Konsumsi yang serba terbatas di kehidupan KKN memaksaku untuk menahan lapar dengan ngemil. Berhubung aku kurang begitu sreg dengan camilan-camilan produksi pabrik, biasanya sih aku membeli gethuk atau jajanan pasar lain di Pasar Prambanan pas mendapat giliran belanja harian.
Sayangnya, camilan-camilan yang biasa aku beli di Pasar Prambanan itu hanya tersedia di pagi hari. Lha gimana dong kalau pas siang atau sore aku mendadak ingin ngemil? Angkringan jawabannya! #senyum.lebar
Di sore hari, angkringan-angkringan yang tersebar di Desa Kebondalem Kidul menjadi pelampiasanku mencari camilan. Sebenarnya sih di Desa Kebondalem Kidul itu hanya ada dua angkringan, yaitu angkringannya Pak Kidi sama angkringannya Bu Ranto. Untungnya beliau-beliau ini sudah maklum dengan kelakuan para personil KKN yang kerap putus urat malunya saat sedang ngangkring. #senyum.lebar
Angkringan Tiga Juta Pak Kidi
Angkringan Pak Kidi ini terletak di perempatan RW III (Banjarsari) di dekat SDN 1 Kebondalem Kidul. Jarak angkringan ini ke Rumah Banjarsari tergolong dekat, ya sekitar 20 meter lah. Oleh sebab itu, nggak jarang angkringan Pak Kidi ini dipakai sebagai tempat ngumpul alternatif bagi para jejaka yang mondok di Rumah Banjarsari.
Pak Kidi sendiri sebenarnya bukan warga asli Desa Kebondalem Kidul. Sehari-hari, yang menjaga angkringan ini kalau nggak Pak Kidi ya anak lelakinya. Angkringan ini buka dari jam 4 sore sampai jam 11 malam. Kalau sebelum jam 11 malam dagangannya sudah habis ya tutup!
Menu tetap di angkringan Pak Kidi ini ada nasi kucing (lauk sambal atau tempe), tempe goreng, tahu goreng, bakwan, kepala ayam, dan sate usus. Kadang kala tersedia juga nasi kucing goreng. Eh, maksudnya itu nasi goreng dalam porsi nasi kucing. Bukan nasi dengan daging kucing yang digoreng lho! #hehehe
Oh iya, angkringan Pak Kidi ini dikenal juga di kalangan personil KKN sebagai angkringan 3 juta. Jadi begini ceritanya. Pada suatu malam, Gunawan, Catur, dan aku menghabiskan malam di angkringan ini. Kemudian terjadilah percakapan sebagai berikut.
Gunawan: "Pak udah. Tadi es teh, nasi kucing, terus tempe goreng."
Catur: "Mas Gun, tadi gorengannya emang cuma segitu?"
Gunawan: "Iya, emang kenapa?"
Aku: "Eh, tadi kan lu ngambil bakwan Gun!"
Gunawan: "Eh, itu kan jadinya gue kasih ke elu! Elu kan yang minta tolong gue ngambilin?"
Aku: "Tapi ngambil kan?"
Gunawan: "Eh, gue cuma makan tempe satu kaliii...!"
Aku: "Nah kan jadi berantakan! Jadi berapa gorengan yang lu makan Gun?"
Gunawan: Cuma satu! Tempe doang! Jadi berapa Pak?
Pak Kidi: Tiga juta...
(Gunawan bengong. Catur tersedak minuman. Aku diam aja. Terus habis itu ya ketawa semua. #senyum.lebar)
Catur: Bapaknya mabuk ini...
Gunawan: Nih pak saya bayar pakai 5 juta!
(ngeluarin uang 5 ribu)
Angkringan Lezat Bu Ranto
Angkringan Bu Ratno ini letaknya ada di RW VI (Dukuh Mbero). Persis di dekat pintu masuk ke Candi Sojiwan. Buatku, angkringan Bu Ratno ini adalah angkringan yang paling sering aku kunjungi karena jaraknya lebih dekat dari Rumah Sentul.
