HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Mblusuk Gili Trawangan

Selasa, 25 Agustus 2009, 08:26 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Banyak fotografer yang bilang kalau Pulau Lombok itu pantainya bagus pakai banget. Soalnya, pantai-pantai di Lombok itu berpasir putih, berbukit hijau, dan jarang dijamah manusia.

 

Tapi sebetulnya, pantai-pantai yang bagus itu nggak ada hanya di pulau Lombok saja, tapi juga di pulau-pulau kecil di sekitar Lombok yang disebut gili oleh masyarakat setempat. Dari sekian banyak gili, ada satu gili yang populer, namanya Gili Trawangan.

 

Naik Perahu ke Gili Trawangan

Gili Trawangan adalah gili terbesar. Letak Gili Trawangan berdekatan dengan Gili Air dan Gili Meno. Secara adminstratif, Gili Trawangan terletak di Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

 

Untuk bisa menyebrang ke Gili Trawangan, kita bisa menumpang perahu yang berlabuh di Pelabuhan Bangsal. Jangan heran kalau di dalam perahu juga dijejali dengan aneka macam sandang-pangan-papan. Itu karena kebutuhan hidup di gili dipasok dari Lombok.

 


Berbagai kebutuhan pokok Gili Trawangan diangkut pakai perahu.

 

Tarif menyebrang ke Gili Trawangan sebesar Rp10.000 per orang. Kalau sudah sampai di Pelabuhan Bangsal cari saja kapten kapal dan silakan bertransaksi #senyum.lebar. Perjalanan dari Pelabuhan Bangsal ke Gili Trawangan memakan waktu kurang lebih 30 menit.

 

Ayo Berwisata Ekologi di Gili Trawangan!

Sebelumnya aku mau memberi tahu dulu, kalau liburanku di Gili Trawangan pada bulan Agustus 2009 ini nggak kugunakan untuk bersantai-santai di tepi pantai. #halah

 

Pertama, karena aku ini hobi motret, jadi aku merasa berkewajiban untuk bisa mengabadikan foto bagus. Kedua, karena aku ini hobi blusukan, jadi aku berusaha untuk mengenal lebih dekat tempat yang aku singgahi itu. Termasuk di antaranya bercengkrama dengan warga sekitar. Syukur-syukur kalau dapat gebetan kenalan baru. #eh

 

Setidaknya, aku bisa kenal dengan kehidupan di Gili Trawangan dan juga kebudayaan mereka. Wisata semacam ini yang disebut sebagai Wisata Ekologi dan bisa bikin kita merasakan sensasi Indonesia yang sesungguhnya.

 


Suasana pagi hari di Gili Trawangan. Sepi. Bule-bule masih pada bobok....

 

Dilarang Ada Motor di Gili Trawangan!

Kendaraan yang bisa dipakai untuk blusukan di Gili Trawangan ini terbatas, yaitu naik CiDoMo bertarif Rp10.000 – Rp20.000 (tergatung jarak tempuh) atau menyewa sepeda. Aha! Sebagai manusia Bike to Work, jelaslah aku milih menyewa sepeda. #senyum.lebar

 

Berkat wajah yang rupawan memelas, aku berhasil mendapatkan tarif sewa sepeda yang murah-meriah yakni Rp15.000/jam atau Rp30.000/seharian. Lha, mending nyewa seharian kan? #senyum.lebar

 


Kapan dan di mana pun tetap BERSEPEDA! #senyum.lebar

 

Melihat diriku yang gagah kepayahan membawa kamera sekaligus tripod, si mbak penjaga menawarkan aku city bike yang ada keranjangnya. Duh, serasa naik Sierra DX-nya mbak Indomielezat. Tapi nggak apa-apalah, dengan ini kegiatan blusukan bisa dimulai! Yiihaa!

 

Konsumen Gili Trawangan itu Turis Bule!

Kalau nggak melihat bendera merah-putih berkibar-kibar, kita nggak bakal menyangka Gili Trawangan ini masih wilayah Indonesia. Kenapa? Soalnya di sana banyak banget turis bulenya!

 

Memang, Gili Trawangan ini dikenal sebagai surganya snorkeling, diving, dan surfing. Untuk penginapan, Gili Trawangan menawarkan banyak pilihan. Dari hotel berbintang bertarif jutaan rupiah per malam sampai losmen kecil bertarif ribuan rupiah per malam. Tinggal pilih sesuai kantong selera. Perlu diketahui juga kalau kapal-kapal penyebrangan Pulau Lombok – Gili Trawangan itu hanya beroperasi dari pukul 6 pagi hingga 6 sore.

 

Kalau kita melihat sisi selatan Gili Trawangan, kita bakal menemukan "surga"! Di sinilah denyut nadi perekonomian Gili Trawangan. Beragam kafe, restoran, dan pub berjejer rapi di sepanjang pantai. Konsumen utamanya? Jelas turis bule dong!

 


Di kanan-kiri jalan isinya kafe, restoran, bar. Konsumennya ya turis asing lah.

 


Mencari kuliner asing di Gili Trawangan itu nggak susah. Yang susah itu mencari kuliner lokal.

 


Es Krim lokal, Gili Gellato, harganya Rp10.000 per scoop. Nyam!

