HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Blusukan ke Luweng Sampang

Minggu, 8 Agustus 2010, 08:13 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Kalau dulu di tahun 2009 aku sering blusukan nyari candi, nah di tahun 2010 ini aku berpindah haluan, blusukan nyari air terjun. #senyum.lebar

 

Menurutku, candi dan air terjun adalah obyek yang menarik. Soalnya, tidak di sembarang tempat kita bisa menemukan candi atau air terjun. Khusus air terjun, biasanya terletak di gunung atau perbukitan, yang perlu usaha keras untuk bisa sampai ke sana.

 

Oleh karena itu, aku sangat penasaran ketika seorang sahabat SPSS bernama MakWik menyebutkan bahwa ada air terjun di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

 

Sepengetahuanku, kecamatan Gantiwarno itu dataran rendah yang isinya sawah. Sama sekali tak ada bukit. Jadi, mana mungkin di sana ada air terjun!?

 

MakWik hanya ngasih tau kalau air terjunnya itu dekat dengan Dusun Karangpelem, Desa Jogoprayan di Kecamatan Gantiwarno.

 


Pasukan Ngendog menjajah Luweng Sampang #senyum.lebar

 

Hari Rabu pagi (14/7/2010), aku bersama Pasukan Ngendog (Arisma, Rizky, dan Pakdhe Timin) berangkat bersepeda ke sana. Mbuh nanti bakal ketemu apa. Tapi yang jelas kalau MakWik ngapusi, dirinya bakal kita tongseng rame-rame. Wakakakakak. #senyum.lebar

 

Berbekal GPC (Global Positioning Cocot), beginilah rute kami blusukan nyari air terjun itu:

 

Pertama, dari Jogja kami ikutin itu Jl. Raya Yogyakarta – Solo, melewati Prambanan, hingga sampai ke sebuah pertigaan dengan rambu arah menuju Gantiwarno. Itu kira-kira 6 km dari gapura perbatasan DI Yogyakarta – Jawa Tengah di Prambanan.

 

Kedua, kami tanya warga sekitar gimana rute menuju Kantor Kecamatan Gantiwarno. Oleh karena kami semua pakai sepeda, mereka ngasih taunya rute jalan sawah, bukan jalan aspal. Hadeh...hajar bleh!

 


Sempet juga blusukan di hutan bambu, katanya lebih singkat lewat sini #hehehe

 

Ketiga, di Kantor Kecamatan Gantiwarno kami tanya rute menuju Desa Jogoprayan. Lagi-lagi, karena warga lihat kami semua pakai sepeda, mereka ngasih rute yang medannya jalan sawah. Duh!

 

Keempat, di Desa Jogoprayan kami sempat bingung dan putus asa. Akhirnya, MakWik ngirim SMS nyuruh tanya ke warga tentang lokasi “luweng”. Seorang simbah yang kami temui lantas bilang, “deket dari sini kok Mas, ikutin aja sungainya.”

 

Kelima, kami pun menyusuri sungai yang airnya lagi surut itu. Kami pikir itu air terjun pastilah mata air sungai ini. Tapi baru beberapa menit menyusuri sungai, Arisma sudah teriak-teriak kalau dia melihat ada air terjun. Aku sih nggak melihat apa-apa. Tapi, begitu aku ubah sudut pandanganku ke sungai itu, ternyata ya seperti foto di bawah ini.

 


Luweng Sampang #1 yang masih perawan.

 

Ternyata air terjun ini bukan jenis air terjun yang ada di perbukitan. Air terjun ini terbentuk karena perbedaan ketinggian batuan sungai. Tingginya ada sekitar 5 meter. Yang bikin menarik adalah bebatuan yang mengitari air terjun ini mirip seperti pemandangan di luar negeri. Lagipula di lokasi ini ada 2 air terjun kecil dan sebuah kolam. Wow!

 

Ternyata kami sedang berada di Desa Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Pantas saja bisa ada air terjun di sini. Ini bukan Gantiwarno woy! Jadi mungkin air terjun ini lebih pas disebut Luweng Sampang ya?

 


Luweng Sampang #2 yang ada kolamnya.

 

Jaraknya lumayan dekat dari Jogja. Kalau naik kendaraan bermotor kira-kira hanya butuh waktu 45 menit. Cocok buat lokasi motret model. Kalau musim hujan, mungkin airnya bisa lebih banyak dan deras. Oh iya, kalau mau mandi hati-hati, soalnya warga sekitar bilang kalau tempat ini wingit alias keramat.

 

Yang cukup membuatku menyesal adalah, untuk motret air terjun ini aku sempat nyebur ke dalam air. Betul saja, aku kena tuah wingit-nya. Bukan kena kutuk, tapi karena di atas air terjun ini ada sapi yang lagi mandi sembari buang air kecil. Duh nasiiib!

 


Aku motret air terjun nyebur ke air, sementara celanaku dilepas, jadi kesimpulannya...

 

Jadi, kalau Pembaca mau nyari air terjun di Jogja yang masih perawan selain Curug Samigaluh, bolehlah datang kemari. Air terjun ini melengkapi daftar air terjun yang ada di Gunungkidul.

NIMBRUNG DI SINI