Lapeeer... lapeeer... Lapeeer....
Sedikit lagi posisi masuk Kecamatan Nanggulan di Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Mendadak kepingin makan makanan ndeso di Rumah Makan Geblek Pari. Tapi, kok sepertinya makan di Geblek Pari sudah terlalu mainstream ya? Apalagi Minggu siang (24/6/2018) begini. Geblek Pari jangan-jangan sedang ramai-ramainya?
Haduh....
Oleh karena Dwi sudah setuju makan di Geblek Pari, jadilah sepeda motor tetap digas menuju ke sana. Kalau ganti haluan, nanti bisa-bisa dia bete. Kalau batal, nanti bisa-bisa dia ngambek sepanjang hari. #hehehe
SILAKAN DIBACA
Pas lagi asyik-asyiknya ngegas sepeda motor, ndilalah di sisi selatan jalan sebelum Pasar Kenteng berdiri papan promosi besar yang mencantumkan tulisan Iwak Kutuk, Kopi Kenteng, dan Makanan Tradisional. Jaraknya katanya cuma 300 meter.
Hm, hm, hm....
Sepertinya, itu tempat makan baru deh. Pingin jadi saingannya Geblek Pari apa ya?
Karena penasaran, Dwi pun ditanya pendapat. Dirinya bilang boleh-boleh saja nyobain makan di situ. Hitung-hitung menambah pengalaman mengganyang makanan ndeso selain di Geblek Pari. #hehehe
Alhasil, sepeda motor pun dibelokkan masuk ke cabang jalan kampung yang sepi pelintas. Sepertinya, tempat ini cuma beda wilayah RT/RW dengan RT/RW-nya Geblek Pari. Sama-sama terletak di Dusun Pronosutan di Desa Kembang di Kecamatan Nanggulan.
Perjalanan menuju Rumah Makan Kopi Kenteng lancar karena dibantu banyak papan petunjuk arah di jalanan kampung. Nggak sampai lima menit berkendara, kami pun tiba di suatu bangunan pendopo yang menjadi TKP-nya Rumah Makan Kopi Kenteng.
Holadala! Jebul ternyata, posisi Rumah Makan Kopi Kenteng ini cuma di “belakangnya” Langgar At-Muttaqin yang beberapa kali pernah jadi tempatku numpang salat.
Kesan pertama saat melihat area parkir yang muat menampung sekitar lima mobil itu ialah,
“Wah, asyik. Parkir gratis! Nggak ada tukang parkir!” #senyum.lebar #sobat.miskin
Sepeda motor diparkir di samping mobil berstiker nge-jreng. Dwi masuk duluan. Aku menyusul kemudian.
Di dalam pendopo sepi pengunjung. Hanya ada sepasang suami istri ditemani dua putri dan satu putra. Layaknya keluarga zaman now, mereka duduk sambil mainan smartphone.
Tanpa mikir lama, aku dan Dwi memilih meja bersantap di dekat meja kasir. Mbak penjaga meja kasir pun menyambut sambil menyodorkan dua lembar kertas berlaminating berisi daftar makanan dan minuman.
“Iwak Kutuk itu apa Mbak?” tanyaku ke mbak penjaga meja kasir.
“Itu ikan gabus Mas,” jawabnya.
Hooo… ikan gabus toh!? Menarik ini! #senyum.lebar
Ikan gabus alias snakehead fish alias Channa striata kan tergolong ikan air tawar yang langka. Ini ikan air tawar yang nggak dibudidayakan secara masif seperti lele. Ikan ini seringnya ditangkap dari sungai. Pun susah pula menangkapnya! Wew....
Jikalau bicara masakan ikan gabus, aku senantiasa teringat sama pengalaman makan ikan gabus di Rumah Makan Legokan Ngancar empat tahun silam. Eh ya, sampai sekarang kok ya belum pernah makan di sana lagi. #hehehe
“Di sini spesialnya dimangut Mas,” kata mbak penjaga meja kasir lagi.
Waw!? Mangut!?
Wah, enak itu! Mangut itu masakan tradisional Jawa yang direbus dengan kuah santan pedas. Gulai pedas ala Jawa lah gampangannya.
