HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

PEKOK ke Grojogan Watu Jonggol

Sabtu, 2 Oktober 2010, 22:40 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Semua bermula dari Vendy dan Pakdhe Timin yang kehabisan ide mengisi libur di hari Rabu (29/9/2010). Lantas, mereka pun menyeret diriku untuk turut serta dalam agenda liburan mereka. Maklum, sebagai pekerja lepas, diriku ini bisa libur sesuka hati. #hehehe

 

Awalnya, Vendy mengusulkan buat touring ke Semarang. Tapi, mengingat jaraknya yang jauh (banget), aku pun menolak. Aku kemudian ngasih usul untuk nyari curug (air terjun) saja. Sebab, Emma pernah ngasih tahu kalau di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, masih ada curug yang belum terekspos.

 


Petunjuk wisata ke Desa Nglinggo.

 

Dari informasi yang aku dapat dari Internet, curug yang masih sepi itu bernama Grojogan Watu Jonggol. Lokasinya di Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.

 

Yang aku nggak tau informasinya adalah medan jalan menuju ke sana. Maklum, kami ini kan niatnya mau bersepeda. Setahuku sih kalau mau ke Grojogan Watu Jonggol ya mesti pergi ke Kota Kecamatan Samigaluh dulu, dan itu jalannya nanjak (banget) karena lokasinya kan berada di Perbukitan Menoreh.

 

Okelah, jalani saja deh. Toh ini PEKOK (Pit-pitan Ekstrim Koyok Ora Kalap) #senyum.lebar.

 


Para pendekar PEKOK #senyum.lebar

 

Etape 1, Kota Jogja – Kalibawang (20-an km)

Kami menyusuri Jl. Kebon Agung. Bermula dari samping Terminal Bus Jombor di Jl. Magelang dan berakhir Kantor Kecamatan Minggir. Semenjak dibangunnya jembatan yang menghubungkan Sleman dan Kulon Progo, jalan ini dinobatkan menjadi jalan kabupaten tercepat dan ternyaman untuk menyebrang ke Kulon Progo.

 

Etape 2, Kalibawang – Samigaluh (10 km)

Pada 4 km pertama, medan jalannya masih manusiawi. Sedikit nanjak dan tersaji pemandangan indah Kali Progo Sungai Tinalah. Tapi 6 km setelahnya, medannya mulai tidak manusiawi. Penuh tanjakan jahanam yang meliuk-liuk. Apalagi cuaca waktu itu panas banget! DOH!

 


Capek ngayuh, ya nuntun!

 

Etape 3, Samigaluh – Pasar Plono (6 km)

Masih sama seperti di Etape ke-2. Awalnya kami disuguhi turunan tajam (kelak menjadi tanjakan jahanam di rute pulang). Jalanan masih penuh tanjakan jahanam. Di Pasar Plono, kami istirahat makan siang. Di sini makan murah banget! Soto, gorengan, dan es teh, hanya dihargai Rp4.500.

 

Etape 4, Pasar Plono – Desa Wisata Nglinggo (3 km)

Masih nanjaaaak!!! Tapi yang ini bener-bener jahanam! Lebih curam! Ban sepeda aja ngangkat kok. Mirip seperti di Cinomati lah. Di tengah jalan saja ada ular sampai mati. Duh! Kami bertiga pun ngambeg, nuntun sepeda saja, nggak mau ngayuh. #sedih

 

Capek!

 

Ringkasan Rute...

Dari kota Jogja, ikuti Jl. Kebon Agung kemudian menyebrang jembatan ke Kalibawang, Kulon Progo. Ikuti jalan Samigaluh, lurus aja, nggak usah belok-belok sampai tiba di Pasar Plono. Dari Pasar Plono belok kanan untuk ke Desa Wisata Nglinggo.

 


Anak-anak yang menemani kami (lupa tanya nama-nama mereka).

 

Di Desa Wisata Nglinggo sudah tersedia peta wisata. Petunjuk ke Grojogan Watu Jonggol pun mudah ditemui. Kebetulan, kami bertemu dengan anak-anak desa yang dengan senang hati mau mengantar kami. Kami memarkir sepeda di salah satu rumah warga, dekat jalan turun menuju curug.

 


Beh! Pakdhe Timin bikin jelek fotonya aja >.<

 

Debit air di Grojogan Watu Jonggol tidak surut walau beberapa hari tidak turun hujan. Airnya cukup deras, sampai bisa bikin basah kamera. Air terjun ini terdiri dari 3 tingkat. Namun dasarnya cukup sempit. Jadi ndak bisa leluasa main air, apalagi berenang. #sedih

 

Dengan medan jalan yang penuh dengan tanjakan. Aku sih ngasih saran kalau Pembaca mau kemari, ya...pakailah kendaraan bermotor yang waras mesinnya (terutama businya). Juga, karena memang jauh dan terpencil, jadi ya...jarang orang yang sudi kemari. Padahal air terjunnya bagus lho! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI