navigation

Curug Dago yang Sepi dan Tersembunyi

terbit Jumat, 9 Juli 2010, 14:38 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

https://mblusuk.com/gambar/curugdagohead.jpg

Dari informasi yang tersiar di internet, katanya di kawasan Dago, Bandung, ada suatu air terjun yang bernama Curug Dago. Berhubung rumah di Bandung juga terletak di kawasan Dago, bolehlah sekiranya di hari Selasa pagi (22/6/2010) aku mencoba bersepeda ke sana. Toh, misiku di tahun 2010 ini berubah, dari yang dulu mencari candi, sekarang ganti mencari air terjun. #senyum.lebar

 

Dengan sepeda lipat B2W yang aku usung dari Jogja, dimulailah perjalanan dengan mendaki Jl. Ir. H. Juanda menuju arah utara. Buatku ini serasa mendaki Jl. Kaliurang km 11 ke atas, karena jalannya nanjak agak landai walau beberapa kali diselingi tanjakan yang lumayan curam.

 

Setelah menempuh jarak sekitar 1,5 km sampailah aku di Terminal Dago. Dari rumah lumayan dekat sih. Tapi kalau dari flyover perempatan Jl. Ir. H. Juanda yang ada di bawah, mungkin ya jaraknya ada sekitar 6 km.

 

mengangkat sepeda lipat menuruni tangga menuju Curug Dago di Bandung pada tahun 2010
Butuh perjuangan buat ngusung sepeda ke Curug Dago ini.

 

Di sana aku lihat ada poster yang bertuliskan Curug Dago. Langsung saja aku ikuti arah yang tercantum di poster itu yaitu ke arah kiri (barat) dari Terminal Dago. Setelah itu melibas turunan jahanam dan ketemu lagi dengan poster Curug Dago yang lain.

 

Nah, petunjuk di poster itu mengarah ke jalan setapak menuju hutan. Aku sempat ragu-ragu dan bertanya ke warga, tapi mereka bilang memang itulah jalan ke Curug Dago. Ya sudah, jadinya aku bersepeda menyusuri jalan setapak yang hanya muat untuk lewat 2 kendaraan roda dua itu.

 

Sampai di hutan (yang ternyata masih di dalam kawasan Taman Hutan Raya Juanda), suara berisik air terjun sudah terdengar. Tapi aku masih harus menuruni anak tangga untuk bisa sampai ke dasar air terjun. Anak tangganya itu dari batu dan sialnya licin serta berlumut. Alhasil, aku harus hati-hati melangkah, sebab aku turun sambil bawa sepeda lipatku, hehehe. #hehehe

 

 

Sekitar 100 meter berjalan kaki, sampai deh di dasar Curug Dago. Airnya cukup deras. Walau tingginya hanya 10 meter, akan tapi cipratan airnya bisa membasahi kameraku. Padahal jarakku ke Curug Dago ya paling ada lah lebih dari 20 meter.

 

Di sekitar Curug Dago beridiri dua bangunan berwarna merah. Ternyata, di dalam bangunan itu tersimpan prasasti. Menurut para ahli sejarah, konon kedua prasasti tersebut merupakan peninggalan Raja Rama V (Raja Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) yang pernah berkunjung ke Curug Dago sekitar tahun 1818.

 


Prasasti peninggalan Raja Rama V dan Raja Rama VII ada di dalam bilik merah.

 

Aku singgah di Curug Dago sekitar pukul 7 pagi. Suasana di Curug Dago sangat sepi. Mungkin karena masih pagi ya? Tapi menurut kabar yang aku baca di internet, Curug Dago ini memang sepi. Mungkin karena sepi itu pula, fasilitas di sana jadi tidak terawat. Seperti jalanan yang rusak dan besi pembatas tangga yang hilang. Mungkin juga karena pengunjung tidak ditarik biaya retribusi saat masuk ke sini.

 

Menurutku, Curug Dago ini cukup fotogenik sebagai obyek foto. Walaupun pengunjung tidak bisa bermain air di sini. Apa Pembaca juga pernah berkunjung ke Curug Dago?

NIMBRUNG DI SINI