HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Sarapan Nasi Liwet Bu Sukini di Dekat Stasiun Purwosari

Senin, 6 Agustus 2018, 04:01 WIB

Ibunya aku berjalan di depan dengan langkah cepat menyusuri gang di sebelah Gedung Indosat di seberangnya Stasiun Purwosari, Kota Solo, Jawa Tengah.

 

Melihat gesitnya Ibu di usia yang sudah semakin senja #hiks #hiks #hiks aku jadi mikir,

 

“Jadi begini toh rasanya jalan kaki bareng Ibu yang setiap pagi rutin jalan kaki? Cepat juga jalannya. Sudah mirip jalan kakinya orang-orang di negara maju macamnya Singapura sama Jepang saja ini si Ibu.”

 

 

Di depanku turut berjalan sang istri alias Dwi yang sepertinya berusaha mengimbangi pacuan langkah ibu mertuanya.

 

“Wi! Itu Ibu tolong,” kataku terbata-bata dengan maksud agar Dwi mendekati Ibu guna berjaga-jaga terhadap hal-hal yang nggak diinginkan yang bisa terjadi pada Ibu yang berjalan kaki cepat. #hehehe

 

 

“Bu!” aku akhirnya berteriak, “Ibu itu cepat-cepat mau ke mana?”

 

Nun jauh di depan sana, Ibu menengok sebentar ke belakang membalas pertanyaanku,

 

“Mau sarapan!”

 

 

Ibu pun melesat jauh di depan. Bapak yang sedari tadi berjalan sambil bertelepon pintar di urutan paling belakang ikut bersuara,

 

“Ibu kalau sudah lapar jalan kakinya jadi cepat.”

 

Hadeh....

 

 

Dengan mengikuti Ibu yang berjalan cepat menyusuri gang Indosat, tibalah kami di suatu perempatan. Nah, di perempatan ini jika menoleh ke kiri arah ke pasar senggol Purwosari, maka terlihatlah kerumunan orang yang mengitari seorang ibu yang menggelar dagangan tepat di pinggir jalan di depan pagar rumah mewah bernomor 14.

 

Ibunya aku lalu mendekat ke kerumuman orang-orang di bawah naungan pohon mangga itu. Empat bangku plastik pendek (yang dalam bahasa Jawa disebut dingklik #hehehe) terlihat kosong tanpa penduduk di hadapan ibu yang menggelar dagangan. Masing-masing dari kami pun menduduki bangku-bangku tersebut.

 

“Bu, minta nasi liwetnya satu, telornya setengah, tanpa pakai suwiran ayam,” pinta Ibunya aku ke si ibu penjaja nasi liwet yang masih sibuk meracik pesanan nasi liwet trio mbak pembeli yang berlogat ibukota.

 

“Kamu pesen apa?” tanya Ibunya aku ke aku.

 

Aku dan Dwi pun sepakat memesan nasi liwet dengan komposisi yang sama, yakni nasi liwet dengan ayam suwir dan telur rebus setengah.

 

 

Google Maps menandai lapak nasi liwet yang ramai pembeli di pinggir Jl. Parang Liris ini sebagai Nasi Liwet Sukini. Jadi, hipotesa yang bisa ditarik ialah ibu penjual nasi liwet yang tampak pada dua foto di bawah ini bernama Bu Sukini.

 

Katanya Ibunya aku, biasanya Bu Sukini ini dalam berjualan dibantu oleh seorang bapak. Mungkin bapaknya itu suaminya. Tapi, pada hari Selasa pagi (20/3/2018) silam, Bu Sukini berjualan sendirian tanpa ada yang membantu.

 

Walaupun berjualan seorang diri, Bu Sukini sangat cekatan sekali melayani pesanan pembeli yang datang silih berganti. Bahkan ada juga pembeli memesan nasi liwet dalam jumlah banyak (12 bungkus!) dengan request yang beraneka ragam semisal nggak pakai ini, nggak pakai itu, dipisah bungkusnya yang semuanya dilayani tanpa ada yang terlupa. Wow!

 

 

Sambil menanti dengan setia seporsi nasi liwet yang semakin lama semakin menggoda birahi perut, aku mengamati dengan saksama gerak-gerik Bu Sukini ketika meracik nasi liwet pesanan pembeli.

 

Pertama-tama, Bu Sukini mengambil alas penyajian nasi liwet yang terletak di sebelah kirinya berupa pincuk yang terbuat dari kertas minyak berlapis daun pisang. Semisal stok pincuk ini habis, Bu Sukini akan mem-pause proses melayani pembeli dan beralih membuat pincuk terlebih dahulu dalam jumlah yang agak banyak.

