HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kompleks Situs Batujaya

Selasa, 21 April 2009, 12:06 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Dari sekian banyak candi yang pernah aku kunjungi, candi-candi yang letaknya di wilayah pedesaan biasanya sih dikelilingi persawahan. Tapi, sawah-sawah itu pun nggak terlalu luas. Paling-paling ya hanya mengitari lahan-lahan sekitar candi saja.

 

Nah, di hari Kamis (10/4/2009), sehari setelah Pemilu Legislatif, aku berkesempatan untuk mengunjungi situs purbakala di Jawa Barat yang bernama Situs Batujaya. Letaknya ada di Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

 

Kesan pertama ketika tiba di lokasi adalah,

Di mana candinya? Yang ada kok sawah semua?

 

Rute ke Situs Batujaya dari Jakarta

Dari pengalaman mbak Vinna sebagai sesama pencari "batu" dan pengalamanku sendiri, sebetulnya lokasi Situs Batujaya ini relatif dekat bila dijangkau dari Jakarta. Ini aku berikan rute panduannya. Semoga Pembaca sekalian nggak tersasar sewaktu kemari, hehehe. #hehehe

 

  1. Dari Jakarta, masuk ke Tol Cikampek dan jalan saja hingga kilometer 47. Di kilometer 47 tersebut ada Gerbang Tol Karawang Barat. Keluar di gerbang tol tersebut.
  2. Sesaat setelah keluar jalan gerbang tol, perhatikan di sisi kiri jalan. Bakal ada papan petunjuk hijau kecil yang menunjukkan arah ke Candi Jiwa dan dilengkapi dengan jarak kilometer. Kalau nggak salah, di papan petunjuk yang paling dekat dengan pintu keluar Gerbang Tol Karawang Barat itu tertera angka 46 km. Candi Jiwa sendiri merupakan salah satu candi yang ada di Situs Batujaya.
  3. Oke deh! 46 kilometer lagi untuk sampai ke Situs Batujaya. Nah, seberapa cepat Pembaca bisa berkendara untuk sampai ke tujuan itu ya tergantung dari kemahiran Pembaca mengemudikan kendaraan. Sebab, rintangannya di sepanjang perjalanan cukup... banyak. #hehehe Mulai dari jalan yang rusak-bergelombang-PARAH, lebar jalan yang sempit, sampai perilaku pengendara motor yang bakal bikin Pembaca mengumpat-umpat. #sedih
  4. Intinya, ikuti saja arah yang ditunjukkan oleh papan petunjuk hijau kecil yang ada di sisi kiri jalan raya.

 

Candi Jiwa

Objek pertama yang ada di Situs Batujaya adalah Candi Jiwa. Letak Candi Jiwa ada di tengah-tengah persawahan. Candi Jiwa berbentuk persegi dan uniknya terbuat dari batu bata merah, sama seperti umumnya candi-candi di Jawa Timur dan juga Sumatra. Penggunaan batu bata merah diduga karena di sekitar lokasi sulit ditemukan sumber batu andesit.

 


Candi Jiwa di kompleks Situs Batujaya, Karawang, Jawa Barat.

 


Bentuk susunan batu bata merah yang menyusun Candi Jiwa.

 

Candi Jiwa tidak memiliki pintu maupun tangga masuk. Menurut sumber di internet, di bagian atas Candi Jiwa terdapat struktur melingkar yang mirip struktur stupa. Candi Jiwa merupakan candi Buddha walau nggak ada satupun ornamen patung Buddha dan juga stupa di sekitar candi. Apa patung Buddha-nya juga terbuat dari batu bata juga ya dan sudah lapuk termakan zaman?

 


Kira-kira apa ya? Kok dipagari dengan batu bata?

 

Anyway, Candi Jiwa masih difungsikan oleh umat Buddha dalam pelaksanaan Waisak setiap tahunnya.

 

Situs Segaran II

Nggak puas dengan Candi Jiwa, aku pun berkeliling melihat-lihat suasana di sekitar candi. Sejauh mata memandang, terhampar luas persawahan yang merona hijau. Keren juga sih, karena baru sekali ini aku melihat persawahan yang luaaas banget kayak gini, hehehe #hehehe. Nggak salah deh kalau Karawang disebut-sebut sebagai lumbung beras Provinsi Jawa Barat.

 

Sayang, langitnya mendung. Kalau nggak sih, sudah aku potret itu hamparan sawah luas plus aktivitas para petani di sini. #sedih

 


Situs Segaran 2 yang dikelilingi persawahan.

 

Sejurus kemudian, aku menangkap pemandangan suatu lahan kosong yang dikelilingi sawah-sawah. Penasaran, aku pun ke sana dengan terlebih dahulu meniti pematang sawah. Ternyata, lahan kosong yang aku lihat barusan juga termasuk situs purbakala, namanya Situs Segaran II.

 

Kebetulan, di Situs Segaran II sedang dilakukan penelitian. Lebih tepatnya kegiatan ekskavasi oleh para arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Mereka sepertinya sedang serius meneliti. Jadi, penjelasan yang diberikan oleh mereka sedikit dan terkesan seadanya saja.

 


Semakin digali lebih dalam ya semakin banyak ditemukan batu-batu bata.

 


Batu-batu bata terpendam yang berhasil diselamatkan.

 

Sedangkan menurut bapak-bapak warga desa yang membantu proses ekskavasi, di Situs Segaran II ini banyak ditemukan sisa-sisa struktur bangunan. Terutama kalau menggali tanah di kedalaman sekitar 2 meter.

 

Selain sisa-sisa struktur bangunan, di lokasi ini juga ada peninggalan purbakala lain yang berbentuk sumur. Bentuknya sih ya sama dengan sumur pada umumnya. Sumur ini diperkirakan berusia sama dengan Situs Segaran II.

 


Kira-kira di gundukan ini tersembunyi bangunan apa ya?

 

Bila diperhatikan, di sekitar kawasan Situs Segaran II terlihat banyak gundukan-gundukan tanah kecil yang bentuknya seperti bukit. Menurut penuturan warga, di bawah gundukan tanah itu merupakan struktur bangunan candi. Memang sih, sekilas bentuk gundukan itu mirip dengan Candi Abang.

 

Candi Blandongan

Setelah puas nggrecokin jalannya ekskavasi di Situs Segaran II, aku lihat ada suatu lahan di tengah-tengah sawah yang ditutupi sama dinding seng. Mencolok banget nggak sih?

 

Nah, didorong rasa penasaran, aku beranjak mendekati lahan tersebut. Awalnya aku pikir itu semacam tempat penggilingan padi. Soalnya, ada bapak-bapak petani keluar mengangkut gabah dari sana. Eh ternyata, apa yang tertutupi oleh dinding seng itu adalah bangunan candi yang bernama Candi Blandongan.

 


Candi Blandongan yang dikelilingi dinding seng.

 

Ukuran Candi Blandongan ini relatif lebih besar dari Candi Jiwa. Bangunannya juga lebih utuh. Candi Blandongan terdiri dari satu bangunan candi induk yang memiliki 4 tangga masuk yang masing-masing terletak di 4 penjuru mata angin. Sama seperti Candi Jiwa, Candi Blandongan juga terbuat dari susunan batu bata merah.

 

Dari hasil aku muter-muter di Candi Blandongan, aku nggak melihat adanya arca atau relief di candi ini. Tapi sumber di internet menyebutkan bahwa Candi Blandongan ini tergolong candi Buddha.

 


Mengulik informasi Candi Blandongan dari buku panduan wisata kabupaten Karawang.

 

Yang membuatku menarik, di dalam buku panduan pariwisata kabupaten Karawang, disebutkan bahwa Candi Blandongan dan Candi Jiwa dibangun menggunakan konstruksi beton klasik, yaitu terdiri dari batu koral, kapur kulit kerang, dan pasir atras.

 

Situs Batujaya dari Cerita Pak Budi

Kalau aku perhatikan, di hamparan sawah yang luaaas banget itu masih terdapat banyak gundukan bukit dan area-area yang dilindungi dinding seng. Hmmm, itu tanda bahwa di sana masih terdapat situs purbakala yang terpendam atau sedang diteliti.

 

Tapi, berhubung jarak ke tempat-tempat tersebut lumayan jauh (apalagi mesti jalan kaki lewat pematang sawah #hehehe) dan juga hari yang sudah semakin sore, aku putuskan untuk mengakhiri penjelajahan Situs Batujaya di hari itu.

 

Saat kembali di dekat loket retribusi, aku berkenalan dengan Pak Budi, salah seorang warga desa yang aktif membantu para arkeolog dalam meneliti Situs Batujaya. Walau bukan arkeolog, tapi Pak Budi tahu banyak seluk-beluk Situs Batujaya ini. Bersama beliau aku diperbolehkan masuk ke dalam ruang informasi yang mana di sana tersimpan banyak temuan hasil ekskavasi dan laporan-laporan yang berkaitan dengan Situs Batujaya. Salah satu laporan dibuat oleh para peneliti Prancis dari CRA (pusat studi arkeologi prancis) yang bekerja sama dengan Universitas Tarumanegara sejak 31 tahun yang lalu.

 


Pak Budi yang banyak menjelaskan seluk-beluk Situs Batujaya.

 

Dari Pak Budi, aku memperoleh sejumlah informasi mengenai Situs Batujaya. Kedua candi yang aku temui, yakni Candi Jiwa dan Candi Blandongan, diperkirakan dibangun pada abad ke-7 hingga ke-12 Masehi. Yang menarik, di Situs Batujaya ini juga ditemukan pecahan gerabah, keramik, dan perunggu, yang beberapa di antaranya diperkirakan berasal dari abad ke-2 Masehi. Jadi, Situs Batujaya ini adalah hasil peradaban manusia berabad-abad lamanya. Waow!

 

Penemuan-penemuan yang agak membuat bulu kuduk bergidik adalah penemuan sejumlah kerangka manusia. Hiii... Di beberapa situs purbakala seperti Situs Segaran IIA pernah ditemukan sejumlah kerangka manusia utuh yang dikubur bersama sejumlah benda-benda yang diduga sebagai bekal kubur. Diduga kerangka manusia ini semasa hidupnya adalah seorang bangsawan. Apakah dengan demikian Situs Batujaya ini sesungguhnya adalah bagian dari suatu kerajaan seperti di Trowulan sana?

 


Sejumlah tengkorak yang ditemukan di Situs Segaran 2. Coba bisa ngomong. Pasti serem! #hehehe

 

Menurut Pak Budi, di Desa Segaran masih terdapat banyak situs purbakala. Kalau ditotal, kira-kira ada sekitar 20-an situs purbakala. Sedangkan hingga saat ini baru 12 situs purbakala yang diteliti. Luas Situs Batujaya sendiri diperkirakan sekitar 5 km persegi, yang artinya di dalam radius tersebut kemungkinan besar masih bisa ditemukan peninggalan-peninggalan purbakala lain.

 

Sedangkan dari peta udara, bisa terlihat aliran sungai purba yang dulu pernah mengalir di tengah-tengah Situs Batujaya ini. Sungai purba ini diduga adalah anak Sungai Citarum. Tidak jauh dari Situs Batujaya kita masih bisa melihat aliran Sungai Citarum ini.

 


Temuan-temuan purbakala lain umumnya berupa gerabah atau perhiasan.
Alhamdulillah, sampai sekarang belum ada warga nakal yang nekat menjual barang temuan.

 

Karena letaknya yang relatif dekat dengan Jakarta, Situs Batujaya kerap disambangi oleh sejumlah arkeolog dan mahasiswa dari Universitas Indonesia. Seperti saat aku singgah di sana, sejumlah arkeolog terlihat menumpang menginap di salah satu rumah warga karena mereka sedang melakukan penelitian.

 

 


Masa depan Situs Batujaya ada di tanganmu nak....

 

Sarana dan prasarana yang ada di Situs Batujaya ini memang tergolong minim. Untuk perawatan situs, warga setempat mengandalkan biaya swadaya dan retribusi pengunjung yang ala kadarnya. Warga desa sendiri sebetulnya sadar dengan potensi yang ada di desa mereka. Beberapa warga membuka rumahnya sebagai homestay bagi para pengunjung yang ingin berwisata sejarah dengan menginap di sini.

 

Semoga saja ke depannya akan semakin banyak informasi peradaban bangsa yang terkuak dari Situs Batujaya. Tidak salah bila kelak Situs Batujaya menjadi objek wisata andalan di Kabupaten Karawang. Supaya Karawang tidak lagi identik sebagai "kota 1001 pabrik". #hehehe

 

Pembaca sudah pernah berkunjung ke Situs Batujaya? Dekat dari Jakarta lho! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI