Kota kecamatan Purwareja Klampok di kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah menyimpan potensi sebagai kota wisata belanja. Kota yang berjarak 15 km dari kota Purbalingga ini terkenal dengan industri keramiknya. Nggak jauh berbeda lah dengan sentra industri gerabah di desa Kasongan, Yogyakarta.
Nah, salah satu sentra keramik yang kami kunjungi di hari Kamis siang (25/12/2008) itu adalah Keramik Usaha Karya. Di gerai ini dijajakan berbagai macam benda yang semuanya terbuat dari keramik (jelas lah! ). Ada guci, vas bunga, piring, poci teh, gelas, celengan, dan berbagai benda-benda unik lainnya.
Tapi ingat, di sini nggak cuma menjual teko saja.
Di tempat ini Tiwul memuaskan hasratnya berbelanja oleh-oleh untuk teman-temannya. Tanda bahwa dirinya telah mengarungi Jawa Barat sampai ke Jawa Tengah. Berikut adalah rincian benda dan harga keramik yang dibeli oleh Tiwul.
Gantungan Kunci Kupu-Kupu (isi 3) | Rp20.000 |
Celengan Kucing (Kecil) | Rp10.000 |
Celengan Kucing (Besar) | Rp17.500 |
Set Teh Poci 3 Cangkir | Rp35.000 |
Set Teh Poci 2 Cangkir | Rp20.000 |
Tempat Lilin | Rp20.000 |
Bagaimana Pembaca? Apakah menurut Pembaca murah? Kalau mencari yang (lebih) mahal ya banyak. Contohnya guci yang berukir kaligrafi Arab ataupun kaligrafi Cina harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah. WOW!
Awal-Mula Keramik Merajai Klampok
Keberadaan sentra industri keramik Klampok diprakarsai oleh seseorang guru dari Kebumen bernama Kandar Atmomiharjo. Pada tahun 1935, beliau mendapat kesempatan dari Pemerintah Belanda untuk menimba ilmu keramik di Keramische Laboratorium, Bandung.
Cocok untuk menyembunyikan sesuatu.
Sepulangnya menuntut ilmu, beliau kemudian menjabat sebagai pemimpin perusahaan keramik milik Pemerintah Belanda. Usai berkarier di perusahaan keramik, beliau kembali ke Klampok dan mendirikan sekolah teknik yang salah satu jurusannya adalah teknik pembuatan keramik.
Di tahun 1957, beliau mendirikan industri keramik bernama Meandallai. Tenaga kerjanya berasal dari anak-anak putus sekolah dan pengangguran. Kandar Atmomiharjo meninggal dunia pada tahun 1977.
Popularitas Keramik yang Meredup
Masa kejayaan sentra keramik di Klampok adalah tahun 1980-an. Di masa itu, banyak orang asing yang datang ke Klampok untuk memesan keramik. Tak ayal, ketenaran industri keramik di Klampok ibarat setara dengan industri gerabah di Kasongan.
Akan tetapi, lonjakan harga bahan baku (terutama harga BBM) membuat industri keramik di Klompak terpuruk. Sebagaimana yang diberitakan harian Kompas (13/5/2006). Sebelum kenaikan harga BBM, pembakaran keramik selama 20 jam membutuhkan biaya sebesar Rp400.000. Namun setelah naiknya harga BBM, biaya pembakaran melonjak tajam menjadi Rp1.000.000.
Kalau sampai sapi ini panik berarti harus membeli!
Kondisi tersebut semakin diperparah dengan surutnya minat masyarakat pada kerajinan keramik. Akibatnya, dari 30 pengrajin keramik kini hanya tinggal tersisa 7 pengrajin saja yang masih aktif berkarya. Selain itu, para pengrajin Klampok juga menghadapi kendala dalam menjaga kualitas produknya. Dalam kondisi seperti itu, sentra industri keramik di Klampok masih bertahan mengekspor keramik walau dalam jumlah yang sedikit.
Melihat dari jumlah showroom keramik yang sepi pengunjung (pada waktu kami ke sana, pengunjungnya hanya kami saja), sepertinya industri keramik Klampok butuh ”napas buatan” untuk kembali berjaya seperti di era 80-an. Semoga saja industri keramik Klampok tidak sebatas kenangan kejayaan kota kecil di kabupaten Banjarnegara.
Hiasan keramik dari kulit telur, menarik.
Pembaca pernah mampir ke Klampok membeli keramik belum ya?
Sumber:
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0605/15/jateng/35644.htm
http://budpar-banjarnegara.com/2008/06/10/menengok-sejarah-keramik-klampok-banjarnegara/
http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NDkwMDA=
NIMBRUNG DI SINI
Bisa minta kontak pengrajinya kak?
Kepengin berkunjung kangsung ke pengrajin
harusnya pemda setempat