 

Dengan pincuk yang berada di genggaman tangan kiri, Bu Sukini lalu mengisinya dengan nasi pulen yang hangat dan bergurih santan sebanyak dua ciduk dari bakul di sebelah kanannya. Alat ciduk nasinya ialah ceting (sendok buat menciduk nasi #hehehe) yang terbuat dari potongan batok kelapa.

 

Kemudian Bu Sukini menyiram pincuk dengan sayur jipang alias sayur labu siam bersantan berkuah kuning dari panci besar di sebelah kiri. Oleh karena Bu Sukini nggak pernah selo meracik, maka jika pembeli yang bersantap di tempat mengalami kondisi kekurangan kuah sayur jipang, maka pembeli tersebut boleh menambahkan kuah dari panci atau dari jerigen ke dalam pincuknya secara mandiri. #senyum.lebar

 

Bu Sukini lanjut menebarkan lauk ke dalam pincuk berupa potongan ayam yang sudah disuwir-suwir dari bakul di sebelah kanan yang mana berada satu bakul dengan nasi. Selain ayam suwir tersedia juga bagian ayam yang lebih komplit seperti kepala, ceker, paha, dan kawan-kawan lain yang bisa turut masuk ke pincuk sesuai permintaan pembeli.

 

Telur pun hadir ke dalam pincuk. Telur terbagi jadi dua jenis yaitu telur rebus yang dibumbu semur dan telur dadar gurih nan fluffy yang hanya terbuat dari bagian putih telur. Sekilas bentuknya mirip tahu, tapi yakinlah bahwa itu adalah putih telur.

 

Langkah yang terakhir ialah penambahan topping paripurna ke dalam pincuk berupa areh yaitu olahan makanan yang terbuat dari kentalnya santan mendidih yang berbumbu. Sebagaimana lazimnya areh gaya Surakarta, areh nasi liwet Bu Sukini berwarna putih dan gurih. Berbeda dengan areh gaya Yogyakarta yang cenderung manis dan berwarna kecokelatan.

 

Nah, sebelum memulai bersantap, ada baiknya memperhatikan sejenak bagaimanakah penampakan anatomi ramuan nasi liwet Bu Sukini seperti pada foto di bawah ini. #senyum.lebar

 

 

PAS adalah satu kata yang tepat untuk menyimpulkan nasi liwet Bu Sukini. Porsinya nggak kesedikitan dan nggak juga bikin kekenyangan. Rasa gurihnya juga nggak terlalu menonjol yang mana mencegah munculnya hasrat untuk ingin menambah porsi yang bisa berujung mengakibatkan kekenyangan dan ngantuk. #senyum.lebar

 

Selain soto, nasi liwet Bu Sukini adalah sarapan yang ideal untuk membangkitkan semangat untuk menghadapi kerasnya hidup, hahaha. #senyum.lebar

 

Perkara harga, seporsi nasi liwet Bu Sukini dengan lauk ayam suwir dan telur setengah itu dihargai Rp8.000. Tentu jika si pembeli memesan lauk yang lebih mewah seperti kepala atau paha harga seporsi nasi liwetnya bakal terdongkrak naik. #senyum.lebar

 

 

Dan rupanya, selain menjajakan nasi liwet, Bu Sukini juga menjajakan kudapan tradisional khas Jawa yaitu ketan juruh. Yang disebut dengan ketan juruh adalah kudapan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus kemudian diberi taburan kelapa parut, bubuk kedelai, dan kuah gula Jawa (ini yang disebut juruh). Bu Sukini menyediakan ketan putih dan juga ketan hijau.

 

Kudapan ketan juruh ini benar-benar bisa menjadi dessert alias santapan pencuci mulut yang pas seusai rongga mulut terbuai oleh gurihnya nasi liwet. Aku nggak mengamati berapa harga seporsi ketan juruh. Tapi, sepertinya lebih murah dari harga seporsi nasi liwet.

 

Jadi, bagi pelancong kelaparan yang kebetulan singgah di Stasiun Purwosari macam Ibunya aku ini #hehehe, silakan mencoba mengisi bensin perut di lapak nasi liwetnya Bu Sukini. #senyum.lebar

 

Hal yang patut diperhatikan ketika bersantap di sini ialah berhati-hati dengan kendaraan yang melintas. Bu Sukini juga hanya menyediakan air minum gelas plastik bagi pelanggan yang kehausan.

NIMBRUNG DI SINI