Biasanya, yang dimangut itu kan ikan lele. Lha, menyinggung masakan mangut lele, kok ya malah jadi teringat sama mangut lelenya Mbah Marto yang cita rasanya masih terbanyang di lidah sampai sekarang. #hehehe
Oke! Berhubung harga masakan iwak kutuk lumayan mahal #hehehe, jadilah kami memesan pesanan sebagai berikut:
- Satu porsi mangut iwak kutuk.
- Satu porsi tahu dan tempe goreng.
- Satu porsi urap.
- Dua porsi nasi.
- Dua porsi es teh.
Semua makanan dan minuman yang kami pesan itu ditebus dengan harga Rp56.000.
Untuk rincian daftar menu beserta harga sajian Kopi Kenteng bisa disimak pada tabel di bawah ini.
Masakan Ikan
Iwak Kutuk Mangut / Goreng / Bakar | Porsi kecil (1 orang) | Rp29.500 |
Iwak Kutuk Mangut / Goreng / Bakar | Porsi 1 kg (4 orang) | Rp115.000 |
Gurameh Mangut / Goreng / Bakar | Rp9.500 per ons | |
Nila Mangut / Goreng / Bakar | Rp23.000 |
Masakan Ayam
Ayam Potong Goreng / Bakar | Rp12.500 |
Ayam Kampung Goreng / Bakar | Rp23.500 |
Masakan Udang
Udang Goreng Tepung | Rp35.000 |
Udang Saus Mentega | Rp35.000 |
Udang Asam Manis | Rp39.500 |
Udang Asam Pedas | Rp39.500 |
Masakan Lain
Mie Lethek | Rp17.500 |
Nasi Goreng Kenteng | Rp18.500 |
Tahu dan Tempe Goreng / Bacem | Rp9.500 |
Masakan Sayur
Sayur Asem | Rp5.000 |
Sayur Lodeh | Rp5.000 |
Urap | Rp4.000 |
Cah Kangkung | Rp7.500 |
Cap Cay | Rp15.000 |
Camilan
Pisang Goreng | Rp7.000 |
Bakwan Jagung | Rp7.000 |
Mendoan | Rp6.500 |
Makanan Pendamping Lauk
Sambal Bawang / Terasi / Matah | Rp3.500 | |
Nasi Putih | Untuk 1 orang | Rp3.000 |
Nasi Putih | Untuk 4 orang | Rp11.000 |
Minuman Panas
Spesial Kopi Kenteng | Rp18.500 |
Teh Panas | Rp3.000 |
Jeruk Panas | Rp4.000 |
Wedang Tape | Rp6.500 |
Kopi Susu (Panas) | Rp7.500 |
Susu Jahe (Panas) | Rp7.500 |
Kopi Jahe (Panas) | Rp6.500 |
Minuman Dingin
Es Teh | Rp3.500 |
Es Jeruk | Rp4.500 |
Es Sereh Mint Tea | Rp7.500 |
Es Lemon Tea | Rp6.000 |
Jus Buah
Jus Semangka | Rp9.500 |
Jus Melon | Rp9.500 |
Jus Alpukat | Rp9.500 |
Jus Stroberi | Rp9.500 |
Jus Nanas | Rp9.500 |
Jus Jambu | Rp9.500 |
Jus Mangga | Rp9.500 |
Jus Wortel | Rp9.500 |
Jus Tomat | Rp9.500 |
Minuman Blend
Kacang Merah Blend | Rp10.000 |
Kacang Hijau Blend | Rp10.000 |
Cappucinno Blend | Rp10.000 |
Choco Blend | Rp10.000 |
Green Tea Caramel Blend | Rp10.000 |
Vanila Late Blend | Rp10.000 |
Minuman Lain
Sup Buah | Rp12.500 |
Kelapa Muda Utuh | Rp12.500 |
Air Mineral 600 ml | Rp3.500 |
Sambil menunggu pesanan datang aku celingak-celinguk mengamati suasana sekitar. Hooo, rupanya Rumah Makan Kopi Kenteng ini masih tersambung dengan suatu rumah. Mungkin itu rumah tempat tinggalnya sang empunya rumah makan.
Nggak jauh dari meja tempat kami bersantap ada ruang terbuka yang difungsikan sebagai tempat salat. Selain itu, ada pula wastafel dan pelantang suara alias speaker yang mendendangkan alunan musik Sunda. Eh, kok rasanya kurang nyambung ya? #senyum.lebar
Sekitar lima belas menit kemudian mendaratlah sepiring mangut iwak kutuk di meja makan. Penyajiannya unik, ikannya ditaburi lembaran daun kemangi. Penampakan cabai rawit merah di antara kuah kuning seakan menjadi peringatan bahwa masakan ini pedas.
