Pada awal Desember 2016, lini masa media sosialku dijejali sama berita-berita bertopik pemboikotan roti bermerek Sari Roti. Pembaca sekalian mungkin juga mengalaminya toh? #senyum.lebar
Terkait pemboikotan tersebut, banyak orang yang menyeru supaya nggak lagi mengkonsumsi produk Sari Roti. Tapi, mereka nggak menyarankan produk roti apa yang sebaiknya dikonsumsi menggantikan Sari Roti.
Apakah boleh sembarang roti selain Sari Roti?
Ataukah ada roti lain yang bisa menandingi Sari Roti?
Nah, pertanyaandi atas itulah yang melatar-belakangi aku menulis artikel ini. #senyum.lebar
Selain Sari Roti, kita tahu bahwa di luar sana masih banyak roti bermerek lain. Walau demikian, aku mengamati bahwa nggak sedikit dari kita yang “terperangkap” dengan pemikiran bahwa “roti ya Sari Roti”. Serupa dengan “mie instan ya Indomie”, “detergen ya Rinso”, “air galon ya Aqua”, dsb. Alhasil, produk yang dikonsumsi ya paling hanya yang itu-itu saja.
Di artikel ini, aku ingin mengajak Pembaca sekalian untuk mengenal roti-roti lain yang meramaikan bursa roti dalam kemasan. Siapa tahu ada di antara roti-roti tersebut yang kelak bisa memanjakan lidah menggantikan Sari Roti. Tapi yang jelas, artikel ini BUKAN untuk menyudutkan Sari Roti lho! #senyum.lebar
Silakan saja memandang artikel ini sebagai artikel nyeleneh yang ditulis oleh seorang bloger yang kurang kerjaan, hahaha. #senyum.lebar
Eksperimen Rasa Delapan Roti Cokelat
Sesuai judul artikel ini, aku blusukan ke sejumlah minimarket yang ada di Yogyakarta dan berhasil menghimpun 8 merek roti dalam kemasan.
Kenapa minimarket?
Itu karena umumnya orang-orang membeli roti ya di minimarket toh?
Kenapa Yogyakarta?
Lha kan karena aku tinggalnya di Yogyakarta! Piye toh? #hehehe
Kenapa roti cokelat?
Itu karena roti cokelat ibarat default-nya produk roti dalam kemasan, hahaha #senyum.lebar. Umumnya kan lebih gampang menemukan roti cokelat dibanding roti rasa lain toh?
Kenapa 8 merek roti?
Karena adanya ya segitu itu! Eh, untung uangku cukup sih. #hehehe
Delapan roti cokelat di atas aku beli dari sejumlah minimarket di seputaran Kabupaten Sleman, yaitu:
- Swalayan KOPMA (Koperasi Mahasiswa) UGM
Dipilih karena dekat kampus UGM. Jadi, produk yang dijual di sini adalah konsumsinya masyarakat akademik. - Swalayan Fika
Dipilih karena di sebelahnya adalah Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Jadi, produk yang dijual di sini adalah konsumsinya para santri. - Alfamart dan Indomaret
Dipilih karena mewakili minimarket yang serap disambangi oleh orang-orang.
Eh, meskipun nama dua tempat di atas diawali kata swalayan, tapi menurutku lebih pantas disebut sebagai minimarket dengan ukurannya lebih besar. Tapi yang jelas, keduanya itu bukan supermarket.
Jadi, mari kita ulas kedelapan roti cokelat itu satu per satu! Untuk memudahkan navigasi, Pembaca bisa memanfaatkan tautan di bawah ini.
- Larisa Bakery Cake
- Bayu Bagus
- Ronalee Bakery
- Moista Bakery
- Manna Bakery
- Mr.Bread
- Paroti
- Sari Roti
- Kesimpulan
Roti Cokelat Larisa Bakery Cake
Roti cokelat bermerek Larisa aku beli di KOPMA UGM seharga Rp1.500. Sekilas merek roti ini mirip dengan nama klinik perawatan kulit yang ada di Yogyakarta. Apakah mereka ada hubungan usaha atau gimana ya?
