Pada suatu ketika, pas aku sedang berseluncur ria di internet, sebuah suara merasuk ke dalam sanubariku. Suara yang melantang nyaring itu berseru,
“Wahai Wijna! Bertaubatlah engkau sebelum tiba masa di mana dirimu melarat karena onggokan filter!”
Oke!
Aku bakal tobat mengoleksi filter neutral density (ND)!
Ini yang terakhir kali deh aku beli filter ND!
Tapi…
Semoga saja nanti nggak ada kejadian filter ND-nya remuk yang bikin aku harus buang-buang duit buat beli filter ND baru lagi, hahaha. #senyum.lebar
SILAKAN DIBACA
Sampai bulan Februari 2017, filter ND yang jadi andalanku untuk meng-slow speed-kan aliran air terjun adalah filter Variable Density 3-400 bikinan Hoya. Filter ini terbukti tahan banting setelah jatuh bebas dari jembatan di Girimulyo, Kulon Progo.
Sayangnya, aku merasa kalau kualitas filter Variable Density 3-400 bikinan Hoya ini kurang greget. Aku butuh filter ND yang benar-benar filter ND! Bukan filter ND dalam wujud Variable Density.
Oleh sebab itu, karena penasaran dengan postingan-postingan ciamik di Instagram, aku pun memantapkan niat dan mengikhlaskan isi dompet untuk membeli filter ND bikinan Haida. #senyum.lebar
Haida sendiri adalah produsen berbagai jenis filter kamera asal Cina yang berpusat di Kota Ningbo di Provinsi Zhejiang. Silakan klik tautan di bawah ini untuk mengenal Haida dan produk-produknya secara lebih intim.
Sesuai judul artikel, filter ND bikinan Haida yang aku beli adalah yang serinya Slim PROII MC ND1.8 64X dengan diameter ulir 77 mm. Filter ini aku beli di toko Ray Digital Jogja. Alamatnya di Jl. Affandi No. 15B. Kira-kira 50 meter di utaranya pertigaan Selokan Mataram.
Aku lupa harga pas belinya berapa (notanya hilang entah ke mana #hehehe). Tapi, kalau nggak salah sih harganya sekitar Rp900.000. Intinya, ini termasuk filter ND yang mahal. Mungkin karena di serinya ada embel-embel kata PROII jadinya mahal, hahaha. #senyum.lebar
Fisik filter ini benar-benar tipis, sekitar 3 mm, sesuai embel-embel kata SLIM yang melekat di namanya. Bagian frame filter terbuat dari plastik. Sedangkan kaca filternya, kalau diketuk-ketuk menimbulkan bunyi ringkih. Alamat bakal remuk ini kalau nyium batu #senyum.lebar. Sedangkan embel-embel kata MC menandakan bahwa filter ini memiliki coating berlapis (multi coated).
Kotak kemasannya sendiri nggak begitu istimewa. Kotak penyimpan filter terbuat dari plastik yang dikelilingi busa. Jadi, kalau sedang dibawa-bawa alangkah baiknya disimpan di kotak penyimpannya.
Sesuai nama serinya, filter ND Haida ini diklaim mampu menurunkan kecepatan rana (shutter speed) hingga 6 stop. Semisal Pembaca masih bingung dengan kode-kode angka filter ND, silakan menyimak artikel Wikipedia ini atau mengamati tabel berikut.
ND0.3 | 2x | 1 stop |
ND0.6 | 4x | 2 stop |
ND0.9 | 8x | 3 stop |
ND1.8 | 64x | 6 stop |
ND2.7 | 512x | 9 stop |
ND3 | 1.024x | 10 stop |
Sebagai contoh, semisal untuk menghasilkan eksposur foto yang tepat tanpa filter dibutuhkan kecepatan rana 1/100 detik. Nah, kalau dipasang filter ND Haida ini kecepatan rana yang dibutuhkan bakal lebih lama, yaitu:
1/100 detik x 64 = 64/100 detik = 0,64 detik
Itu kalau kecepatan rananya 1/100 detik. Semisal motret suasana matahari terbenam dengan kecepatan rana normal 1 detik. Kalau memakai filter ND Haida ini bakal menjadi:
1 detik x 64 = 64 detik = 1 menit 4 detik
Lumayan lama toh? Karena itu ada juga yang menyebut filter ND 6 stop sebagai “pengubah 1 detik menjadi 1 menit”. #senyum
Aku menjatuhkan pilihan pada filter ND dengan 6 stop karena berdasarkan penggunaan di lapangan aku nggak butuh-butuh amat filter ND dengan 9 atau 10 stop. Lagipula, aku kan masih punya filter Variable Density. Seumpama ingin lebih memperlambat kecepatan rana, kan penggunaan filter ND dan filter Variable Density bisa disatukan. #senyum.lebar
Nah, lalu bagaimana dengan kualitas filter ND Haida ini?
Kalau dibandingkan dengan filter Variable Density Hoya, jujur aku lebih memfavoritkan hasil foto dengan filter ND Haida ini. Terutama karena nggak ada ghosting dan kontrasnya terbilang tinggi. Eh, tapi mungkin itu karena filter Variable Density-ku kan sudah pernah nyebur ke sungai. #hehehe
Berikut adalah hasil jepretan dengan filter ND Haida yang ber-TKP di Curug Cinulang di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Kalau penasaran dengan hasil jepretan gabungan filter ND Haida 6 stop dengan filter Variable Density Hoya (lupa di-set berapa stop #hehehe) adalah seperti foto di bawah ini.
Dari hasil foto di Curug Cinulang (dan curug-curug lain #hehehe), aku lumayan puas dengan kualitas filter ND Haida. Filter ini benar-benar memperlambat kecepatan rana hingga 6 stop. Sayangnya, di toko kamera di Jogja filter ND Haida boleh dibilang langka. Jadi, mencarinya harus perjuangan atau beli dari toko online.
Yah, semoga filter ND Haida ini menjadi filter ND terakhir yang aku beli. Walaupun ya aku masih penasaran sama filter ND-nya Marumi dan seri filter ProND-nya Hoya #senyum.lebar. Yah, yang penting dijaga dulu lah supaya filter ND Haida ini nggak remuk, hahaha. #senyum.lebar
Oh iya, artikel tentang Curug Cinulang seperti biasa menyusul ya! #senyum.lebar
Gara-gara baca review yang nunjukin kalau hasilnya bahkan lebih bagus dari BW (untuk yang versi non slim).
Tapi waktu itu belum ada yang jual di Endonesah. Sampai-sampai maksa buat ngebeli dari persewaan kamera dapet googling, yang gak dikasih juga...
Sampai-sampai ngontak produsennya Haida dan malah ditawarin buat jadi distributor. Ujung-ujungnya sih beli Hoya. Heuheuheu...
Pada akhirnya semua kembali ke Hoya juga. Merk filter sejuta umat. :D
Matur nuwun sudah review filer Haida (ketoke aku termasuk jadi tersangka untuk beli filter ND nih).
Kalau di Lightroom bisa kok dikoreksi dengan dinaikkan slider Clarity atau Contrast.