HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

11 Pocong di Istana Kematian Gunung Kelir

Sabtu, 17 April 2010, 23:21 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Di Museum Purbakala Pleret, Indomie Goreng terkesima dengan suatu foto tua. Bertanya ke bapak penjaga museum, ternyata itu adalah foto yang diambil di Gunung Kelir, yakni pemakaman tua yang terletak di atas bukit, tak jauh dari lokasi Museum Purbakala Pleret.

 

Didorong rasa penasaran, kami pun mengayuh sepeda ke sana. Tak sampai 15 menit (disertai salah jalan pula), kami pun sampai di kaki bukit Gunung Kelir. Di sana kami dihampiri oleh Pak Slamet, selaku juru kunci Gunung Kelir. Bersama beliau, sahabat SPSS pun menjelajah pemakaman tua yang merangkap situs purbakala tersebut.

 

Sepeda-sepeda kami parkir di kaki bukit. Kemudian, kami berjalan kaki mendaki bukit yang rimbun dengan pepohonan lebat. Sesampainya di atas bukit, beberapa sahabat SPSS terkesima dengan pesona Gunung Kelir. Tak jarang, beberapa di antara mereka meminta diriku menggelar sesi pemotretan. #hehehe

 

Ada-ada saja, sesi pemotretan di tengah makam...

 


Eksotis juga buat lokasi pemotretan. Yah...kurang ada yg nggelantung di atas pohon aja sih. #hehehe

 

Berhubung ini pemakaman tua, kami pun iseng bertanya ke Pak Slamet perkara kemistisan tempat ini.

 

Wah, baru kemarin malam ada 3 orang semadi di sini. Tapi mereka nggak kuat, lari kabur, karena muncul 11 pocong.

 

Ups... #hehehe

 

Namun, di balik penampakan 11 pocong itu, Gunung Kelir menyimpan romantisme kisah cinta di masa lampau. Di Gunung Kelir ini dimakamkan Ki Panjang Mas, seorang dalang favorit raja Amangkurat I. Ada desas-desus, kalau Ki Panjang Mas ini dibunuh oleh utusan Amangkurat I saat sedang mendalang. Sebab, Amangkurat I ingin memperistri Ratu Mas Malang yang tak lain adalah istri Ki Panjang Mas.

 


Makam Ki Panjang Mas diapit oleh dua pohon beringin besar.

 

Namun Ratu Mas Malang tak menerima cinta Amangkurat I. Ia sangat mencintai Ki Panjang Mas, hingga pada akhirnya meninggal dunia. Rumornya, Ratu Mas Malang sengaja meracuni dirinya sendiri. #sedih

 

Amangkurat I menginginkan Ratu Mas Malang dimakamkan di tempat yang ia kehendaki. Namun setiap kali digali tanah untuk makam, selalu muncul sumber mata air. Menurut cerita, itu tanda bahwa Ratu Mas Malang tak mau berpisah dari suaminya, Ki Panjang Mas. Pada akhirnya, Ratu Mas Malang dimakamkan dekat makam suaminya.

 


Salah satu sumber mata air itu. Bagian terdalam sekitar 2 meter dan kerap jadi lokasi favorit semadi.

 

Selain makam Ki Panjang Mas dan Ratu Mas Malang, di Gunung Kelir juga terdapat sejumlah makam lain. Ada cerita kalau makam-makam tersebut merupakan makam para pesinden dan penabuh gamelan yang konon ikut terbunuh saat pembunuhan Ki Panjang Mas.

 

Di salah satu sudut Gunung Kelir terdapat sebuah batu persegi yang lumayan besar. Menurut Pak Slamet, batu itu adalah wadah koleksi wayang milik Ki Panjang Mas. Posisinya terbalik, dan hingga saat ini belum ada orang yang mampu menyibak isinya. Konon, koleksi wayang Ki Panjang Mas itu masih tersimpan utuh. Itu pula yang melatar-belakangi banyak orang untuk bersemadi disini untuk menjadi DJ alias Dalang Jawa. #senyum.lebar

 


Ya jelas ndak bisa diangkat batunya, wong ada yang duduk diatasnya kok.

 

Oh ya, bicara soal pemakaman tua, aku jadi ingat kasus bentrokan warga dan Satpol PP di makam Mbah Priuk. Kalau pemakaman di Gunung Kelir ini mungkin tak ada yang berani menggusur. Lha wong kekeramatannya sudah teruji kok. Pingin diserbu kesebelasan pocong po? Hehehe. #hehehe

 

Tapi sejatinya, aku pikir buat apa sih nggusur makam? Kalau nggusur makam untuk makam lagi sih masih bisa diterima. Tapi kalau nggusur makam untuk bikin usaha, duh, apa ya ndak ada lahan lain sih? Yang sudah meninggal ingin istirahat tenang, kok ya diganggu? #sedih

 

Aku jadi teringat pesan kalau yang bikin kisruh dunia itu ada tiga hal, yakni HARTA, CINTA, dan TAHTA. Dari kisah romantisme Gunung Kelir ini dan tragedi makam Mbah Priuk, aku kira kita semua bisa menarik pelajaran. Bagaimana pada akhirnya, nyawalah yang menjadi taruhannya.

 


Jadi berani kemari di malam Selasa atau Jum'at Kliwon kan? #senyum.lebar

 

Yah, semoga kita semua dapat berlaku arif, baik kepada yang masih hidup dan juga mereka yang sudah tiada.

 

Pembaca jangan jadi takut ke Gunung Kelir yah! Ayo kita majukan pariwisata sejarah di kecamatan Pleret, Bantul, Yogyakarta! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI