HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Dari Balik Jendela Air Asia di Kursi 8A

Senin, 8 Mei 2017, 08:50 WIB

Pertama-tama, aku mau bilang kalau ini BUKAN artikel bayaran hanya karena aku nyebut-nyebut nama Air Asia. #hehehe

 


 

Jadi ceritanya, pada Rabu (19/4/2017) yang lalu aku pulang ke Jakarta buat ikutan acara ngotor-ngotorin jari tangan pakai tinta ungu. #you.knowlah.what.i.mean Keesokan harinya, pada Kamis siang (20/4/2017) barulah aku balik lagi ke Jogja.

 

Kebetulan baliknya naik pesawat.

Kebetulan pesawatnya Air Asia.

Kebetulan dikasih jatah kursi nomor 8A sama si mas petugas counter check in

 

 

Dengan memanggul backpack berisi DSLR, masuklah aku ke dalam boarding room F1 Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Di sana aku duduk di salah satu bangku di dekat x-banner-nya Air Asia.

 

Nah, saat memperhatikan x-banner itulah aku baru ngeh kalau kursi 8A itu posisinya di dekat jendela. Ya maklum, aku kalau naik pesawat kan ikhlas menerima jatah kursi mana pun. Asal bukan kursinya pilot saja sih. Bisa nggak jadi terbang nanti. #hehehe

 

Berhubung selama kunjungan singkat di Jakarta aku nggak sempat motret-motret, jadi ya kayaknya boleh juga tuh motret pemandangan dari jendela pesawat. Sekalian menghabiskan baterai DSLR yang tinggal tersisa beberapa strip. #senyum.lebar

 

Tips Motret dari Jendela Pesawat

Jujur, aku sebetulnya bukan orang yang hobi memotret pemandangan dari jendela pesawat. Apalagi motret mbak-mbak pramugarinya Air Asia. Lagipula, buat apa aku repot-repot motret mbak-mbak pramugari? Lha itu di Instagram kan bertebaran foto-fotonya. Tinggal di-stalking aja kan? #eh #gimana #hehehe

 

 

Tentang posisi motret dari jendela kursi 8A itu kalau aku pikir-pikir sebetulnya agak kurang sip. Soalnya ya sayap serta engine cowling-nya pesawat sulit untuk ditendang dari foto, hahaha. #senyum.lebar

 

Tapi, kalau mau mendapat sudut pemandangan yang “bersih” dari kursi 8A ya tetap bisa kok. Sebisa mungkin jangan pakai lensa sudut lebar (wide angle). Kalau pakai lensa zoom, atur panjang lensa (focal length) ke 24 mm (dalam format APS-C).

 

Aku sendiri motretnya menyesuaikan. Kadang perlu sudut pemandangan yang bersih. Kadang juga menyertakan sayap dan engine cowling supaya kesannya ya memang motret dari jendela pesawat. Tergantung keinginanlah, hehehe. #hehehe

 

Oh iya, semisal jendela pesawat kotor jangan lupa dilap ya! Aku pas waktu itu kebetulan membawa lap lensa yang bisa digunakan darurat untuk melap jendela pesawat. #senyum.lebar

 

 

Tentang setting kamera sendiri selama motret ini nggak banyak aku ubah-ubah. Berikut adalah setting kamera yang aku gunakan untuk memotret pemandangan dari jendela pesawat.

 

 

Aku juga motretnya tanpa pakai filter CPL. Ini sepertinya agak aneh ya, soalnya filter CPL kan umum digunakan untuk menguatkan warna biru langit. Alasanku nggak pakai filter CPL pas motret dari jendela pesawat karena pernah punya pengalaman muncul efek refleksi mirip pelangi.

 

Semisal hasil fotonya kurang joss karena nggak pakai filter CPL, kan nanti bisa dibuat lebih joss pas disunting di komputer. Itulah enaknya motret pakai format RAW! #senyum.lebar

 

Kendala Motret dari Jendela Pesawat

Kendala motret dari jendela pesawat apa ya?

