HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kompleks Candi Arjuna

Sabtu, 10 Januari 2009, 00:05 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Kabut sempat surut saat aku mengamati Candi Gatotkaca di hari Kamis siang (25/12/2008). Tapi setelah aku selesai, eh kabut mulai menampakkan batang-hidungnya lagi. Doh! Gimana mau liat candi kalau berkabut seperti ini? #sedih

 

Nah, Nggak jauh dari Candi Gatotkaca itu ada susunan tangga yang menuruni bukit. Dari penuturan keluargaku yang sudah lebih dulu menuruni tangga tersebut, kalau turun mengikuti tangga itu nanti bakal sampai di suatu kompleks candi lain. Heee?

 

Aku yang penasaran segera saja menuruni tangga dan berjalan sekitar 5 menit untuk sampai ke suatu kompleks candi yang tertata apik dan terkesan minimalis. Kompleks candi itu bernama Kompleks Candi Arjuna yang secara administratif terletak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Masih di wilayah Dataran Tinggi Dieng.

 


 

Kompleks Candi Arjuna terdiri dari 5 candi. Empat candi menghadap ke arah barat, sementara satu candi lainnya menghadap ke arah timur. Candi-candi ini merupakan candi Hindu. Ini terlihat dari gaya bangunan candi yang tinggi dan ramping, serta nggak ditemukan stupa khas candi Buddha. Seperti Candi Gatotkaca, Kompleks Candi Arjuna sepertinya juga nggak menganut paham komposisi satu bangunan candi induk dan tiga bangunan candi perwara (pendamping).

 

Candi pertama yang ada di sisi paling selatan adalah Candi Sembadra. Saat ini hanya arca Kala saja yang menghiasi pintu masuk ke bilik utamanya. Di sisi-sisi Candi Sembadra terdapat relung-relung yang aku yakini dahulu berisi arca Agastya, Durga, Ganesha, dan Nandiswara. Pintu masuk ke Candi Sembadra memiliki ketinggian sama dengan tanah. Jadi nggak perlu ada tangga untuk bisa masuk ke dalam bilik utama candi.

 


Candi Sembadra.

 

Candi kedua adalah Candi Puntadewa. Puntadewa sebenarnya adalah nama lain dari Yudhistira, si sulung Pandawa Lima. Pada Candi Puntadewa terdapat tangga masuk yang di depannya dijaga oleh sepasang arca singa. Di atap candi juga terdapat relung yang mungkin merupakan tempat arca dewa.

 


Candi Puntadewa.

 


Arca singa penjaga tangga.

 

Candi ketiga adalah Candi Srikandi. Candi ini berbentuk seperti Candi Sembadra namun dengan wujud yang lebih sederhana. Pada muka candi ini nggak terdapat relung sebagai tempat dari arca Nandiswara. Uniknya sisi-sisi utara, timur, dan selatan candi ini dihiasi oleh relief (bukan arca!) Agastya, Ganesha, dan Durga.

 


Candi Srikandi.

 

Candi terakhir adalah Candi Arjuna yang tepat dihadapannya berdiri Candi Semar. Candi Semar sendiri sebenarnya merupakan semacam bilik tempat pendeta Hindu tinggal. Mirip seperti Candi Sari namun dalam ukuran yang lebih kecil

 


Candi Semar (kiri) dan Candi Arjuna (kanan).

 

Dibandingkan dari keempat candi lainnya, Candi Arjuna tampak lebih megah. Di Candi Arjuna ini terdapat tangga masuk yang di depannya dijaga oleh makara. Selain itu di sisi-sisi Candi Arjuna juga terdapat relung yang merupakan tempat arca Agastya, Durga dan Ganesha.

 


Jalawadra (talang air) di Candi Arjuna.

 


Mungkin dahulu digunakan sebagai perangkat ibadah.

 

Yang unik dari Candi Arjuna ini adalah gaya arsitektur bernama kudu. Yang dimaksud dengan kudu adalah relung kecil di bagian atap candi yang berisikan arca wajah dewa. Arca wajah dewa di kudu inilah yang banyak menjadi incaran tangan-tangan jahil. Gaya arsitektur kudu juga terdapat di Candi Gebang. Hmmm, apa ada ya keterkaitan antara Candi Arjuna dengan Candi Gebang?

 


Kudu di Candi Arjuna (kiri) dan di Candi Gebang (kanan).

 

Antara Hujan dan Kabut...

Memotret di Telaga Warna, Candi Gatotkaca, dan Kompleks Candi Arjuna sebenarnya merupakan pekerjaan yang beresiko. Pasalnya, pada saat itu cuaca silih berganti antara hujan dan kabut.

 

Karena nggak setiap hari aku bisa kemari, maka terpaksa aku menyiksa Nikon D80-ku untuk mengabadikan beberapa momen. Hasilnya memang nggak mengecewakan sih. #hehehe

 

Sebagai bekal untuk menghadapi kondisi cuaca seperti ini ada baiknya kamera dibungkus dengan kantong plastik. Jika ada jeda pemotretan, sebaiknya kamera dibersihkan dari air, terutama di muka lensa. Daya baterai juga akan cepat terkuras karena cuaca Dataran Tinggi Dieng yang dingin. Jangan lupa membawa payung serta jas hujan.

 

Oh iya, harap Pembaca buang air kecil dulu sebelum memotret. Sebab, cuaca dingin seperti ini bakal membuat Pembaca sering merasa ingin buang air kecil. Apalagi di lokasi Kompleks Candi Arjuna ini jauh dari kamar kecil.

 

Pembaca sudah pernah main ke Kompleks Candi Arjuna belum ya?

NIMBRUNG DI SINI