Kalau menurut Wikipedia Indonesia,
Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
(Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3)
...terdengar rumit ya?
Pokoknya, menurutku desa wisata itu adalah desa di mana mata pencaharian penduduknya bergantung kepada potensi pariwisata yang ada di desa itu. Tapi aku jadi ingat Desa Borobudur, di mana di sana terdapat Candi Borobudur. Mata pencaharian penduduknya mayoritas adalah menjadi penjual suvenir. Tapi layakkah desa tersebut disebut sebagai desa wisata?
Oke, kita kembali ke Desa Kebondalem Kidul di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang merupakan markas besar KKN-PPM Unit 80 UGM tahun 2008 silam. Desa ini juga punya potensi pariwisata, suatu candi bernama Candi Sojiwan. Walaupun ya kalau dibandingkan sama Candi Borobudur ya masih kalah megah sih. #hehehe
Menurut pengamatanku, hanya Candi Sojiwan inilah potensi pariwisata besar yang ada di Desa Kebondalem Kidul. Terutama potensi pariwisata yang bisa dilihat mata. Eh, semisal ada warga Desa Kebondalem Kidul yang mampir ke blog ini dan tahu ada potensi pariwisata lain, sudilah kiranya aku diberi tahu. #senyum.lebar
Kalau Candi Sojiwan itu benda diam yang bisa dilihat setiap hari, Desa Kebondalem Kidul juga punya atraksi pacuan kuda yang digelar di minggu-minggu sesudah Idul Fitri saja. Bila mempertimbangkan lokasi Desa Kebondalem Kidul yang jaraknya cukup dekat dengan Kompleks Candi Prambanan dan Jl. Raya Yogyakarta – Solo, kenapa nggak menjadikan desa ini sebagai desa penginapan bagi para wisatawan sejarah? Mengingat penginapan besar cuma satu yaitu di Desa Tlogo dan penginapan kecil di sana beberapa tersangkut rumor "layanan plus-plus". #hehehe
Kenapa dulu unit kami berencana menjadikan Desa Kebondalem Kidul ini sebagai desa wisata? Itu karena sebagian besar warga, terutama kaum mudanya nggak memiliki pekerjaan tetap. Kalaupun ada pekerjaan, mereka bekerja di luar Desa Kebondalem Kidul. Untuk itu kami mencoba untuk memberi mereka mata pencaharian alternatif dengan konsep desa wisata. Kala itu obyek utama kami adalah Candi Sojiwan yang sedang dipugar tentunya bisa menjadi pembelajaran bagi mereka yang tertarik di bidang sejarah.
Tapi konsep desa wisata itu hanya menjadi sebatas impian tatkala penduduk desa nggak bergerak untuk mengubah nasibnya sendiri. Apa yang kami lakukan selama 2 bulan di sana mungkin hanya sebagai motivasi. Itupun nggak seberapa. Mungkin mereka trauma dengan bencana Gempa Bumi Jogja-JaTeng tahun 2006 silam sehingga ingin segala sesuatunya menjadi serba instan serta menghasilkan banyak uang. Kalau begini caranya, siap-siap saja kita menunggu Desa Kebondalem Kidul dicaplok oleh pihak luar. #sedih
Tapi ada untungnya juga Desa Kebondalem Kidul belum menjadi desa wisata. Karena di sana aku masih menemukan tempat blusukan yang sepi dari hiruk-pikuk manusia. Nggak kebayang kalau di sana nanti penuh dengan warga-warga asing. Tapi sebenarnya aku lebih senang lagi kalau masyarakat desa bisa membebaskan diri mereka dari jelitan kemiskinan dengan usaha dan potensi yang ada di desa mereka sendiri.
aku sih dikasih taunya pas pamitan KKN (awal Januari 2013) sama Pak Topo, pengurus Desa Wisata,
jadi info lebih lanjut bisa hub Pak Topo ( 0817265905/08282757206 )
Pak Topo tu baik loh, udah 2 kali ngajak tim KKN UNY bertualang !! :D
Terus rencananya Mei mau ada Festival Seni disana :D
dulu kkn ugm mbuat program apa mz yang berhubungan dengan desa wisata kebondalem kidul?
Ditunggu jawabannya
aq unit 115 pa ya buahaha .. masi tetanggan kampuse )
Wah, kalian bertiga ini!
Aku pernah nonton liputan tt satu desa wisata. Bahkan desa itu tak punya obyek wisata sama sekali! Gimana bisa?! Rupanya warga di sana bergotong royong menanam pohon dan merawat hutan yang tersisa, hingga hutan itulah yang jadi obyek wisata kemudian. Intinya, memang yang paling dibutuhkan adalah kemauan warga desa itu sendiri utk merubah nasib.
Sayang ya, Wis, mereka tidak tahu perasaanmu...
Yah, memang kita mahasiswa KKN ini hanya bisa memicu, dan yang mesti melakukannya ya warga desa itu sendiri.
Gak nyaka deh....
ayoo tetep semangat :)
di edukasi lagi :)
gaet pihal2 laen yg punya power untuk ikut berpartisipasi :)
Ini kan memang artikel KKN jadi wajar lah klo diriku mbahas ttg desa itu. Piye?
kalo judulnya masih impian berarti belum jadi ya mas?