Sebelum menjamah daging ikan, aku mengicip kuah kuningnya dulu. Kuah kuningnya gurih, sedikit pedas, tanpa terkecap bau amis. Perpaduan bumbu rempahnya pas di lidah. Aku sempat bilang ke Dwi kalau aku sanggup makan nasi hanya dengan lauk kuah kuning mangut ini thok, hahaha. #senyum.lebar
Kemudian prosesi makan dilanjut dengan acara membedah daging ikan. Holadala! Begitu badan ikan aku belah, yang terlihat ialah daging ikan berwarna kemerahan.
Weh....
Terus terang melihat penampakan daging ikan yang kemerahan begini kok aku jadi agak nggak berselera makan ya? Hahaha. #senyum.lebar
Jikalau mengingat apa yang dikatakan sama mbak penjaga meja kasir, katanya mangut iwak kutuk ini baru dimasak saat ada pesanan. Weh! Pantas saja daging ikan mangutnya masih berwarna kemerahan kalau memasaknya “kilat” seperti itu. #hehehe
Setahuku, mangut itu kan masakan tradisional yang menganut paham slow cooking. Mangut dimasak dalam waktu lama menggunakan api dari kayu bakar. Jadi, daging ikannya bisa matang sekaligus kuah bumbunya bisa meresap sempurna ke dagingnya.
Selain mangut iwak kutuk, makanan lain yang kami pesan tetap menggugah selera. Tahu dan tempe gorengnya enak lho! Tempenya nggak anyep. Tahunya pun fluffy. Urapnya pun lezat. Rebusan sayurnya pas. Bumbu yang dicampur ke kelapa parutnya pun pas.
Singkat penilaian, berdasarkan sajian mangut iwak kutuknya, Rumah Makan Kopi Kenteng masuk ke dalam kategori rumah makan yang “cukup tahu saja”. #senyum.lebar
Menurutku, Rumah Makan Kopi Kenteng sudah selangkah lebih maju dengan mengusung masakan iwak kutuk alias ikan gabus sebagai sajian andalan. Sepengetahuanku, rumah makan di Yogyakarta yang menyajikan menu ikan gabus masih langka, apalagi yang dimasak mangut.
Sayangnya, Rumah Makan Kopi Kenteng kurang sip dalam mengolah masakan mangut ikan gabus. Daging ikan masih berwarna kemerahan. Kuah kuningnya (walaupun enak #senyum.lebar) kurang menyatu dengan daging ikannya. Mungkin kalau mangut ikan gabusnya dimasak secara lebih tradisional cita rasanya bakal lebih nendang. #senyum.lebar
Rumah Makan Kopi Kenteng ialah salah satu pemain kuliner terbaru di Nanggulan yang berinovasi dengan menyajikan masakan mangut iwak kutuk. Semoga pada masa mendatang, cita rasa masakan mangut iwak kutuknya bisa meningkat dan bisa mengimbangi ketenaran rumah makan Geblek Pari. #senyum
Makasih ya. Langsung saya baca berdua nih dengan suami.. Karena dia penasaran kutuknya...
Semoga kerasan tinggal di Nanggulan yang masih banyak sawah-sawahnya. Semoga juga nggak penasaran lagi dengan iwak kutuknya. :D
Sayang banget yaaa... Padahal mangut itu favoritku sebenernya. Mau dari ikan pari, lele, rata-rata semua enak.
Lha, aku malah belum pernah makan mangut selain lele mbak.
kesini, tulisan paling atas itu tanggal & tahunnya kan, 2016 / 2017. Eh ternyata, kurang
teliti akune. Tulisan terbaru ada di bawahnya xD
Dulu jaman kecil, sering banget nyari iwak kutuk di sawah. Tapi sekarang udah susah
kayaknya kalau mau nyari. Mungkin karena air sawah udah terkontaminasi sama pupuk-
pupuk kimia juga, jadi si iwak pada nggak bertahan hidup lama.
Tapi tetep kuat ngabisin mas, walaupun daging dari si iwak kutuk masih merah-merah
begitu? Hahaha
Enak iku.
Kelingan jaman mbiyen, mancing iwak kutuk nang cedak sawah.
Terus digoreng... maknyusss.