HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Pencari Batu vs Mantri Hewan: Sego Macan

Senin, 29 Juni 2009, 07:51 WIB

Nge-blog itu nggak hanya menulis artikel dan menerbitkannya di jagat maya. Tapi nge-blog itu juga sebagai sarana kita dikritik, minimal dikomentarin oleh orang lain. Orang lain itu ya para Pembaca blog sekalian ini. #senyum.lebar

 

Kemudian, entah karena ada artikel yang menurutnya aneh bin ajaib, para Pembaca itu pun lantas jadi penasaran. Seperti apa sih mukanya orang yang nulis artikel? Untuk itu digelarlah hajat yang dinamakan kopdar alias kopi darat.

 

Bagi Pembaca, acara kopi darat itu jadi obat penasaran kepada sang empunya blog. Sedangkan bagi empunya blog, acara kopi darat adalah wujud perhatian dan kasih sayang #muntah kepada Pembaca.

 

Tentunya blog jadi ramai kan karena para Pembaca itu juga toh? #senyum.lebar

 


 

Nah, di hari Sabtu (27/6/2009) yang lalu, aku dan Andreas datang ke acara kopi darat. Kami bertemu dengan mas Alek Arisona, asli Pacitan yang punya gelar sebagai mantri hewan. Mas Alek ini juga salah satu manusia yang hobinya nyari candi.

 

Kami ketemuan di warung Sego Macan, di seberang Selokan Mataram dekat UNY dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM (apa karena itu diberi embel-embel macan ya?). Yang khas di warung sederhana ini adalah sego macan, yaitu versi super-pedes-banget dari nasi kucing. Menu populer lainnya adalah kopi klothok. Sedangkan aku memesan es teler dan pisang bakar saja. Harganya? Murah-meriah kok. Rata-rata Rp6.000. Lha wong konsumennya sebagian besar kan mahasiswa.

 


Ngobrol-ngobrol bareng di Warung Sego Macan.

 

Mas Alek ini sebenernya memergoki aku dan Andreas sedang motret-motret candi yang tenggelam beberapa bulan silam. Mas Alek nggak sendiri karena dirinya dateng bersama dengan adiknya, mba Venti serta temennya mas Blobok. Nggak lama dateng juga temen-temen mas Alek yang lain, yaitu mas Kopok, mas Iler, disusul mba Ocha. Nah, itulah komposisi manusia yang menjajah meja di warung Sego Macan. Lebih tepatnya, dua orang matemati-kawan dikerumuni oleh lima mantri hewan plus satu calon mantri hewan. Itu karena mba Venti baru mendaftar SNMPTN untuk masuk ke FKH UGM.

 


 

Sebagai sesama "pencari batu", jelas kami banyak ngobrol soal "batu". Sebagai warga asli Pacitan, dirinya pun juga banyak cerita tentang kemolekan alam Pacitan. Sebagai mantri hewan, dirinya pun juga banyak cerita tentang profesinya itu. Ini unik Pembaca sekalian, karena baru kali ini aku kenal orang yang profesinya mantri hewan! #senyum.lebar

 

Sebagai orang bego di dunia perhewanan, jelas aku penasaran sama bidang ilmu yang dirinya tekuni. Mas Alek curhat dirinya sehari-hari bergaul dengan ayam, kambing, dan sapi. Katanya, masuk FKH itu enak, karena pasti di setiap daerah ada yang butuh mantri hewan. Lagipula FKH itu hanya ada 6 di seluruh universitas di Indonesia. Itu menjadikan mantri hewan (yang punya nama beken veterenian) sebagai suatu profesi yang bakal mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia! WOW!

 


Mantri Hewan vs Pencari Batu!

Jadilah, dua kubu yang bergelar S.Si dan drh itu saling lempar-tanya soal bidang masing-masing. Ternyata mantri hewan itu juga tahu matematika. Lha wong model Epidemologi SIR jadi menu makanan mereka kok!

 

Gilak! Bisa-bisa dunia dikuasyai oleh mantri hewan dan bukan oleh matematika! Tapi seru juga ngobrol dengan lima dokter yang nggak bisa berkomunikasi sama pasiennya itu (ya kali hewan bisa ngobrol).

 

Yah, kapan-kapan kalau diriku butuh bantuanmu untuk me-mandul-kan kucing-kucingku akan kuhubungi. Terima kasih buat kopi daratnya. Sukses terus ngobatin hewan-hewan yah! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI