Sebulan sekali, beberapa sahabat SPSS berinisiatif menggelar acara bersepeda pagi di hari kerja. Tentu, pesertanya #senyum.lebar">jauh lebih sedikit dibanding saat di hari Sabtu. Biasanya juga, rute yang dipilih cukup nggilani, banyak tanjakan yang bener-bener jahanam. Karena itu acara SPSS ini kerap disebut sebagai PEKOK (Pit-pitan Ekstrim Koyok Ora Kalap).
Hari Rabu (16/6/2010), sebanyak 8 orang sahabat SPSS; Aku, Vendy, Angga, Yacob, Agung, Pakdhe Timin, Arisma, dan Indomie Goreng berencana bersepeda ke Pantai Congot. Sesuai penerawanganku, Pantai Congot itu jaraknya cuma 40-an km dari Jogja. Kontur medannya pun landai, tak ada tanjakan jahanam seperti di Mangunan atau Ngerenehan.
Jadi, betulkah ini PEKOK? Awalnya aku pikir sih nggak. Oleh karenanya, aku pakai sepeda lipat dan Indomie Goreng pakai Sierra, keduanya jelas bukan sepeda tempur andalan kami.
Etape 1. Kota Jogja – Kota Wates (40-an km)
Demi menghindari jalan raya yang padat kendaraan, kami mulai dengan menyusuri Jl. Godean dan melewati Jl. Klangonan – Tempel yang tembusnya dekat dengan jembatan Kali Progo. Dari sana kami tinggal menyusuri Jl. Wates hingga sampai ke kota Wates. Kontur jalan yang mayoritas landai dan banyak turunan, membuat kami mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi.
Etape 2. Kota Wates – Gerbang Pantai Glagah/Congot (10 km)
Lagi-lagi ini hanya rute landai yang sama sekali tak menguras tenaga. Pada Etape ini Vendy mengalami kecelakaan saat hendak melompat dengan sepeda untuk naik ke atas trotoar. Yah, saya berduka atas musibah yang menimpanya (dan “anunya” itu). Semoga ia makin mawas diri saat hendak pethakilan. #hehehe
Etape 3. Jl. Raya Daendels menuju Pantai Congot (9 km)
Tantangan yang sesungguhnya dimulai! Lazimnya, kontur jalan menuju pantai itu menurun, sehingga sepeda bisa dikayuh ringan dan cepat. Tapi, karena angin laut yang cukup besar menerpa kami, kayuhan sepeda terasa sangaaat berat.
Yang tambah aneh lagi, Agung dan Yacob yang notabene Sahabat SPSS angkatan muda adalah yang terdepan, meninggalkan para angkatan lama (khususnya Angga) jauh dibelakang. Hebat!
Pukul 12.00, sampailah kami di Pantai Congot dan segera mengatur sepeda dan diri sendiri untuk berpose di depan kamera. Hahaha, dasar pesepeda narsis! #senyum.lebar
Saat hendak pulang, Vendy mengajak kami untuk singgah di rumah mbahnya. Kata Vendy, di sana sudah menanti gulai kambing dan jarak rumah mbahnya itu dekat dari Pantai Congot. Hmmm... tawaran yang menarik. Jadi, tunggu apalagi?
Etape 4. Jl. Raya Daendels menuju Grabag (17 km)
Pas sedang asyik-asyiknya melibas Jl. Raya Daendels yang sepi, aku baru ingat kalau Vendy pernah cerita perihal rumah mbahnya itu letaknya di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Celaka! Omongannya yang katanya dekat itu ternyata... JAUH!
Meskipun jarak 17 km itu serupa dengan jarak Jogja – Pakem, tapi medan bersepeda yang ini lebih menguras tenaga. Bukan karena kontur jalannya yang menanjak. Melainkan karena kami harus (sekali lagi) bersepeda melawan angin! Ditambah lagi, Jl. Raya Daendels itu adalah jalan raya yang besaaaaar, lebaaaar, sepiiiii, dan tanpa ujuung! Ini jelas bikin pikiran kami dipenuhi tanda tanya besar, “kapan sampainya sih?”. #hehehe
Pukul 14.45, akhirnya kami tiba di rumah mbahnya Vendy di Kecamatan Grabag. Kami disambut oleh kedua orangtua Vendy dan adiknya. Ah ya, tentu sudah tersedia gulai kambing di sana. #senyum.lebar
Saat kami melepas lelah sambil ngobrol-ngobrol, Ibu Vendy cerita kalau jarak dari Kota Jogja sampai ke rumah di Purworejo ini sekitar 85 km. HAAAH!!! Menimbang-nimbang bagaimana kerasnya usaha kami untuk balik ke Jogja, maka di sana kami hanya beristirahat 1,5 jam dan melanjutkan perjalanan... pulang ke Jogja.
Etape 5. Perjalanan Pulang (85 km)
Untuk perjalanan pulang, kami nggak mengambil rute yang sama seperti perjalan pergi. Kami mengambil rute jalan kampung yang tembusnya di Jl. Raya Wates – Purworejo, sekitar 5 km dari kota Purworejo.
Kami sampai di Kota Wates sekitar pukul 19.30 malam. Di Kota Wates itu kami makan malam dan bertemu dengan Paklik Turtlix yang sengaja diimpor oleh Indomie Goreng untuk mengawal kami kembali ke Jogja. #hehehe
Tunggu dulu! Perjalanan belum selesai! Kami harus melibas 35 km menuju kota Jogja. Medan jalan kurang bersahabat sebab suasananya malam yang gelap-pekat ditambah kontur jalan yang naik-turun. Ini benar-benar bersepeda malam tergila yang pernah kami lakukan!
Tapi jangan salah, begitu kami sampai di Kota Jogja, Paklik menyebutkan bahwa 35 km itu kami tempuh hanya dalam waktu 38 menit! Wow!
Bahkan Paklik sendiri geleng-geleng kepala menyaksikan kelakuan kami. Apa yang kami perbuat di hari Rabu ini benar-benar melatih keras dengkul-dengkul kami. Inti dari perjalanan kami ini hanya melibas trek yang teramat panjang dengan peralatan yang serba minim, itu saja. #hehehe
Jadi, kalau Pembaca mau bersepeda sampai Pantai Glagah atau Pantai Congot, ya... silakan saja. Tapi kalau menambah jarak bersepeda hingga ke Kutoarjo... hehehe... tidak aku sarankan! #hehehe
Itu yang cewek separoh cowok itu sesuatu bener ya bisa imbangi kalian yang cowok seutuhnya, huahaha..
Langitnya membiruuuu.. Mantab!
Dia sudah terlatih lama nyepeda sama kami para cowok-cowok jadinya kuat, hehehe. :p
Motoran 170 km bagi yang nggak biasa udah pada ngeluh capek..
Lha sampeyan nyepeda.. jempol tenan.. :D
menarik banget
kearen aku abis dr tawangmangu!!!!!!!
ha kalian memang luar biasa!
well, tp waktu ku tak seluas waktu mu nak xixixixixixi.....
nanti kalo kamu punya pacar harus yg hobi sepedaan juga yah?
kalo enggak.. waaah kamu modyar mboncengin hehehe :P
Hebat,
Tumben ga masuk angin........
Jauhnya,,,,
Boleh dicoba tuh nyepeda ke Candi Cetho trus ke Tawangmangu dan dilanjutkan hingga ke Sarangan Lage, Magetan :D
yg ke Candi Cetho biarlah teman-teman saya saja :D