HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Batu yang Nasionalis

Senin, 20 Mei 2024, 11:30 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

“Batu yang nasionalis.”

 

Itu yang terlintas saat melihat batu itu. Mencolok sekali. Soalnya, itulah satu-satunya batu di pinggir jalan, di antara sawah-sawah, yang sebagian tubuhnya dicat merah dan putih seperti bendera Indonesia.

 

Ingin sekali aku menyatakan bahwasanya batu yang nasionalis ini adalah benda purbakala. Tapi, karena aku bukan ahli purbakala dan tidak berlatar belakang pendidikan purbakala, maka tentu saja aku tidak bisa asal klaim. Eeeh, tapi sebetulnya aku juga ragu-ragu sih. Apa iya batu yang nasionalis ini benda purbakala? 

 

 

Di bagian bawah batu ada ukiran semacam profil. Aku pernah melihat profil semacam ini di arca yoni yang ada di situs-situs purbakala Hindu. 

 

Tapi, batu ini bukan batu yoni karena tidak ada cerat untuk mengalirkan air. Bagian atas batu mirip-mirip berbentuk persegi. Tidak ada bekas adanya cerat yang patah. Bahkan, di tengah batu pun rata tanpa ada cekungan untuk mendudukkan arca lingga. Jadi, tidak mungkin batu nasionalis ini adalah yoni. 

 

Apa mungkin bagian atas batu yang dicat merah itu sebetulnya adalah cor-coran semen? Karena bagian atas batu yang dicat merah itu terlihat lebih kasar daripada bagian yang dicat putih. Bagian atas batu itu sempat aku getuk-getuk dan korek-korek. Tapi, tidak muncul kikisan semen.

 

Hmmm…

 

Karena bagian atas batu yang rata dan mirip-mirip berbentuk persegi, apa mungkin batu ini adalah semacam lapik arca alias dudukan arca? 

 

Jadi, batu ini dahulu digunakan sebagai alas dudukan suatu benda. Mungkin arca. Mungkin sesaji. Mungkin juga pot tanaman? Hahaha.

 

Ya, berdasarkan olah pikir aku yang bukan ahli purbakala dan tidak berlatar belakang pendidikan purbakala, maka kegunaan batu yang nasionalis ini adalah untuk tempat menaruh suatu benda di atasnya.

 

 

Eh, terus, kenapa batu ini dicat merah putih? Apa mungkin karena ada cat yang tersisa setelah mengecat gapura dusun? Mungkin juga untuk mencegah batu ini tertabrak saat malam hari karena batu ini letaknya ada di pinggir jalan?

 

Pertanyaan lainnya, kenapa batu ini tidak dipindahkan dari pinggir jalan? Ke balai dusun misalnya? Atau ke pemakaman umum?  

 

Apa mungkin tidak ada yang kuat memindahkan batu ini? Apa mungkin batu ini sudah pernah dicoba dipindah tapi gagal? Apa mungkin butuh banyak biaya untuk memindah batu ini?

 

Aku lebih senang berfantasi bahwa jika batu ini adalah benda purbakala yang dahulu digunakan dalam suatu ritual, maka batu ini harus sejatinya tidak boleh dipindah-pindah. Mungkin saja, dahulu batu ini digunakan dalam ritual memohon kesuburan lahan karena di sekitar batu adalah sawah-sawah.

 

Ayo kita lihat, apakah bertahun-tahun kemudian kamu tetap teronggok di pinggir jalan ini dengan badan yang dicat merah putih?

 

 

Klaten, Jawa Tengah

Maret 2022

NIMBRUNG DI SINI