Bu Ranto adalah warga Desa Kebondalem Kidul yang rumahnya ada di dekat Mushalla Al-Mubarok. Bagi warga RW VI, Bu Ranto dikenal sebagai tukang masak yang piawai. Alhasil, nggak jarang angkringan Bu Ratno tutup karena beliau diminta bantuan untuk menangani konsumsi di tempat lain. Meskipun piawai memasak, akan tetapi makanan yang tersaji di angkringan ini sebagian besar dimasak oleh Diah, putri Bu Ranto.
Karena hampir setiap hari aku lewat dan mampir kemari, aku jadi lumayan akrab sama Bu Ranto. Tetapi ya sampai sekarang belum kesampaian bertamu ke rumah beliau. Bu Ranto sudah hapal menu favoritku di angkringannya adalah wedang jahenya.
Dari sekian banyak perbicangan ngalor-ngidul, aku jadi tahu kalau sebenarnya Bu Ranto orangnya penakut. Walau posisi angkringan ini tepat berada di depan Candi Sojiwan yang katanya kalau malam "penghuninya" sering berkeliaran, Bu Ranto mengaku tidak pernah diganggu. Akan tetapi, pernah suatu malam aku dan pak penjaga Candi Sojiwan berbicang-bincang tema horor. Setelah kami selesai ngangkring Bu Ranto langsung bergegas menutup angkringannya karena ketakukan mendengar cerita kami, hehehe. #hehehe
Daftar Menu di Angkringan Kebondalem Kidul
Sebenarnya, menu di setiap angkringan, entah apakah itu di Jogja atau di Prambanan, nyaris serupa. Harga yang dipatok juga nyaris serupa. Beberapa menu angkringan beserta harganya aku paparkan di bawah ini.
Gorengan (Tempe, Bakwan, Tahu Goreng) | Rp500 |
Nasi Kucing (Sambal, Kering Tempe, Goreng) | Rp1.000 |
Ceker, Kepala Ayam | Rp1.000 |
Kerupuk Rambak | Rp500 |
Kacang Goreng | Rp500 |
Teh Panas | Rp1.000 |
Es Teh | Rp1.000 |
Jahe Panas | Rp1.000 |
Kopi | Rp2.000 |
Jahe Susu | Rp1.500 |
Air Putih | Gratis |
Hikmah Ngangkring
- Membagi rezeki. Ya seenggak-enggaknya, jangan hanya numpang duduk saja! Beli gorengan satu kek! #hehehe
- Sosialisasi. Dari pemilik angkringan, kita bisa tahu info-info terkini seputar desa Kebondalem Kidul. Terlebih lagi kita bisa tahu pendapat warga tentang program KKN.
- Tempat Curhat. Aku sering menghabiskan waktu dengan Gunawan atau Catur untuk ngangkring sembari ngobrol ngalor-ngidul tentang gejolak KKN. Masa bodo lah kalau Pak Kidi atau Bu Ranto juga ikutan nguping. #hehehe
- Tempat Rapat. Khususnya bagi penghuni Rumah Banjarsari, angkringan Pak Kidi sering digunakan sebagai tempat rapat dadakan. Karena kesibukan KKN, mereka tidak bisa berkumpul di siang hari dan “tanpa sengaja” mereka sering bertemu di angkringan malam harinya.
- Pelarian Makan. Kalau seumpamanya Ayu mogok masak karena aku sindir masakannya di hari itu. #senyum.lebar
- 3 Ceret. Angkringan itu identik dengan 3 ceret, karena itu tidak jarang angkringan dijuluki kafe telu ceret. Dari Bu Ranto aku akhirnya tahu kenapa ada tiga ceret. Ceret pertama, isinya air panas. Ceret kedua isinya juga air panas sebagai cadangan ceret pertama. Ceret ketiga, isinya adalah air jahe panas. Cukup masuk akal, mengingat konsumen angkringan biasanya memesan minuman hangat untuk mengusir dinginnya malam.
Terus, kenapa jumlah ceretnya hanya tiga? Itu Karena anglo untuk mendidihkan ceret-ceret itu hanya pas untuk tiga ceret. #senyum.lebar
Pembaca suka ngangkring juga nggak?
gara2 temen maen di KKN ga suka di angkringan,
padahal dulu pas SMA suka maem di angkringan depan sekolah bareng temen2..
pengunjungnya selain di utara stasiun tugu dan utara kotabaru...he5x