“Ya ngerti lah!” tegas seorang bocah perempuan di antara kawan-kawan sebayanya. “Itu kan makam Kyai Tangkil!”
“Weh!” aku terkejut sembari membantin. “Ngerti juga dia sama Kyai Tangkil.” #senyum.lebar
Alhasil, karena si bocah perempuan itu bilang tahu, aku pun penasaran mengulik pengetahuannya lebih dalam,
“Kyai Tangkil itu siapa?”
“Ya orang lah!” dirinya kembali menegaskan dengan raut muka cemberut.
Batinku, “Aku ya ngerti Kyai Tangkil itu orang! Lha wong makamnya saja makam orang! Masak ya isinya kebo?” #hehehe
“Ya dia siapa? Pas semasa hidupnya dulu dia itu siapa? Kamu nggak tahu nggak?” tanyaku penasaran dengan nada bercanda.
“Ya pokoknya orang!” jawabnya jengkel karena ditanya-tanyai terus. #senyum.lebar #duh
Yap! Sesuai dengan foto penampakan nisan andesit di bawah, nama Kyai Ageng Tangkil alias Djokosalembar tertera di plakat marmer. Sayangnya, keterangan kapan serta di mana dirinya lahir dan wafat nggak tercantum di plakat tersebut.
Akan tetapi, selain mencantumkan nama Kyai Angeng Tangkil, plakat tersebut juga memuat suatu kalimat singkat sebagai clue profil dirinya yang berbunyi:
“Putra Majapahit No. 80”
Di bawahnya tertera informasi tanggal dan tahun terkait masa di mana makam tersebut dimuliakan:
“Dipun muljakaken: Suro 1898 (21 April 1966)”
Yang artinya makam tersebut dimuliakan (diperbagus) pada bulan Sura (Muharram) tahun 1898 Hijriyah atau 21 April 1966.
Siapakah Kyai Ageng Tangkil?
Kyai Ageng Tangkil memang sosok yang misterius. Dari hasil penelusuranku di jagat maya, aku menemukan dua artikel ini dan ini yang sepertinya bisa sedikit menguak jati diri sosok bernama Kyai Ageng Tangkil.
Menurut kedua artikel tersebut, Kyai Ageng Tangkil merupakan tokoh yang hidup pada saat Panembahan Senopati bertahta sebagai Raja Mataram (sekitar tahun 1585 – 1600 Masehi). Kyai Ageng Tangkil dikenal pula dengan sebutan Demang Tangkil, sebab ia merupakan demang (kepala daerah) di wilayah Tangkilan.
Pada era modern ini, wilayah Tangkilan yang dimaksud diduga berada di sekitar Desa Sidokarto, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Meskipun demikian, di Yogyakarta kini terdapat banyak dusun yang menggunakan nama Tangkil seperti di Pundong, Dlingo, dan Semin.
SILAKAN DIBACA
Konon, Kyai Ageng Tangkil adalah orang yang diperintahkan oleh Panembahan Senopati untuk membawa jasad Ki Ageng Mangir Wanabaya keluar dari Keraton Mataram di Kotagede.
Untuk Pembaca yang belum tahu, Ki Ageng Mangir Wanabaya merupakan pemberontak di mata Panembahan Senopati. Ki Ageng Mangir Wanabaya dibunuh oleh Panembahan Senopati di Keraton Mataram dengan cara dihantamkan kepalanya ke singgasana batu. #sadis
Silakan Pembaca meng-klik tautan artikel di atas itu untuk mendapatkan cerita lebih mendalam perihal Ki Ageng Mangir Wanabaya. #senyum.lebar
Makam Kyai Ageng Tangkil yang Terkuak
Aku sendiri baru tahu keberadaan makam Kyai Ageng Tangkil secara nggak sengaja pada suatu pagi pada bulan Ramadan tahun 2017. Tepatnya pada hari Rabu (14/6/2017) yang mana pada sore harinya aku mengikuti acara Jelajah Museum UGM bareng Komunitas Malam Museum. #senyum
Letak makam Kyai Ageng Tangkil berada di halaman luar sisi selatan Kompleks Kepatihan Yogyakarta. Akses masuknya bisa melalui Jl. Suryatmajan, Danurejan.
Eh, buat Pembaca yang belum tahu, Kompleks Kepatihan Yogyakarta itu adalah kompleks Kantor Gubernur DI Yogyakarta yang pintu masuknya menghadap ke Jl. Malioboro itu lho! #senyum.lebar
Walaupun makam Kyai Ageng Tangkil terletak persis di dekat salah satu bangunan “sakral” Yogyakarta, jangan harap bisa menemukannya dengan mudah! Soalnya, makam Kyai Ageng Tangkil berada di tengah himpitan rumah-rumah kampung! Halaman luar sisi selatan Kompleks Kepatihan ini memang sudah puluhan tahun beralih fungsi jadi pemukiman dan toko.
Akan tetapi, pagi itu pada saat aku menyambangi Jl. Suryatmajan, tampak rumah, toko, dan bangunan lain yang selama puluhan tahun berdiri kokoh di halaman luar sisi selatan Kompleks Kepatihan sudah rata dengan tanah!
