HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Tanjakan Cinourip Saudara Dekatnya Tanjakan Cinomati

Selasa, 23 Januari 2018, 05:00 WIB

Sebutlah nama Cinomati, maka warga Jogja yang mengenalnya pasti bakal mengingat tanjakan terjal nan curam di Kabupaten Bantul yang menghubungkan Desa Wonolelo (Kecamatan Pleret) dengan Desa Terong (Kecamatan Dlingo).

 

Sedangkan kalau menyebut nama Cinourip... pasti lebih banyak warga Jogja yang garuk-garuk kepala karena kebingungan, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Yah, kalau ada ruas jalan yang disebut Cinomati (cina + mati), wajar pula toh kalau ada ruas jalan yang disebut Cinourip (cina + hidup)? #hehehe

 

 

Apalagi kedua ruas jalan ini lumayan berdekatan dan berwujud sama.
Sama-sama TANJAKAN maksudnya. #hehehe

 

 

Letak Tanjakan Cinourip

Cinourip adalah panggilan akrab kami (aku + Mbah Gundul) untuk menyebut ruas jalan di Kabupaten Bantul yang menghubungkan Dusun Pucungrejo (Kecamatan Imogiri) dengan Dusun Ngliseng (Kecamatan Dlingo).

 

Dusun Pucungrejo terletak di Desa Wukirsari. Sedangkan Dusun Ngliseng terletak di Desa Muntuk. Jadi, Cinourip ini juga merupakan ruas jalan yang menghubungkan Desa Wukirsari dengan Desa Muntuk.

 

 

Seperti yang bisa dilihat pada peta, ruas jalan Cinourip terletak di wilayah tenggara dari Kota Jogja. Jaraknya ya… sekitar 20 km kalau dihitung dari Tugu Pal Putih.

 

Berikut adalah panduan rute menuju ruas jalan Cinourip dari Kota Jogja.

 

  1. Dari Kota Jogja pergilah ke Kotagede.
  2. Dari Kotagede seberangi Ringroad Selatan dan ikuti jalan hingga sampai di Pleret.
  3. Dari Pleret seberangi jembatan masuk ke wilayah Desa Segoroyoso.
  4. Di Perempatan Kloron (Swalayan Amanda) ambil cabang jalan ke kanan (selatan).
  5. Ikuti jalan sejauh kira-kira 3 km hingga masuk di wilayah Dusun Pucungrejo.
  6. Selanjutnya tinggal ikuti papan petunjuk arah ke hutan pinus.

 

 

He? Hutan pinus?

 

Yup! Cinourip merupakan ruas jalan alternatif yang lebih singkat untuk menuju ke kawasan hutan pinus. Yang dimaksud dengan hutan pinus jelaslah kawasan hutan pinus yang terletak di Kecamatan Dlingo yang kini dipenuhi spot-spot foto yang unik-unik.

 

Untuk Pembaca hendak singgah di Puncak Becici (yang jadi tenar karena Pak Barrack Obama pernah ke sana #hehehe), waktu tempuh perjalanan bakal lebih singkat bila melalui ruas jalan Cinourip dibanding memutar lewat Cinomati atau Makam Pajimatan Imogiri.

 

Di Awal Tanjakan Cinourip

Barisan perbukitan yang menjulang tinggi menyambut setiap pelancong yang hendak melintasi ruas jalan Cinourip. Wilayah Kecamatan Dlingo kan berada di atas perbukitan. Jadi, kalau mau ke Dlingo mau nggak mau ya harus nanjak toh?

 

Yuk, mari kita bersiap nanjak! #senyum.lebar

 

 

Berbeda dengan ruas jalan Cinomati, saat memasuki awal ruas jalan Cinourip aku perhatikan masih banyak rumah warga. Warung kelontong ya jelas ada. Buatku, suasana pemukiman seperti ini lumayan mendongkrak mental sewaktu menjelajah tempat-tempat asing.

 

Medan jalan di pemukiman warga ini pelan-pelan mulai terasa menanjak. Tapi kemiringan tanjakannya masih belum membuat dengkul cenat-cenut.

 

Eh, itu tadi aku bilang belum ya. #hehehe

 

 

Setelah melewati area pemukiman, suasana pun berganti menjadi area persawahan. Di sini medan jalan sudah terasa lebih menanjak.

 

Sewaktu bersepeda lewat ruas jalan Cinourip pada Sabtu (21/10/2017) silam, aku sempat berhenti beberapa kali di sepanjang tanjakan area persawahan ini. Selain untuk mengatur napas dan tenaga, pesona hamparan sawah di pinggir jalan acap kali membuatku memuji kebesaran-Nya dan menggodaku untuk mengabadikannya. #senyum.lebar

 

Subhanallah!

 

 

Semoga di tahun-tahun ke depan, tempat ini masih terbuka untuk disaksikan secara gratis.

 

Semoga juga nggak ada warung-warung makan yang didirikan dan menghalangi pemandangan elok ini. #hehehe

 

Di Tengah Tanjakan Cinourip

Sebetulnya, setelah melewati tikungan dengan pemandangan sawah yang eksotis itu ada pemandangan menakjubkan yang hanya bisa disaksikan saat musim penghujan.