Yang jelas, roti cokelat Larisa ini memiliki bungkus plastik yang sederhana tapi kurang kedap udara. Pada bagian muka plastik tercetak slogan “Roti Pilihan Kita, Enak Dan Murah”. Harga roti yang Rp1.500 itu juga tercetak di plastik pembungkus.
Selain itu, pada plastik bagian muka tercetak komposisi bahan baku yang digunakan yakni tepung terigu, margarin, gula, dan yeast (ragi). Di bagian pinggir plastik tercetak nomor sertifikat Dinas Kesehatan RI.
Pada plastik muka nggak tercetak label halal dari MUI. Jadi, bagi konsumen yang nggak berani makan gorengan di angkringan patut untuk mewaspadai roti Larisa ini. Soalnya, gorengan di angkringan tanpa ada label halal juga toh? Hehehe. #hehehe
Selain label halal dari MUI yang absen tercetak adalah tanggal kedaluwarsa! Semisal setelah makan terus sakit perut ya nasib deh.... #hehehe
Sewaktu aku masih berstatus mahasiswa, aku rajin membeli roti Larisa ini karena harganya yang murah. Dulu roti ini juga dijual di kos-kosan mahasiswa. Biasanya di kos-kosan mahasiswa ada semacam wadah plastik besar yang di sana ditempatkan banyak roti. Siapa pun yang berminat membeli roti ya tinggal mengambil roti dan meletakkan uang sesuai harga roti di wadah plastik tersebut.
Sesuai harganya yang murah, ukuran roti Larisa ini mungil, gepeng, dan pipih. Ketebalannya kira-kira setara dengan 3 bolpoin yang dijejerkan #senyum.lebar. Alhasil, roti Larisa ini kurang berdaya mengenyangkan perut mahasiswa. #sedih
Begitu roti Larisa dibelah, tampak padatan pasta cokelat yang menjadi isiannya. Jumlah pasta cokelatnya sebanding dengan ukuran roti. Di lidah, pasta cokelat ini terasa agak kasar dengan minim terkecap rasa cokelat.
Tektur rotinya sendiri lembut. Sayang, saat dikunyah terasa agak padat. Apalagi bila di mulut mengunyah potongan roti dalam jumlah banyak ya bakal kesulitan.
Di plastik pembungkus tidak mencantumkan berat roti. Tapi, aku menduga berat roti Larisa ini sekitar 20-an gram.
Kesimpulan
Roti Larisa rasa cokelat ini cocok sebagai konsumsi mahasiswa. Harganya murah meriah. Tapi ya sekadar untuk mengganjal perut yang kelaparan agar otak bisa diajak kembali berkompromi dengan materi kuliah yang disampaikan oleh bapak dan ibu dosen tercinta. #senyum.lebar
Kemasan | |
Ukuran dan Tampilan | |
Isian Cokelat | |
Tekstur Roti | |
Nilai untuk Uang |
Roti Cokelat Bayu Bagus
Roti Larisa seharga Rp1.500 itu bukan roti yang paling murah lho!
Eng ing eng! Inilah dia roti Bayu Bagus!
Roti asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur ini dijual seharga Rp1.000 di Swalayan Fika. Karena asalnya dari Nganjuk, apa ada varian roti yang rasa pecel ya? Hahaha. #senyum.lebar
Omong-omong, nama roti ini mengingatkanku dengan dua kawan pesepeda, yakni Kang Bayu (nama aslinya si Mbah Gundul #hehehe) dan Bagus Gowes. Jadi, apakah roti ini cocok bagi bekal para penggowes sepeda? #senyum.lebar
Bila melirik plastik kemasan roti Bayu Bagus ini aku menyimpulkan bahwa roti Bayu Bagus adalah roti murah yang tidak murahan! Desain plastik pembungkusnya menarik walaupun logo roti Bayu Bagus mirip-mirip dengan logo Sari Roti, hehehe. #hehehe
Di bagian muka plastik pembungkus tercetak nomor SPP-IRT, harga roti, dan label halal dari MUI. Sedangkan di bagian belakang plastik pembungkus tercetak komposisi bahan baku dan tanggal kedaluwarsa. Cukup komplit informasinya.
