Memang bedebah kok Major Tom ini....
Hanya secuil keterangan ini yang dia berikan terkait "tempat menarik" di dekat rumahnya yang pernah dia pamerkan beberapa waktu yang lalu di Instagram.
“Use your heart” PRET!
Pada hari Minggu (24/4/2018) dimulailah petualangan menuju ke curug alias air terjun yang konon katanya cuma berjarak 5 menit dari rumahnya Major Tom.
Akan tetapi, rumahnya Major Tom itu letaknya di Kecamatan Suruh di Kabupaten Semarang!
Yang mana itu adalah sekitar 90 km dari Kota Jogja atau sekitar 2,5 jam naik sepeda motor!
Wew! JAUH!
Berhubung katanya dusun halamannya Major Tom itu lebih dekat ke Kota Salatiga daripada ke Kota Semarang, jadilah secara garis besar rute yang dipakai adalah sebagai berikut.
Yogyakarta → Klaten → Jatinom → Boyolali → Ampel → Karanggede → Curug yang dimaksud
Secara garis besar pula pilihan jalan raya yang dilewati seperti di bawah ini:
- Dari Yogyakarta ke Klaten lewatnya jelas Jl. Raya Yogyakarta – Solo.
- Dari Klaten ke Boyolali lewat jalan kabupaten via Jatinom.
- Dari Boyolali ke Ampel lewat Jl. Raya Semarang – Solo.
- Dari Ampel ke Karanggede lewatnya Jl. Raya Sruwen – Karanggede yang percabangannya ada di pertigaan lampu lalu-lintas Tengaran.
Pas lewat Jl. Raya Sruwen – Karanggede nikmat banget karena pemandangannya banyak sawah. Lumayan sepi sama kendaraan bongsor pula. Pas lewat Jl. Raya Semarang – Solo kan lawannya truk sama bus.
Demen lah aku kalau keliaran siang-siang di jalanan lebar dan sepi yang pemandangannya sawah-sawah asri seperti ini.
Setelah sekian jam perjalanan, akhirnya tiba juga di kota Kecamatan Karanggede. Sesuai panduan dari Google Maps, perjalanan dilanjut menuju ke Pasar Karanggade.
Tiba di Pasar Karanggede, perjalanan masih berlanjut lurus mengikuti jalan raya sampai ketemu perempatan yang ada patung Pangeran Diponegoro naik kuda. Di perempatan ini belok kiri.
Dari jalan raya ramai pindah lagi ke jalan raya sepi. Sekitar 500 meter kemudian ada pertigaan kecil di kanan jalan. Lagi-lagi, dengan modal manut arahan Google Maps, masuklah ke pertigaan itu. Suasananya ganti masuk-masuk perkampungan, lewat sawah-sawah, hingga pada akhirnya tibalah di Desa Sukorejo.
Fiuh! Akhirnya, sampai juga di desa yang ada curugnya itu.
Akan tetapi, dari tadi di sepanjang perjalanan, kok BLAS sama sekali nggak ada tanda-tanda keberadaan curug ya?
Jadi, daripada perjalanan ini berbuntut adegan nyasar-nyasar , sepertinya wajib hukumnya bertanya posisi curug ke warga setempat. Ndilalah, di teras suatu rumah ada seorang bapak yang sedang kongkow-kongkow bersama sejumlah anak. Langsung saja deh tanya-jawab dengan beliau.
“Itu (curugnya) di dekat jembatan Mas! Pas ke sini tadi masnya lewat turunan yang ada jembatannya kan?” kata si bapak.
"Hah!? Jembatan!?"
Iya sih, pas ke sini tadi ya lewat jembatan yang di bawahnya ada sungai besar. Sebelum jembatan ada turunan. Sehabis lewat jembatan malah disambut tanjakan berliku nan curam.
Tapi, tadi pas lewat sana kayaknya nggak ada curug deh. Yang ada dari tadi kan cuma sawah-sawah thok.
“Yang dekat check dam Jomblang itu Pak?” Aku menyebut objek unik di dekat jembatan yang sekiranya bisa jadi penanda.
“Iya Mas, grojogannya di dekat sana.”
“Jadi ke sananya lewat sawah-sawah Pak?”
“Iya Mas, di batu-batu besar pokoknya.”
Aku kurang mudeng di mana persisnya itu curug. Tapi, jembatan dan check dam Jomblang bisalah jadi patokan pencarian.
Jadi, balik lagi deh ke lokasi jembatan. Nengok ke sebelah kiri terlihat check dam Jomblang. Tapi mana curugnya? Yang ada cuma sawah-sawah!
“Mungkin itu Mas curugnya,” kata Dwi yang duduk di jok belakang sambil menunjuk ke arah kerumunan pohon jati.
Holadala!
Jebul curugnya memang berada di dekat jembatan dan di antara batu-batu besar! Jadi itu toh yang namanya Grojogan Kali Babon atau Air Terjun Kali Babon.
Kalau tadi dari jalan turunan arah ke Desa Sukorejo curugnya memang nggak terlihat. Kalau sekarang dari jalan arah ke Karanggede sebelum menyeberang jembatan curugnya terlihat agak jelas.
Jadilah dengan demikian sepeda motor diparkir di pinggir jalan cor semen yang menanjak. Jarak dari tempat sepeda motor diparkir ke curug kira-kira 100 meter dan harus ditempuh dengan jalan kaki.
Karena tadi pas nanya-nanya ke si bapak dibilangnya jalan ke curug harus lewat sawah-sawah, jadi ya kami jalan kaki deh lewat sawah-sawah. Ditambah pula aksi menerabas semak-semak dan meloncati batu-batu yang besar-besar.
Nah, pas loncat-loncat batu inilah terjadi suatu insiden. Diawali dengan bunyi yang agak nyaring,
WREEEEK!
Yang kemudian disusul oleh teriakan terkejut suami,
HADUUUUH!
Yang lantas membuat istri yang berjalan di depan bertanya,
"Kenapa Mas?"
Yang lalu dijawab si suami dengan nada sedih dan khawatir,
CELANAKU ROBEK!
Yak, Grojogan Kali Babon meminta korban celana panjang yang aku pakai. Jahitannya robek lumayan besar di bagian selangkangan dan sambungan kantong kanan. Semisal celana robek ini tetap dipakai lalu dilihat orang, pasti mereka bakal terpana. #eh
Alhamdulillah aku tak lupa bawa sangu celana pendek. Alhamdulillah pula manusia di Grojogan Kali Babon hanya aku dan Dwi. Jadinya no problem buat ganti celana di balik batu-batu besar.
Dengan demikian, pesan moralnya adalah:
JANGAN BELI CELANA PANJANG MURAH YANG HARGANYA DI BAWAH SERATUS RIBU RUPIAH!
Jangankan dipakai buat loncat-loncat batu. Pas buat duduk saja jahitannya pernah robek kok.
Ternyata, penampakan Grojogan Kali Babon di TKP beda banget sama fotonya Major Tom di Instagram. Mungkin karena sudah dekat-dekat musim kemarau ya jadinya aliran airnya agak surut. Mana airnya warna coklat pula. Bweh!
Melihat penampakan Grojogan Kali Babon yang semacam itu lumayan menyurutkan hasrat buat motret, hahaha . Aku perhatikan Dwi ya agak-agak nggak bersemangat gitu berfoto di sini. Tapi akhirnya dia ya mau juga difoto, hehehe.
Dari hasil kunjungan singkat di Grojogan Kali Babon, beberapa pelajaran yang bisa dipetik selain celana robek adalah:
- Datanglah pada puncak musim penghujan supaya aliran airnya lebih deras. Kayaknya ini curug di awal musim kemarau sudah bakal kering kerontang deh.
- Sudut pemotretannya sempit. Kalau nggak membekali diri dengan lensa sudut lebar bakal kesulitan.
- Jangan berharap bisa berenang-renang ria di sini . Grojogan Kali Babon ini cocoknya sebagai tempat semadi.
Selain korban celana robek, yang bikin aku rodo gelo adalah ternyata... di dalam hutan jati ada jalan setapak yang lurus tembus ke jalan cor semen!
Kalau tahu ada jalan yang manusiawi seperti itu kan nggak perlu ada adegan lompat-lompat batu yang bikin celana robek. Tahu gitu tadi harusnya observasi lingkungan sekitar dulu.
Semisal besok-besok ada mahasiswa KKN yang diterjunkan di Desa Sukorejo, boleh lho bikin proyek pemasangan plang arah ke Grojogan Kali Babon. Lumayan juga kan bisa dikembangkan jadi objek wisata main airnya anak-anak kecil, hehehe.
Di penutup tulisan, aku mengucapkan terima kasih kepada Major Tom yang sudah memberi informasi tentang Grojogan Kali Babon. Walaupun ya ternyata penampakannya kelewat berbeda dari ekspektasi, hahaha.
Senggaknya, jikalau besok-besok Major Tom menggelar hajat besar di rumahnya, aku sudah paham lah arah menuju ke sana. #kode
Oh iya, pas sedang ganti celana di balik batu-batu besar itu, dari jauh aku lihat ada semacam kepala reptil besar di bawah air terjun. Tapi, mbuh itu reptil apa. Soalnya, setelah aku cek dekati kok nggak terlihat ada makhluk apa pun.
Ya, bukan apa-apa sih. Tapi ya sewaktu di sini, siap-siap saja kalau mendapati adanya penampakan sesuatu.
NIMBRUNG DI SINI
Pernah lewat Suruh sik sebenare... jajan sate sapinya... enak, lumayan.