Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Apa yang Pembaca harapkan dari sebuah bukit?
Suasana romantis?
Pemandangan yang elok?
Ikon unik suatu tempat?
Bukit, pada dasarnya hanyalah gundukan tanah yang menjulang tinggi. Beberapa di antaranya mengandung inti bebatuan. Batu-batu itu tak kalah berharga dari batu candi nan antik. Kenapa? Sebab bisa dijual dan ada yang mau beli.
Tak usahlah jauh-jauh. Amati ornamen penghias rumah Pembaca (bila ada #hehehe). Adakah batu yang melekat di sana? Batu-batu pemanis ruang itu dari manakah asalnya? Ya dari bukit!
Kalau Pembaca tak sempat keluar rumah, izinkan aku menyajikan foto-foto berikut kepada Pembaca. Berikut adalah salah satu buah kegiatan blusukanku ke berbagai tempat dan merekam peristiwa yang terjadi.
Aku singgah di Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Apa yang aku nikmati di sana adalah pemandangan elok yang tersaji dari perbukitan gamping. Sepengamatanku, sejumlah bukit habis dipapas oleh para penambang batu.
Aku berpikir, lambat laun semua bukit kelak kan habis dipapas. Bukit, bukan sumber daya alam yang bisa diperbarui.
Kalau aku nggak salah ingat, ada suatu kecamatan di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta yang bernama Gamping. Sebab, dahulu di sana penuh dengan perbukitan gamping. Sekarang? Hanya tersisa seonggok batu gamping sebagai kenang-kenangan. Bahwasanya batu gamping itulah yang melatar-belakangi tradisi upacara adat Saparan Bekakak Ambarketawang.
Setujukah Pembaca bahwa kegiatan penambangan ini akan merusak alam?
Alam dirusak hanya demi mendapatkan imbalan sesuap nasi?
Padahal kan alam yang menunjang kehidupan kita?
Tapi, apabila kegiatan penambangan dihentikan. Hidup ribuan penambang akan goyah. Ah, permasalahan ini kok ya jadi sedemikian kompleks?
Kalau Pembaca berkenan, aku ingin tahu Pendapat pembaca. Aku beri dua opsi berikut:
- Setuju dengan kegiatan penambangan. Resikonya, bukit-bukit akan menghilang.
- Tidak setuju dengan kegiatan penambangan. Resikonya, penambang harus mencari usaha lain.
Aku bimbang. Mohon kiranya aku diberi masukan wahai Pembaca nan budiman. Pembaca pilih yang mana?
berkata\"SENG PENTENG ISO MANGAN MAS,karna memang begitu sulit mencari
pekerjaan.bagaimana mau memikirkan KELESTARIAN ALAM kalau PERUT
KERONCONGAN, mari kita pikirkan dan renungkan bersama
disebelah mana ya...
Di Yogya kan ada bukit kapur tertua di Indonesia,
Saya lupa nama dan tempatnya, sekarang hanya sisa seonggok kecil dan diberi pagar,
Syukur2 kalo mas Wijna yang doyan mblusuk pergi ke sana dan menyajikan fotonya [ga ada di Google]
Thanx
Musti didefinisiin dulu arti merusak alam. Kalo merusak alam yang berbukit menjadi tidak berbukit, sehingga bebatuannya bisa digunakan untuk membuat bendungan, dan lahan bekas bukitnya dijadikan taman, apa tergolong merusak alam?
Merusak juga karena bentuk alam jadi tidak seperti dahulu kala.
penambangan semau2nya merusak alam,
itu saja :|
Kalo emang enggak setuju ya bantu mereka mendapatkan pekerjaan baru. Lagian... kadang tiap pasangan baru pengennya punya rumah baru juga ,usaha baru pengen punya homebase....ehm makin susah wae....
Tapi susah sih. Andai aku cuma kuli angkut, sekolah ga tinggi, dan ga punya keahlian lain selain ngangkutin batu2 itu, bingung juga kalo dilarang ntar mau nyari kerja apa... :(
berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya makasihh :D
akibart penambang liar tradisional itu. Seberapa kuat sumber daya
mereka untuk menggerus bukit yang besar itu dalam waktu singkat?
Jangan-jangan justru industri yang bermodal besarlah yang menyebabkan
semuanya.
kalo di bilang setuju sih gak juga abis pemandangan jadi berkurang keindahannya