Alhasil, makam Kyai Ageng Tangkil yang dilindungi oleh pendopo beserta tiga nisan kecil (nggak bernama) di dekatnya terlihat jelas dari Jl. Suryatmajan. Rasa penasaranku pun terpancing sehingga menggiringku untuk mengamatinya secara lebih dekat. #senyum.lebar
Aku juga baru tahu bahwa pada dahulu kala halaman luar sisi selatan Kompleks Kepatihan ini pernah difungsikan sebagai pemakaman. Kereta keranda jenazahnya saja masih ada.
Eh, tentang penggusuran bangunan di halaman luar sisi selatan Kompleks Kepatihan ini sebetulnya sudah diwacanakan sejak tahun 2014 silam. Akan tetapi, baru bisa direalisasikan pada tahun 2017.
Penggusuran ini merupakan bagian dari proyek revitalisasi Kompleks Kepatihan. Pintu masuk ke Kompleks Kepatihan yang kini menghadap ke Jl. Malioboro bakal dipindah sesuai aslinya ke sisi selatan menghadap ke Jl. Suryatmajan. Lahan kosong bekas penggusuran ini rencananya bakal dibuat taman.
Tentu saja banyak warga Suryatmajan yang menolak proyek revitalisasi Kompleks Kepatihan ini. Akan tetapi, pada akhirnya ya yang direncanakan sudah terjadi. Semoga mereka mendapat ganti dan juga kehidupan yang lebih baik.
Aaamiin. #senyum
Apa Kabarnya Makam Kyai Tangkil Kini?
Berbulan-bulan kemudian, pada suatu Minggu pagi (10/12/2017) yang cerah aku kembali lagi melewati Jl. Suryatmajan menuju halaman sisi selatan Kompleks Kepatihan dan mendapati bahwa kini lahan kosong penggusuran di atas sudah tergantikan dengan taman yang indah, rapi, dan bersih!
Bertambah satu lagi deh tempat nongkrongnya warga Kota Jogja. Mana dekat pula lokasinya dengan Jl. Malioboro. Ke depannya, pasti lokasi ini nggak pernah sepi dari pengunjung yang berfoto-foto. #hehehe
Di taman yang indah inilah aku bersua dengan sekumpulan bocah yang kemudian aku tanya-tanyai seperti pada paragraf awal artikel ini. #senyum.lebar
Nah, setelah taman halaman selatan Kompleks Kepatihan sudah diperindah, kini bagaimana nasibnya dengan makam Kyai Ageng Tangkil?
Alhamdulillah, makam Kyai Ageng Tangkil nggak ikut digusur. #senyum
Makam Kyai Ageng Tangkil tetap berada di posisinya semula.
Hanya saja, kini makam Kyai Ageng Tangkil dipagari oleh tembok yang besar dan tinggi. Tembok ini seakan membatasi area makam dan area taman. Pengunjung yang baru pertama kali singgah di taman pasti nggak bakal menyadari bahwa di dekat sana ada makam.
Pengunjung di area taman nggak akan bisa mendekat ke makam. Bahkan untuk mengambil foto makam sulitnya bukan main! Celah lubang di tembok sempit banget! #hehehe
Sepertinya untuk bisa masuk ke area makam harus melalui pintu yang terhubung ke bagian dalam Kompleks Kepatihan dekat garasi bus dinas. Sepertinya juga untuk bisa masuk ke sana nggak bisa semudah dulu.
Tapi ya sudah. Setidaknya, sudah ada niatan dari pemerintah untuk melindungi bagian dari sejarah Yogyakarta. Setidaknya pula, kini makam Kyai Ageng Tangkil aman dari ulah tangan-tangan jahil dan orang-orang yang nggak bertanggung-jawab.
Eh, tapi karena dekat makam (dan bekas pemakaman) semoga taman halaman selatan Kompleks Kepatihan ini nggak jadi angker ya! Hahaha. #senyum.lebar
murahan didekat persawahan ada makam
kuno yg dulu sering orang tirakat disitu
termasuk aku. Dan aku pernah ditemui
sosok orang yg dimakamkan disitu,dgn
jelas aku lihat sampai sekarang masih
ingat wajahnya. Cuma aku tdk tahu siapa
dia sebenarnya. Orang sekitar pun juga tdk
tahu ,tahunya makam kuno aja. Barangkali
ada yg tahu ,besar harapanku utk mengerti.
Temen saya JONI kan disini rumahnya.
1. Tiap malam jumat habis sholat maghib
ada bacaan surat Yasin dan Tahlil. Surat
Yasin dan Aqidah Nafiah, Surat Yasin dan
Ratib Abdullah al Eydrus, Surat Yasin dan
Ratib Abu Bakar al Adni, Maulid al Mahmud
di.gilir tiap malam jumat. 2. Malam Selasa
pon habis sholat Isa maulid al Mahmud
Acara dari Majelis Dzikir dan Doa Muhyin
Nufuus Kota Jogjakarta
. CP. H. Nunuk 081578086088
utk umum
Tapi ya namanya aja bocah, kita dulu paling kalau di posisi dia bakal jawab gitu sambil cemberut, hehehe.
Kalau tamannya rame ya paling gak angker lah Mas, masak iya ada hantu yang berani nakut-nakutin banyak orang. Apa gak takut dikeroyok, hehehe.