 

Pada musim penghujan, di salah satu sudut bukit yang menjulang tinggi kita bisa menyaksikan penampakan air terjun dari kejauhan. Air terjun tersebut dikenal sebagai Grojogan Banyunibo Ngliseng. Pada tahun 2015 silam aku pernah menyambanginya.

 

Cerita lengkapnya silakan klik tautan di bawah ini ya!

 

 

 

Begitu melewati bangunan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngliseng itu artinya sudah setengah perjalanan yang dilalui.

 

Eh, boleh juga sih kalau menganggapnya sebagai sudah setengah tanjakan yang dilalui. #hehehe

 

Tapi tenang, walaupun lebih panjang dari ruas jalan Cinomati, panjang ruas jalan Cinourip ini hanya sekitar 3 km kok. #senyum.lebar

 

 

Medan penuh siksa yang sesungguhnya dimulai setelah melewati tikungan dengan cabang jalan ke Grojogan Banyunibo Ngliseng.

 

Kontur jalannya menanjak walaupun tidak semenanjak ruas “tanjakan vertikal” Cinomati. Yang membuatnya menyebalkan adalah ruas jalan menanjak ini panjang banget!

 

Untungnya di sepanjang jalan terdapat sejumlah buk (tembok kecil) di pinggir jalan yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk duduk-duduk. Untungnya pula hawa pada pukul delapan pagi lewat sedikit itu masih lumayan sejuk.

 

 

Aku sempat menyerah nanjak dan menyenderkan Trek-Lala di salah satu buk. Sambil meneguk air minum yang kian menipis aku menyesapi suasana sekitar.

 

Nggak ada orang lewat.
Nggak ada suara kendaraan.
Nggak ada pula hewan yang melintas.
Yang ada hanyalah gemerisik daun yang tertiup angin serta melodi serangga hutan.

 

Ah, kok ya suasananya damai sekali ya?

 

Mungkin kalau ini bukan di tengah jalan yang menanjak aku bisa lebih menikmati suasananya, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Sepeda aku kayuh kembali selang beberapa menit kemudian. Irama degup jantung sudah mulai nyaman untuk melahap tanjakan.

 

Dari kejauhan aku melihat Mbah Gundul duduk bersila di atas buk. Ia sedang asyik menikmati jajanan pasar sembari menonton aku yang kepayahan mengayuh pedal di tanjakan. Senyum terkembang di wajahnya tatkala aku akhirnya tiba.

 

“Tanjakan Cinourip kok ndedel ya Mbah?” keluhku sambil mengatur napas.

 

“Hehehe,” Mbah Gundul cengangas-cengenges gembira. “Salahmu! Cinourip itu kan memang lebih berat dari Cinomati!”

 

“Hah!?” aku terkejut. “Bukannya mestinya Cinomati yang lebih berat ya Mbah? Kan sudah mati?”

 

“Nggak yooo! Justru malah lebih berat Cinourip karena masih hidup. Kalau sudah mati kan jadi enteng.”

 

“Lha, kok bisa lebih berat Cinourip Mbah?” aku penasaran.

 

“Iya, karena pas hidup kan keberatan dosa! #hehehe

 

Holadalaaa!

 

 

Setelah sedikit istirahat dan mengobrol ringan dengan Mbah Gundul perjalanan pun berlanjut. Itu artinya melanjutkan perjuangan melibas tanjakan. Di depan, tanjakan terjal yang lumayan panjang sudah menanti.

 

Aku yang start mendahului Mbah Gundul menyerah di tengah-tengah tanjakan. Sedangkan seperti biasa, Mbah Gundul dengan santainya menyalipku. Tapi untunglah tanjakan ini merupakan tanjakan yang paling berat di antara sekian ruas tanjakan di jalur Cinourip.

 

 

Di Akhir Tanjakan Cinourip

Selepas melibas tanjakan terberat bukan berarti jalan datar yang mulus sudah di pelupuk mata. Kontur jalannya masih menanjak walaupun masih dapat dilalui pelan-pelan dengan setelan gir depan dan gir belakang 1.

 

Suasana di sekeliling pun mulai berubah. Pohon-pohon pinus terlihat memadati sepanjang kiri dan kanan jalan. Walaupun kurang pantas disebut sebagai hutan pinus, kawasan pohon-pohon pinus ini seakan menjadi tanda bahwa kami telah resmi memasuki kawasan hutan pinus di Dlingo.

 

 

Akhirnya, setelah perjuangan bersepeda nanjak selama satu setengah jam, aku pun tiba di titik akhir ruas tanjakan Cinourip yang berwujud suatu perempatan. Dari perempatan ini bila mengambil cabang jalan ke arah kiri akan mengarah ke Puncak Becici dan Patuk. Sementara bila mengambil cabang jalan ke arah kanan akan mengarah ke hutan pinus Mangunan.

 

Aku dan Mbah Gundul mengambil cabang jalan ke arah kanan. Perjalanan bersepeda kami pada hari Sabtu ini masih jauh dari usai. #senyum.lebar

 

 

Bagi Pembaca yang mencari jalur alternatif menuju hutan pinus Mangunan dengan pemandangan jalan yang menawan boleh lho mencoba melewati ruas tanjakan Cinourip. Kalau tujuannya ke Puncak Becici, lewat Cinourip jelas lebih cepat daripada lewat Jl. Imogiri Timur ataupun Cinomati.

NIMBRUNG DI SINI