 

Nggg, paling ya cuma keterbatasan ruang gerak. Tahu sendirilah, Air Asia kan termasuk maskapai low-cost carrier yang berusaha memadatkan jumlah kursi pesawat Airbus A320. Jadinya ya aku kurang leluasa untuk bergerak mencari sudut pemotretan yang pas. Aku juga nggak enak sama penumpang sebelah kalau bertingkah pecicilan. #hehehe

 

 

Oh iya, ada satu lagi kendalanya!

 

Lensa 18-135 DX yang aku pakai (dan sudah berusia uzur #hehehe) itu suka bingung pas nyari titik fokus untuk objek kecil. Lha dari ketinggian kan objek-objek fotonya mungil-mungil semua toh? Jadinya untuk mengatasi kinerja lensa 18-135 DX yang sudah memble ini aku sering mengubah mode autofokus lensa dari otomatis ke manual.

 

Nah, pas gonta-ganti mode autofokus itulah yang membuat banyak objek menarik telat dijepret, hahaha. #senyum.lebar

 

Sepertinya, itu lensa 18-135 DX mesti masuk service center-nya Nikon lagi deh. Tapi ya kalau ingat ongkosnya ya... nanti-nanti sajalah diopenamenya, hehehe. #hehehe

 

Jadi, kalau besok-besok lagi mau motret pemandangan dari jendela pesawat sepertinya wajib menyiapkan lensa yang motor autofokusnya prima.

 

Sebelum Pesawat Lepas Landas

Sesuai jadwal, pukul 14.35 WIB aku sudah duduk manis di kursi 8A pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ-7550. Tapi ya pesawatnya belum terbang! #senyum.lebar

 

Jadi ya sembari pesawat taxiing sampai runway, aku melewatkan waktu dengan motret-motret pemandangan di sekitar terminal Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

 

 

Ada yang menarik dari apa yang aku potret. Pertama, ada mas-mas  groundcrew yang menggeret semacam tabung. Sepertinya itu tabung pemadam api. Si mas-mas groundcrew ini tetap stand-by di dekat pesawat sampai pesawatnya bergerak mundur.

 

Yang kedua aku melihat ada petugas yang sedang bekerja merawat rumput bandara. Berkat kerja keras mereka inilah rumput bandara senantiasa terlihat rapi dan bersih.

 

Tapi ya aku jadi kepikiran. Apa mereka juga pernah naik pesawat ya? Ironis banget kayaknya kalau mereka setiap kerja melihat pesawat tapi sama sekali belum pernah naik.

 

 

Pukul 15.10 WIB. Pesawat sudah mendekati runway tapi ndilalah masih tertahan di taxiway karena harus ngantri!

 

Biasalah ya, Bandara Internasional Soekarno-Hatta itu kan traffic-nya padat. Kalau nggak salah, pas waktu itu mesti nunggu 4 pesawat dulu barulah Air Asia QZ-7750 dapat giliran take off.

 

Pas nunggu giliran take off itu aku sempat motret pesawat yang landing. Dapatlah satu pesawat Citilink dari 3 pesawat yang landing. Motret pesawat landing ini juga cukup menantang karena ya itu... motor autofokus lensa 18-135 DX sering rewel buat diajak bekerja sama. #senyum.lebar

 

 

Pas motret Citilink landing ini aku kan juga nge-set D80 di mode burst. Jadilah aku mengundang perhatian dari penumpang di kursi sekitar karena bunyi cekrek-cekrek-cekrek yang mirip berondongan senapan, hahaha. #senyum.lebar

 

Untung ya burst-nya D80 di format RAW cuma 6 fps sih. Coba kalau 20 fps makin ramai lah itu suasana kabin. #hehehe

 

Eh iya, denger-denger katanya sekarang Citilink ada tambahan bagasi ekstra khusus untuk sepeda. Weh, jadi penasaran kan bawa Selita sama Trek-Lala naik pesawat. #senyum.lebar

 

Saat Pesawat Terbang di Antara Awan

Pukul 15.15 WIB Air Asia QZ-7750 akhirnya take off. Pada fase inilah aku mulai komat-kamit membaca doa dalam hati. Soalnya, proses take off sama landing-nya pesawat itu kan fase yang paling menegangkan. #senyum.lebar

 

Saat pesawat sedang mengangkasa, aku sempat motret pemandangan Jakarta (eh, atau Tangerang ya? #hehehe) dari ketinggian. Terlihat ada banyak gedung tinggi. Tapi lebih banyak lagi bangunan-bangunan kecil. Kalau begini, sebutan kota metropolitan kayaknya agak kurang pas ya? #hehehe

 

 

Pesawat pun terbang semakin tinggi dan menembus awan stratus. Pesawat tergoncang-goncang. Aku pun jadi makin tegang! Wew....

 

Kondisi yang seperti ini nih yang bikin aku jadi melafalkan doa lebih intens. Dalam hati aku juga berujar, “Ya Allah! Semoga pesawatnya nggak jatuh!”. Hahaha. #senyum.lebar

 

 

Alhamdulillah, suasana tegang hanya berlangsung selama kurang dari satu menit.

 

Pukul 15.18 WIB pesawat Air Asia terbang santai di antara kerumunan awan-awan kumulus. Alhamdulillah juga cuaca pada waktu itu cerah. Langitnya biru. Jadinya bagus deh pas difoto, hehehe. #hehehe

 

 

Dalam penglihatanku, awan-awan kumulus ini mirip kapas yang jadi isian bantal guling! Awannya serasa bisa dipegang terus disobek-sobek dan dimakan, hahaha. #senyum.lebar

 

Dan aku jadi mikir, mungkin pemandangan langit seperti inilah yang kemudian menginspirasi cerita negeri kahyangan singgasananya para dewa-dewi. Bisa jadi karena awan-awan wujudnya beraneka rupa. Ada yang mirip orang. Ada yang mirip hewan. Ada yang mirip pohon.

 

Eh, apa juga ada awan yang mirip kamu? #senyum.lebar

 

 

Mungkin itu juga yang menjadi awal inspirasi manusia untuk terbang mengarungi angkasa?

Mungkin mereka ingin berjumpa dengan dewa-dewi?

Atau mungkin mereka ingin mencoba menapak negeri di langit?

 

Ah, entahlah....

 

 

Ingatanku pun melayang ke masa ketika masih bocah. Pada waktu itu, aku sering membayangkan kalau hamparan awan di langit itu adalah tempat luas untuk main kejar-kejaran. Awan-awan kumulus tak ubahnya kasur empuk yang cocok sebagai tempat bermain lompat-lompatan.

 

Sungguh fantasi yang sangat menyenangkan sekali kan? #senyum.lebar

 

Sayangnya, pada usia dewasa ini fantasi menyenangkan semasa kecil itu pun lenyap dan berganti dengan kecemasan bahwasanya awan-awan adalah tempat bersarangnya badai. Ditambah lagi, kalau terjatuh di awan ujung-ujungnya ya bakal mampus.... #hehehe

 

Saat Pesawat Melintasi Gunung

Salah satu pertanyaan yang sering muncul di benakku pas melongok pemandangan dari jendela pesawat adalah,

 

“Kelihatan gunung nggak ya?”

 

Dan Alhamdulillah, pukul 15.33 WIB pesawat Air Asia yang aku tumpangi ini melewati gunung!

 

Yeeey! #senyum.lebar

 

 

Awalnya sih aku sempat agak kecewa karena gunungnya ketutupan sama engine cowling. Tapi ternyata, pesawat Air Asia bermanuver sehingga aku bisa mendapatkan pemandangan gunung yang cantik dari jendela kursi 8A. Yah, walaupun gunungnya sedikit ketutupan sama awan juga sih. #hehehe

 

 

Eh, gunung apa ya itu? Gunung Slamet kah?

 

Sepanjang perjalanan mengarungi langit ini, itulah satu-satunya gunung yang terlihat dari jendela kursi 8A. Aku sih sebetulnya berharap pesawatnya lewat dekat Gunung Merapi. #senyum.lebar

 

Saat Pesawat Menyusuri Pantai

Pukul 15.42 WIB, aku merasa pilot menurunkan ketinggian jelajah pesawat. Seiring dengan itu, pemandangan pun bersalin menjadi kawasan pesisir pantai. Dari pemandangan yang tersaji, aku menyimpulkan bahwa pesawat sedang menyusuri bibir pantai di selatan Jawa dari arah barat ke timur.

 

Lagi-lagi, pemandangan kawasan pesisir pantai ini membuat aku bertanya-tanya,

 

“Ini pantai di daerah mana ya?”

 

 

Aku seringkali berusaha mengingat-ingat objek ikonik saat melihat pemandangan pantai dari jendela pesawat seperti ini. Misalnya lekuk muara sungai. Setelah itu, sesampainya di rumah aku membuka situs Wikimapia dan mencocokkan foto citra satelit dengan ingatan pemandangan di atas langit tadi.

 

Tapi, seringnya sih malah nggak nemu lokasi yang ada di ingatanku itu, hahaha. #senyum.lebar

 

Eh, aku menduganya sih foto pesisir pantai di atas itu bertempat di wilayah Cilacap, Jawa Tengah.

 

Saat Pesawat Mendarat di Yogyakarta

Seiring dengan terdengarnya pengumuman,

 

Cabin crew, prepare for landing.”

 

Ketinggian pesawat pun semakin menurun. Itu pertanda pesawat sekali lagi harus menembus lapisan awan stratus yang mana bakal menimbulkan goncangan. Duh! Saatnya kembali tegang!

 

Meskipun demikian, hal yang membuatku menjadi lebih tegang adalah penampakan kumpulan awan kumulonimbus pekat yang disertai kilatan petir! Wew, sepertinya saat itu ada wilayah di Jawa Tengah yang sedang dilanda hujan petir.

 

Semoga saja cuaca Yogyakarta cerah. Berawan nggak apa-apa deh, yang penting asal nggak hujan aja. #sedih

 

 

Pukul 15.58 WIB, akhirnya wilayah Kota Yogyakarta yang mepet-mepet Sleman bagian barat terlihat juga dari jendela kursi 8A. Alhamdulillah sampai Jogja juga!  #senyum.lebar

 

Aku sempat mengabadikan beberapa foto Yogyakarta dari atas pesawat. Terlihat sejumlah tempat-tempat ikonik seperti Jogja City Mall, Sindu Kusuma Edupark, Monumen Jogja Kembali, Jembatan Gondolayu, Kluster Humaniora UGM, Ambarukmo Plaza dan lain sebagainya.

 


Kelihatan Jogja City Mall, Sindu Kusuma Edupark, Monjali, dan embung yang nggak tahu namanya. #hehehe

 


Pemandangan Jalan Mangkubumi (dulu AM Sangaji). Kalau bisa terjun payung di sini sudah sampai rumah. #senyum.lebar

 


Jembatan Gondolayu, Kampung Gondolayu, dan Lapangan Parkir McDonald's.

 


Kluster Humaniora UGM, Menara Masjid Kampus UGM, dan RS Panti Rapih (biru).

 


Ambarukmo Plaza dan Hotel Royal Ambarukmo.

 


Komposisi foto Embung Langensari yang kurang sip. #sedih

 

Tempat seperti Embung Langensari gagal tertangkap dengan sempurna karena ya motor autofokusnya lensa 18-135 DX berulah lagi. Gedung kampus UIN pun juga terlewat diabadikan. #sedih

 

Tepat pukul 16.00 WIB, pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ-7550 mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Adisucipto. Telat 5 menit dari jadwal. Ya nggak apa-apa lah. Masih dalam batas toleransi. #senyum.lebar

 

 

Akhir kata terima kasih kepada Air Asia Indonesia untuk penerbangan QZ-7550 yang menyenangkan! Sampai jumpa di penerbangan berikutnya. Entah kapan dan ke mana, hahaha. #senyum.lebar

 

Saatnya naik TransJogja, pulang ke rumah, salat asar, terus beli nasi padang.

 

Aku laper.... #hehehe

NIMBRUNG DI SINI