dan kebijaksanaan. Ganesha merupakan putra dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati.

 

 

Eh, kalau dipikir-pikir, keberadaan ketiga arca ini sebenarnya nggak jauh beda sama foto keluarga kan? Hahaha. #senyum.lebar

 

 

Sekarang, kita beralih ke dalam bilik bangunan induk Candi Sambisari.

 

Di dalam bilik candi induk terdapat arca lingga yoni berukuran besar. Nggak hanya itu, pada yoni terdapat ceruk yang ditopang oleh relief kepala naga. Dari bentuknya, ceruk tersebut bisa jadi dipergunakan untuk menampung air.

 

Kalau katanya Andreas sih air yang hendak disucikan dituang ke puncak lingga. Air tersebut akan mengalir jatuh ke yoni, melewati ceruk, dan kemudian ditampung.

 

Bagi Pembaca yang belum tahu, arca lingga yoni merupakan perwujudan dari alat kelamin pria dan wanita. Arca lingga dari bentuknya yang mirip silinder sudah meyakinkan bahwa ia adalah perwujudan dari alat kelamin pria #hehehe. Arca yoni yang berbentuk alas batu besar merupakan perwujudan dari alat kelamin wanita.

 

 

Kalau dipikir-pikir jadinya agak-agak mesum gitu ya? Sebab, keberadaan arca lingga yoni bisa mencitrakan Candi Sambisari sebagai candi yang erat kaitannya dengan seks. Ya nggak sih? #hehehe

 

Eh tapi, bisa juga lho diartikan bahwa seks itu adalah suatu proses yang suci. Bukankah seks adalah awal dari sebuah kelahiran? Yang mana kita tahu bahwa setiap kelahiran itu kan suci?

 

Hanya saja ya... karena beragam faktor, maka makna seks di zaman modern ini jadi menyimpang deh. #hehehe

 

Bersantai dan Bercengkrama di Candi Sambisari

Fasilitas yang ada di Candi Sambisari tergolong lengkap dan cukup nyaman. Ada ruangan informasi yang berisikan maket candi dan arca-arca. Ada kamar kecil. Ada juga banyak bangku yang tersebar di area taman candi yang cukup luas. Kalau lapar dan haus, silakan mengganjal perut dan dahaga di warung-warung dekat candi.

 

Bagaimana? Menyenangkan toh?

 

Candi Sambisari ini terletak di antara hamparan sawah dan pemukiman warga. Alhasil, Candi Sambisari kerap berfungsi ganda sebagai taman umum alias ruang hijau. Pada sore hari itu, banyak anak-anak yang bermain layang-layang di sini. Berbeda dari candi-candi kecil lainnya, katanya Candi Sambisari ini sering dikunjungi oleh turis asing yang berasal dari Jepang. Apakah ini karena pangeran Akihito dulu pernah singgah di Candi Sambisari ya?

 

Jadi Pembaca sudah kenal dengan Candi Sambisari? Kapan mau singgah di sini? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI