HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Bojongmenje

Kamis, 9 April 2009, 06:47 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Seperti yang lalu-lalu, pas masa libur kuliah aku kembali "ngungsi" ke rumah Bandung. Di Bandung kegiatan sehari-hariku ya nggak jauh-jauh dari amat dari tidur, ngomik, nonton, dan nge-game. Membosankan toh?

 

Nah, untuk mengusir rasa bosan, pada hari Selasa (7/4/2009) aku kembali bertualang mencari “batu”. Eh, jangan salah lho! Meskipun lokasiku sekarang ada di Jawa Barat, bukan berarti di sini nggak ada "batu". Yang aku maksud dengan "batu" ya jelas batu-batu purbakala yang merupakan bagian dari candi lah! #senyum.lebar

 

Dari kabar yang aku comot dari internet, dengar-dengar di dekat Kota Bandung ada candi. Namanya Candi Bojongmenje yang terletak di Dusun Bojongmenje, Kelurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Candi ini merupakan satu-satunya candi di Kabupaten Bandung yang masih utuh bentuk dan tampilannya.

 

Jadi penasaran kan? #senyum.lebar

 

Rute ke Candi Bojongmenje dari Bandung

Rute dari Kota Bandung menuju Candi Bojongmenje sebenarnya sih nggak sulit-sulit amat kok. Berikut panduannya.

 

  1. Dari Kota Bandung ke Rancaekek enaknya sih lewat jalan tol. Aku masuk Gerbang Tol Pasteur dan keluar di Gerbang Tol Cileunyi. Bayar Rp6.000 untuk tarif tol (soalnya aku naik mobil).
  2. Ikuti Jl. Raya Rancaekek hingga sampai di km 25. Lokasi km 25 itu nggak terlalu jauh kok dari Gerbang Tol Cileunyi. Sebab, Gerbang Tol Cileunyi itu sudah berhadapan dengan Jl. Raya Rancaekek km 19.
  3. Di km 25 nanti bakal ketemu dengan pabriknya PT Kewalram. Letaknya ada di sisi kiri jalan raya.
  4. Dari sini kemudikan kendaraan dengan perlahan. Pelan-pelan saja. Nanti bakal ketemu dengan rambu dan lokasi u-turn untuk putar balik arah. Silakan putar balik kendaraan di u-turn ini.
  5. Setelah memutar balik kendaraan, kemudikan kendaraan dengan perlahan sampai menjumpai papan petunjuk candi di sisi kiri jalan raya. Letak papan petunjuk candi ini kira-kira 200 meter dari u-turn.
  6. Ya sudah, silakan parkir kendaraan di pingir jalan raya dan berjalan kakilah mengikuti arah papan petunjuk candi itu.

 


Petunjuk arah masuk kampung. Ya, setidaknya masih ada petunjuk lah.

 

Aku nggak begitu kaget saat mencermati papan petunjuk Candi Bojongmenje itu mengarah ke pemukiman kampung yang padat. Namanya juga Rancaekek. Kan terkenalnya sebagai kawasan pabrik-pabrik. Semisal di sini ada sawah-sawah dengan pemandangan indah seperti di Yogyakarta atau Jawa Tengah gitu barulah aku kaget. #hehehe

 

Aku lantas berjalan kaki menyusuri jalan-jalan kampung, menyebrangi Sungai Cimande yang kotor, hingga melewati gang kecil yang diapit dua tembok pabrik yang menjulang tinggi. Nggak seberapa lama, aku pun menyaksikan pemandangan yang cukup kontras dengan suasana sekitar.

 

Di tengah himpitan tembok-tembok pabrik yang tinggi itu, aku lihat ada tanah lapang yang cukup luas. Tanah lapang itu dihiasi oleh rumput-rumput yang menghijau. Betul-betul pemandangan yang cukup menyejukkan mata dari tembok pabrik yang berwarna abu-abu.

 

Selain itu, yang membuat mataku makin terpaku adalah pemandangan batu-batu yang berserakan di atas tanah lapang tersebut. Yakinlah aku bahwa inilah lokasi Candi Bojongmenje.

 


Candi Bojongmenje hanya berwujud bagian kaki candi saja.
Saat ini batu-batu kaki candi dipindah posisi agar tidak terendam air.

 

Candi Bojongmenje yang Baru Ditemukan

Seperti yang bisa Pembaca amati, Candi Bojongmenje ini dikepung oleh pabrik. Dari sekian banyak candi yang pernah aku kunjungi, baik itu di Provinsi Yogyakarta atau Jawa Tengah, baru kali ini aku melihat ada candi yang "bersanding" dengan buah kapitalisme. #miris

 

Habisnya mau bagaimana lagi? Candi Bojongmenje ini baru ditemukan pada tanggal 18 Agutus 2002 saat kondisi di sekitarnya sudah terkepung oleh pabrik. Penemuannya pun ya secara nggak sengaja. Sebelum candi ini ditemukan, tanah lapang ini dahulunya adalah pemakaman dan persis di atas candi tumbuh pohon besar. Alhasil, keberadaannya kan makin tersamarkan toh?

 


Foto-foto yang menggambarkan kondisi Candi Bojongmenje saat pertama kali ditemukan.

 

Para ahli purbakala memperkirakan Candi Bojongmenje dibangun sekitar abad ke-5 Masehi. Candi Bojongmenje dikategorikan sebagai candi Hindu karena di lokasi ini pernah ditemukan arca Nandi.

 

Selain arca Nandi, warga juga pernah menemukan arca lain yang berwujud seorang wanita yang menggendong bayi. Oleh warga setempat, arca ini disebut arca orok (bayi). Saat ini arca-arca yang ditemukan di sekitar Candi Bojongmenje sudah disimpan di kantor BP3 Serang, Banten.

 

Candi Bojongmenje yang Terkubur dan Terendam

Aku akan menjelaskan sedikit tentang foto yang ada di bawah ini. Silakan Pembaca mengamati foto di bawah ini baik-baik.

 


Bulan April airnya sudah agak surut. Kalau pas puncak musim penghujan jangan tanya airnya seperti apa... banjir!

 

Nah, bisa diperhatikan. Pabrik foto di atas itu ada dua jenis tembok pabrik yang mengepung sebuah struktur persegi yang terendam air. Struktur tersebut adalah lokasi batu-batu yang menyusun bagian kaki Candi Bojongmenje.

 

Saat proses ekskavasi, batu-batu kaki Candi Bojongmenje terpaksa dipindah letaknya. Itu karena di musim hujan lokasi ini sering terendam air sebagaimana yang terlihat pada foto. Batu-batu candi yang sulit untuk dipindahkan dipagari dengan cor-coran beton agar tidak terendam air.

 


Batu-batu yang diperkirakan sebagai batu penyusun lantai Candi Bojongmenje.

 


Batu-batu serpihan Candi Bojongmenje. Dahulu kala lokasi ini pemakaman.
Jadi, nggak menutup kemungkinan banyak batu yang hancur ketika proses menggali makam.

 

Wilayah Candi Bojongmenje sendiri diperkirakan masih cukup luas. Tidak menutup kemungkinan, di sekitar wilayah ini ada candi-candi lain yang masih tersembunyi. Misalnya saja keberadaan candi perwara (pendamping) sebagaimana umumnya candi Hindu.

 

Sayang, sebagian bangunan Candi Bojongmenje ini masih terpendam di sisi dalam tembok yang masuk wilayah pabrik. Kalaupun ingin menyelamatkan seluruh batu-batuan candi, mau nggak mau tembok pabrik itu harus dijebol.

 

Tapi itu pun belum cukup. Setiap candi kan juga memiliki pagar pembatas yang berlapis-lapis. Jadinya, mau nggak mau ya.... bakal banyak wilayah pabrik yang harus dibebaskan. Dan itu masalahnya sudah perkara uang. #sedih

 

Kisah Juru Pelihara Candi Bojongmenje

Juru pelihara Candi Bojongmenje bernama Pak Rohman, seorang pensiunan ABRI. Beliau sudah bertugas semenjak Candi Bojongmenje pertama kali ditemukan.

 

Pak Rohman ini senang banget bercerita. Walau ceritanya terkesan menggurui (khas orang tua #hehehe), tapi berdasarkan ceritanya, beliau ini sudah banyak mengecap asam garam kehidupan dan juga sudah banyak mengunjungi tempat-tempat di nusantara.

 


Ini Pak Rohman. Harap bersabar mendengarkan beliau bercerita dan jangan terbawa emosi.
Soalnya dijamin nggak bakal menang adu debat! #hehehe
Sebenarnya mungkin beliau hanya pribadi yang kesepian...

 

Ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari percakapan dengan Pak Rohman. Beliau mengeluhkan perihal Candi Bojongmenje yang nggak mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Ketika beliau melaporkan hal-hal terkait perawatan candi, pihak birokrat selalu melempar tanggung-jawab ke instansi lain; mulai dari BP3, Dinas Pariwisata, sampai Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

 

Dengan upah per bulan yang hanya Rp200.000 yang dirapel 3 bulan, pantas saja Pak Rohman geram dengan perilaku petugas pemerintah yang menurutnya semena-mena. Padahal, Candi Bojongmenje sendiri sudah banyak dikunjungi oleh peneliti dari berbagai disiplin ilmu. Termasuk di antaranya Pak Timbul Haryono. Beliaulah peneliti yang pertama kali datang kemari.

 

Ada yang Kurang...

Sebelumnya aku mohon maaf. Sebenarnya artikelku ini bisa saja mengungkap sisi arkelogis Candi Bojongmenje dengan lebih mendalam. Sebab, Pak Rohman sendiri menyimpan buku penelitian Candi Bojongmenje yang diperolehnya dari Pak Timbul.

 

Tapi, Pak Rohman terkesan menganggap siapa pun yang datang berkunjung ke Candi Bojongmenje hanya memerlukan data-data di buku tersebut dan pulang tanpa membawa perubahan apa pun.

 

Yah, saat ditawarkan buku penelitian itu, terpaksa aku tolak karena aku merasa bukan orang seperti yang dikesankan Pak Rohman. Aku rasa, aku bukan orang yang bisa membawa perubahan di Candi Bojongmenje dan juga kesejahteraan Pak Rohman. #sedih

 

Alhasil, di hari itu aku pun menghabiskan waktu dengan mendengarkan cerita Pak Rohman selama kurang lebih 3 jam. #mantap.lamanya. Mana waktu itu aku belum sarapan pula! Hahaha. #senyum.lebar

 

Tapi lumayanlah, bisa sedikit melupakan gundah gelisah di dalam hati. #hehehe #anak.muda

 


Saat puncak musim hujan ya bangunan ini juga kebanjiran sampai batu-batunya terendam air.

 

Kata Pak Rohman, setelah Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2009 nanti, proses ekskavasi Candi Bojongmenje yang tertunda bertahun-tahun bakal dilanjutkan lagi. Semoga kelak aku bisa mampir lagi ke Candi Bojongmenje dan melihat perubahan positif yang cukup signifikan. Jangan sampai tembok-tembok pabriknya yang makin tinggi. #sedih

 

Pemerintah...
Ternyata nggak hanya benda cagar budaya saja yang kalian telantarkan, tapi juga juru peliharanya. Ckckck...

NIMBRUNG DI SINI