Di Kota Jogja, kalau mau lihat kuda gampang caranya. Pergi saja ke Jl. Malioboro dan liatin tuh kuda-kuda delman yang lagi ngemut rumput #hehehe. Nah, lain masalahnya kalau kita mau lihat kuda balapan. Karena sepengetahuanku, belum pernah aku lihat ada delman balapan di jalanan Kota Jogja. #senyum.lebar
Balapan di Desa
Nah, kalau memang ingin lihat kuda balapan (eh, yang betul balapan kuda atau kuda balapan sih?), gampang saja! Silakan sambangi Desa Kebondalem Kidul di hari ke-2 Idul Fitri. Memang sih Desa Kebondalem Kidul itu bukan termasuk wilayah provinsi DI Yogyakarta. Tapi, Desa Kebondalem Kidul itu lumayan dekat kok dari Kota Jogja. Hanya sekitar 15 km yang bisa ditempuh via Jl. Raya Yogyakarta – Solo.
Nah, kabar tentang adanya pacuan kuda di Desa Kebondalem Kidul ini sebenarnya sudah aku ketahui pas masa-masa KKN dulu. Awalnya sih aku heran sekaligus nggak percaya. Yang benar saja kok di lapangan desa digelar pacuan kuda? Bukannya pacuan kuda itu biasanya bertempat di stadion khusus ya?
Tapi kalau dicermati, beberapa warga desa memang ada yang memelihara kuda. Contohnya Pak Lanjar yang berdomisili di RW 11. Selain itu, setiap sore pas KKN aku juga sering melihat ada kuda yang dibawa jalan-jalan berkeliling desa oleh perawatnya. Jadi benar nih ada pacuan kuda di Desa Kebondalem Kidul?
Lapangan Instan
Kebetulan (apa emang disengaja ya? #hehehe) pas hari ke-2 Idul Fitri 1429 Hijriyah itu aku nggak pulang ke Bandung maupun Jakarta. Jadilah, di hari Jum’at (3/10/2008) itu aku bersama Irsyad dan Wulan berkunjung lagi ke Desa Kebondalem Kidul untuk nonton acara pacuan kuda.
Karena di hari Jum’at ada ibadah salat Jum’at, maka acara pacuan kuda baru dimulai sekitar jam 2 siang. Acara pacuan kuda ini bertempat di Lapangan Krido Sakti yang lokasinya berdekatan dengan Pasar Hewan Prambanan.
Sekilas, wujud Lapangan Krido Sakti ini di hari-hari biasa nggak ada ubahnya dengan lapangan desa tempat anak-anak kecil bermain bola. Tapi di hari Jum'at itu, warga Desa Kebondalem Kidul sukses menyulap Lapangan Krido Sakti menjadi arena tarung kuda-kuda pacu. Lengkap dengan menara pengawasnya pula!
Kereeen! #senyum.lebar
KKN Bebas Biaya!
Tiket masuk ke arena pacuan kuda resminya sih Rp8.000 per orang di hari kerja dan Rp10.000 di hari libur. Tapi, berkat status kami sebagai eks-mahasiswa KKN Unit 80 #ceileh, kami bisa masuk arena pacuan kuda tanpa bayar! #jadi.enak.
Di arena pacuan kuda jelas kami ngumpul-ngumpul sama gerombolan anak-anak desa yang pernah jadi bala-tentara kami. Soal bercengkrama dengan anak-anak biarlah itu jadi urusan Irsyad sama Wulan #hehehe. Eh kebetulan pas hari itu Irsyad sedang banyak uang. Maklum dirinya tahun ini nggak pulang ke Aceh. Jadi, dia traktirlah itu semua anak-anak. Enaknya....
Sementara aku? Duduk dengan setia di pinggir lintasan balap, menanti kuda lewat, dan menghasilkan foto-foto balapan di bawah ini. Jarakku dengan kuda hanya sekitar 30 cm, sekali ditabrak kuda, mampuslah diriku!
Aiiih, ada Cinta Laura!
Pacuan kuda semacam ini emang bukan olahraga yang sering kita saksikan layaknya sepak bola atau bulu tangkis. Akan tetapi, pacuan kuda di Desa Kebondalem Kidul ini sebenarnya bisa diangkat menjadi salah satu potensi wisata. Asalkan mau digarap dengan baik dan benar lho ya!
Isryad sendiri juga sering tanya ke orang-orang sih. Apakah acara ini bebas dari perjudian atau nggak. Karena toh ya yang namanya lomba-lomba apalagi pacuan kuda itu kan identik dengan judi. Tapi menurut orang-orang yang kami tanya, acara ini nggak pakai judi karena murni melombakan kuda balap untuk merebut hadiah dan trofi bergilir dari Bupati Klaten.
Siapa sangka, juara utama di lomba ini untuk kelas pemula 800 meter adalah Cinta Laura! Kok asyiknya banget ya joki yang bisa menunggangi Cinta Laura? Hohoho. #senyum.lebar
Semoga acara pacuan kuda tahunan yang rutin digelar sejak tahun 1970-an ini bisa terus eksis, tetap pada jalurnya, dan menjadi pariwisata di Desa Kebondalem Kidul.
Pembaca pernah lihat pacuan kuda? #senyum.lebar
kudanya? Tolong dijawab yaa, terima kasih
ada acra pacuan kuda...
tingkat kelolosan pengunjung tanpa tiket juga masih banyak,, semua
ngandelin keluarga sama tetangga,, mentang2 yg jaga pintu masuk
tetangga, bahkan langganan mie ayam (Bandiman) jg lolos gitu aja....
jadi kudanya? heheeh.
Ah, gambatte ne!! :D
Wah, kuda aja namanya bagus, mudah2an gk ada yang namain kudanya Yustha Titik ya,hehehe....
Hm td saya sempat mengira itu Cinta Laura beneran hahahaa... ternyataaa........... kuda toh. Kejamnya memberi nama Cinta Laura pada kuda.. :p~~