HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Cerita KKN: Angkringan Nikmat Penyelamat

Minggu, 12 Oktober 2008, 16:10 WIB

Konsumsi yang serba terbatas di kehidupan KKN memaksaku untuk menahan lapar dengan ngemil. Berhubung aku kurang begitu sreg dengan camilan-camilan produksi pabrik, biasanya sih aku membeli gethuk atau jajanan pasar lain di Pasar Prambanan pas mendapat giliran belanja harian.

 

Sayangnya, camilan-camilan yang biasa aku beli di Pasar Prambanan itu hanya tersedia di pagi hari. Lha gimana dong kalau pas siang atau sore aku mendadak ingin ngemil? Angkringan jawabannya! #senyum.lebar

 

Di sore hari, angkringan-angkringan yang tersebar di Desa Kebondalem Kidul menjadi pelampiasanku mencari camilan. Sebenarnya sih di Desa Kebondalem Kidul itu hanya ada dua angkringan, yaitu angkringannya Pak Kidi sama angkringannya Bu Ranto. Untungnya beliau-beliau ini sudah maklum dengan kelakuan para personil KKN yang kerap putus urat malunya saat sedang ngangkring. #senyum.lebar

 

Angkringan Tiga Juta Pak Kidi

Angkringan Pak Kidi ini terletak di perempatan RW III (Banjarsari) di dekat SDN 1 Kebondalem Kidul. Jarak angkringan ini ke Rumah Banjarsari tergolong dekat, ya sekitar 20 meter lah. Oleh sebab itu, nggak jarang angkringan Pak Kidi ini dipakai sebagai tempat ngumpul alternatif bagi para jejaka yang mondok di Rumah Banjarsari.

 

Pak Kidi sendiri sebenarnya bukan warga asli Desa Kebondalem Kidul. Sehari-hari, yang menjaga angkringan ini kalau nggak Pak Kidi ya anak lelakinya. Angkringan ini buka dari jam 4 sore sampai jam 11 malam. Kalau sebelum jam 11 malam dagangannya sudah habis ya tutup!

 

Menu tetap di angkringan Pak Kidi ini ada nasi kucing (lauk sambal atau tempe), tempe goreng, tahu goreng, bakwan, kepala ayam, dan sate usus. Kadang kala tersedia juga nasi kucing goreng. Eh, maksudnya itu nasi goreng dalam porsi nasi kucing. Bukan nasi dengan daging kucing yang digoreng lho! #hehehe

 

Oh iya, angkringan Pak Kidi ini dikenal juga di kalangan personil KKN sebagai angkringan 3 juta. Jadi begini ceritanya. Pada suatu malam, Gunawan, Catur, dan aku menghabiskan malam di angkringan ini. Kemudian terjadilah percakapan sebagai berikut.

 

Gunawan: "Pak udah. Tadi es teh, nasi kucing, terus tempe goreng."
Catur: "Mas Gun, tadi gorengannya emang cuma segitu?"
Gunawan: "Iya, emang kenapa?"
Aku: "Eh, tadi kan lu ngambil bakwan Gun!"

 

Gunawan: "Eh, itu kan jadinya gue kasih ke elu! Elu kan yang minta tolong gue ngambilin?"
Aku: "Tapi ngambil kan?"
Gunawan: "Eh, gue cuma makan tempe satu kaliii...!"
Aku: "Nah kan jadi berantakan! Jadi berapa gorengan yang lu makan Gun?"
Gunawan: Cuma satu! Tempe doang! Jadi berapa Pak?

 

Pak Kidi: Tiga juta...
(Gunawan bengong. Catur tersedak minuman. Aku diam aja. Terus habis itu ya ketawa semua. #senyum.lebar)
Catur: Bapaknya mabuk ini...
Gunawan: Nih pak saya bayar pakai 5 juta!
(ngeluarin uang 5 ribu)

 

Angkringan Lezat Bu Ranto


Angkringan Bu Ranto.

Angkringan Bu Ratno ini letaknya ada di RW VI (Dukuh Mbero). Persis di dekat pintu masuk ke Candi Sojiwan. Buatku, angkringan Bu Ratno ini adalah angkringan yang paling sering aku kunjungi karena jaraknya lebih dekat dari Rumah Sentul.

 

Bu Ranto adalah warga Desa Kebondalem Kidul yang rumahnya ada di dekat Mushalla Al-Mubarok. Bagi warga RW VI, Bu Ranto dikenal sebagai tukang masak yang piawai. Alhasil, nggak jarang angkringan Bu Ratno tutup karena beliau diminta bantuan untuk menangani konsumsi di tempat lain. Meskipun piawai memasak, akan tetapi makanan yang tersaji di angkringan ini sebagian besar dimasak oleh Diah, putri Bu Ranto.

 

Karena hampir setiap hari aku lewat dan mampir kemari, aku jadi lumayan akrab sama Bu Ranto. Tetapi ya sampai sekarang belum kesampaian bertamu ke rumah beliau. Bu Ranto sudah hapal menu favoritku di angkringannya adalah wedang jahenya.

 

Dari sekian banyak perbicangan ngalor-ngidul, aku jadi tahu kalau sebenarnya Bu Ranto orangnya penakut. Walau posisi angkringan ini tepat berada di depan Candi Sojiwan yang katanya kalau malam "penghuninya" sering berkeliaran, Bu Ranto mengaku tidak pernah diganggu. Akan tetapi, pernah suatu malam aku dan pak penjaga Candi Sojiwan berbicang-bincang tema horor. Setelah kami selesai ngangkring Bu Ranto langsung bergegas menutup angkringannya karena ketakukan mendengar cerita kami, hehehe. #hehehe

 

Daftar Menu di Angkringan Kebondalem Kidul

Sebenarnya, menu di setiap angkringan, entah apakah itu di Jogja atau di Prambanan, nyaris serupa. Harga yang dipatok juga nyaris serupa. Beberapa menu angkringan beserta harganya aku paparkan di bawah ini.

 

Gorengan (Tempe, Bakwan, Tahu Goreng) Rp500
Nasi Kucing (Sambal, Kering Tempe, Goreng) Rp1.000
Ceker, Kepala Ayam Rp1.000
Kerupuk Rambak Rp500
Kacang Goreng Rp500
Teh Panas Rp1.000
Es Teh Rp1.000
Jahe Panas Rp1.000
Kopi Rp2.000
Jahe Susu Rp1.500
Air Putih Gratis

 

Hikmah Ngangkring

 

Pembaca suka ngangkring juga nggak?

NIMBRUNG DI SINI