HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Bendungan Mistis Randualas

Rabu, 26 Mei 2010, 13:06 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Keranjingan main air. Itulah yang terjadi pada kegiatan SPSS akhir-akhir ini. Aku sih menduga, mungkin itu karena cuaca Jogja yang kian hari kian panas. Plus pengaruh candu air terjun Kebumen yang belum mereda #hehehe. Alhasil, yang demikian itu lantas membuat beberapa sahabat SPSS merengek-rengek meminta rute yang memungkinkan untuk berbasah-basah ria.

 

Selepas mengunjungi Desa Srowolan di hari Sabtu (15/5/2010), kami memutar otak mencari rute yang mengarah ke tempat untuk berbasah-basah ria. Menurut informasi di peta wisata Desa Srowolan, tak jauh dari sana terdapat sungai yang bisa digunakan untuk bermain air. Oke deh, yuk meluncur ke kali. #senyum.lebar

 

Niat bermain air mendadak surut. Sebab, ternyata arus sungainya cukup deras. Tak nikmatlah bermain air di sana. Jadi, di manakah kiranya kami bisa bermain air?

 

Yang demikian ini tidak menyurutkan ambisi kami. Berbekal urat malu yang nyaris putus, kami memboyong beberapa anak-anak desa guna memandu kami menuju sungai terdekat di mana kami semua bisa bermain air.

 


Berbekal urat malu yang sudah putus, kami sukses "menculik" anak kecil ini. Jangan ditiru! #senyum.lebar

 

Singkat perjalanan, sampailah kami di suatu bendungan bernama Bendungan Randualas. Secara administratif letaknya di desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

 


Bendungannya sih nggak begitu besar. Tapi cocoklah untuk main air.

 


Ini anak-anak seneng banget main air. #senyum.lebar

 


Kalau yang sudah gede sih lebih seneng foto-foto di air. #hehehe

 

Bersama anak-anak desa, kami menikmati dinginnya air yang mengalir dari Bendungan Randulas tersebut. Menjelang siang, anak-anak desa tampak bergegas keluar dari air dan bersiap-siap pulang. Sementara kami sendiri masih menikmati suasana asri di Bendungan Randualas.

 

“Mas, ayo bali, selak dhemit e metu!”, teriak seorang anak

 

Spontan, buat kami yang paham bahasa Jawa, langsung saja mengambil langkah seribu menjauhi Bendungan Randualas. Sementara beberapa sahabat SPSS yang tak paham bahasa Jawa tampak kebingungan. Namun setelah dialih-bahasakan, barulah mereka juga mengambil langkah seribu.

 

Menurut cerita yang beredar di masyarakat setempat, selepas pukul 12 siang, Bendungan Randualas ini jadi “ramai” tak ubahnya jalan raya. Maklum, bendungan ini berada di jalur yang menghubungkan Gunung Merapi dan Laut Selatan. Kalau perkara cerita mistis jelaslah ada banyak versi. Mulai dari orang hilang sampai meninggal. Waduh...

 


Kami sebelumnya tak tahu kalau bendungan ini ternyata mistis, duh!

 

Tapi menurutku ya bagus juga sih. Terlepas benar-tidaknya kisah mistisnya, Bendungan Randualas ini masih terjaga keasriannya. Apa perlu setiap bendungan bahkan sungai dibumbui kisah mistis, agar orang tak semena-mena memperlakukannya? #hehehe

 

Jadi, mohon kiranya Pembaca menjawab teks pertanyaan tebal yang berwarna merah di atas itu.

Matur nuwun. #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI