Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Menertawakan hidup....
Katanya,
tertawa itu,
adalah salah satu cara untuk membuat hidup terasa ringan.
Hanya “terasa” lho ya.
Faktanya, mungkin hidup memang berat.
Bagaikan digondeli gajah.
Ya “mungkin” lho ya.
Karena jelas, kisah hidup setiap manusia itu berbeda.
Bisa jadi,
ada orang yang merasa hidupnya berat,
sebab beban hidupnya memang betul-betul berat.
Eh?
Siapa yang mengukur beratnya beban hidup?
Diri sendiri kah? Orang lain kah?
Sang Maha kah?
Orang lain menilai,
beban hidup tidak seberat itu.
Tapi,
tetap,
perasaan itu yang mengalami masing-masing.
Oleh karenanya tertawa.
Apa pun beban itu,
tertawa serasa meringankan yang berat.
Melegakan pikiran.
Melapangkan dada.
Menghalau kekhawatiran.
Tertawalah.
Lalu bersyukurlah.
Masih bisa tertawa.
Ha, ha, ha.
Aku dan Major Tom tertawa ketika membaca papan di atas.
Dalam perjalanan menuju Air Terjun Randusari, Jatimulyo, Dlingo, Bantul.
Selasa (25/4/2017) silam.
Tikungan?
Ya, memang banyak tikungan.
Aku, mungkin salah satunya.
Kenapa pula ditikung?
I don’t know.
Mungkin karena janur kuning belum ngadeg.
Tapi, istilah ditikung itu pun dipertanyakan.
Memang semuanya sudah berjalan?
Di jalan yang lurus?
Selama (diasumsikan) diam.
Jalan lurus pun belum terlihat.
Tandanya masih terbuka kan?
Rasa-rasanya malah setengah.
Sebetulnya beban sudah plong.
Mungkin tertawa bisa melepas yang sudah berlalu.
I don’t think this is right.
Bagaikan yang tersimpan dalam kotak kaca.
Terbatas, semuanya, perasaan termasuk.
I don’t think that is right too.
Utuh, semestinya, seharusnya.
Tapi semua sudah terjadi kan.
Tak perlu bertanya, kenapa, kenapa.
Sudah terendus, lama.
Tidak butuh disangkal.
Bahagia iya.
Sedih iya.
Receh sekali air mata ini.
Siapa aku?
“Tidak semua pertanyaan akan mendapatkan jawaban.”
Mbuh siapa yang ngomong begitu.
Canda yang sama masih diulang Major Tom.
Tertawa saja.
Ha, ha, ha.
Sempat terbesit kekhawatiran.
Semestinya tidak perlu dirisaukan.
Tapi, apa tidak semestinya diwaspadai?
Ha, ha, ha.
Kami tertawa lagi.
Di dasar Curug Randusari hanya berdua.
Butuh sepi untuk menata.
Ha, ha, ha.
Mungkin seperti curug.
Indah dipandang dari jauh.
Tenggelam dalam saat didekati.
Life goes on and on and on.
Esok, coba lagi.
Tapi, saat ini.
Biarlah aku menikmati Curug Randusari.
Sendiri.