 


Jangan khawatir kehabisan uang karena harga di Gili Trawangan mahal-mahal. Ada ATM kok....

 

Harga makanan di Gili Trawangan sebenarnya nggak mahal-mahal amat. Ya sekitar Rp30.000-an ke atas lah. Minuman alkohol saja dijual mulai harga Rp10.000. Tapi berhubung diriku ini muslim taat berkantong cekak, alhasil selama di sana aku cuma makan santapan ndeso. Syukur di sana masih ada makanan mengenyangkan dengan harga kurang dari Rp10.000. Jadi, aku nggak perlu menyantap pasir dan air laut tiap hari deh, hehehe #hehehe.

 

Selain itu, harga kebutuhan pokok yang dijual di toko-toko kelontong umumnya sedikit lebih mahal. Mungkin karena ongkos angkutnya juga mahal ya?

 

Potret Kehidupan Warga Lokal Gili Trawangan

Kalau di sisi selatan Gili Trawangan berupa "surga", bagaimana di sisi utara? Nggak usah jauh-jauh deh. Cukup 1-2 km dari bibir pantai selatan ke arah utara, kita bakal menemukan perkampungan warga.

 

Kalau ada rumah mewah yang nyempil di sini paling ya untuk penginapan. Selain itu ya rumah kecil, berdinding tanpa plester, layaknya rumah-rumah kampung di pulau Jawa pada umumnya.

 


Tipikal rumah warga di pedalaman Gili Trawangan yang jauh dari hiruk-pikuk wisatawan.

 

Di malam hari, kondisi jalan-jalan kampung gelap karena minim lampu penerangan jalan. Ditambah lagi, Gili Trawangan sering mengalami pemadaman listrik di malam hari. Mantap kan hidup di pulau sambil gelap-gelapan. #hehehe

 

Aku penasaran dengan suara azan saat tiba pertama kali di Gili Trawangan. Aku tanya saja kepada warga, "Di sini masjid di mana ya Pak?" dan Alhamdulillah dengan sedikit nyasar-nyasar akhirnya aku berhasil juga menemukan masjid. #senyum.lebar

 


Masjid Nurul Istiqomah yang terbesar di Gili Trawangan.

 

Katanya, di Gili Trawangan ini ada dua masjid. Salah satunya adalah Masjid Nurul Istiqomah di mana aku menyempatkan salat Isya berjamaah di sana. Sayup-sayup, di bagian sisi masjid aku mendengar ada anak-anak yang sedang membaca Al-Qur’an.

 

Kenapa aku menulis ini? Itu karena Gili Trawangan identik dengan kehidupan hedonis ala bangsa barat. Jadinya, agak kontras saja melihat suasana keagamaan yang cukup kental di pulau ini.

 


Suasana selepas salat Isya di masjid Gili Trawangan.

 

Nggak hanya masjid, aku juga mencari fasilitas umum lain seperti sekolah, puskesmas, dan pasar. Aku kepingin tahu, bagaimana prasarana penunjang hidup bagi warga lokal yang (biasanya) terpinggirkan oleh prasarana penunjang pariwisata untuk turis asing.

 


Siswa-siswi SMP pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.

 


Pemakaman umum warga Gili Trawangan yang letaknya lumayan tersembunyi.

 

Sedikit ke utara aku menjumpai pemandangan kebun kelapa. Rupanya beberapa warga mengandalkan kelapa sebagai tumpuan ekonomi mereka. Di sini aku merasakan kehidupan warga lokal Gili Trawangan yang sesungguhnya. Jauh berbeda dari hiruk-pikuk yang ada di sisi selatan.

 


Sepertinya menarik untuk dijelajahi. Di tengah-tengah Gili Trawangan ada apa ya?

 

Jangan Sampai Gili Trawangan Dikuasai Bule!

Kalau aku bilang, Gili Trawangan itu "hidup", dalam arti mampu menunjang kehidupan warganya dengan potensi alam yang bergelimpangan di sana. Walaupun demikian, di beberapa tempat posisinya cukup jauh dari jantung perekonomian, kita masih bisa menemui kesenjangan ekonomi yang nyata. #sedih

 

Untuk lokasi pariwisata yang berbaur dengan pemukiman warga, tanpa disadari bisa jadi bakal ada pengaruh-pengaruh asing yang menyusup ke dalam sendi kehidupan warga. Kalau ini terjadi, wah bisa runyam, karena nilai-nilai sosial dan budaya lokal warga akan lenyap dan tergantikan oleh nafsu mengeruk keuntungan semata.

 

Semoga jangan sampai deh itu terjadi! Melihat banyaknya turis asing di sini, aku jadi takut kalau kelak tempat ini dikuasai sepenuhnya oleh investor asing. Hiii....

 

Aku hanya bisa singgah sebentar di Gili Trawangan. Menurutku, cara paling nikmat untuk berwisata Ekologi di Gili Trawangan adalah dengan menumpang hidup di rumah warga. Ya seperti kuliah kerja nyata lah, 2 bulan beraktivitas di sana. Semoga kesempatan seperti itu datang padaku kelak.

 

Jatuh...

Sehabis motret foto di awal artikel ini, aku jatuh, mencium pasir, dan jadi tontonan turis bule...

NIMBRUNG DI SINI