Agar para konsumen tidak ragu-ragu menyantap roti ini, di bagian belakang plastik pembungkus tercetak dua kalimat,
Roti ini diolah oleh tenaga mesin dan diawasi para ahli berpengalaman sehingga sangat terjamin kebersihannya.
dan
MOHON tidak dikonsumsi bila ROTI sudah RUSAK dan BERJAMUR.
Bentuk fisik roti Bayu Bagus sendiri tampak gemuk untuk ukuran roti yang dihargai Rp1.000. Sayang, di salah satu sudut roti ada bagian yang terpotong. Ya, boleh jadi ini imbas dari harga murah yang Rp1.000 itu. #hehehe
Di plastik pembungkus tidak mencantumkan berat roti. Tapi, aku menduga berat roti Bayu Bagus sekitar 30 gram.
Begitu roti Bayu Bagus dibelah... hohoho... tampak selai cokelat perlahan meleleh keluar. Terus terang, aku lebih senang menyantap roti cokelat dengan isian selai cokelat yang lumer seperti ini.
Sayang sekali selai cokelatnya kurang berasa cokelat. Jumlah selai cokelatnya juga sedikit.
Tekstur rotinya sendiri di mulutku terasa lembut dan mudah dikunyah.
Kesimpulan
Sebagai roti murah meriah, roti Bayu Bagus ini memang cocok dikonsumsi oleh para santri yang isi dompetnya lebih terbatas dibanding mahasiswa. Baru-baru ini aku juga mendapati roti Bayu Bagus dikemas sebagai snack bagi para pelayat jenazah. Roti Bayu Bagus adalah pilihan tepat bagi konsumen yang menghidangkan roti dalam jumlah masif dengan harga yang ekonomis.
Kemasan | |
Ukuran dan Tampilan | |
Isian Cokelat | |
Tekstur Roti | |
Nilai untuk Uang |
Roti Cokelat Ronalee Bakery
Masih seputar roti murah meriah. Swalayan KOPMA UGM juga memiliki produk roti yang mirip seperti roti Larisa yakni roti Ronalee Bakery.
Selain roti Larisa, roti Ronalee seharga Rp1.500 ini juga sering aku beli sebagai pengganjal perut di era kuliah dahulu. Eh, bahkan sampai sekarang pun juga masih sering aku beli kok. #senyum.lebar
Plastik kemasan roti Ronalee ini 11-12 dengan roti Larisa. Yang membuat beda adalah adanya label halal dari MUI yang sayangnya tercetak lumayan kabur. Seenggaknya, cukup membantu lah bagi konsumen yang ketat dalam menyeleksi panganan halal. #senyum.lebar
Berbeda dengan roti Larisa yang berbentuk agak lonjong. Roti Ronalee ini memiliki bentuk yang cenderung bulat. Nilai plus lainnya adalah roti Ronalee ini nggak sepipih roti Larisa #senyum.lebar. Bila menimbang wujudnya, aku memperkirakan roti ini memiliki berat bersih sekitar 30 gram.
Tapi, salah satu yang bikin aku kurang sreg dari wujud roti Ronalee ini adalah penampakan kulit roti yang berkeriput. Kok seperti pakaian yang lecek belum diseterika ya? Apa ini disebabkan karena roti dijejalkan secara padat saat dikirim ke toko-toko ya?
Nilai plus yang paling aku suka dari roti Ronalee adalah selai cokelat yang wujudnya cair. Bukan padatan pasta seperti yang digunakan di roti Larisa.
Sayangnya, selai cokelat roti Ronalee ini kurang berasa cokelat, nggak begitu manis, dan kurang banyak. Yang juga patut diperhatikan, usai mengecap selai cokelat di lidah bakal terasa semacam “rasa harum”. Apa ini rasa dari pengawet yang digunakan ya?
Alhasil, seumur-umur aku hanya berselera menyantap maksimal 2 roti Ronalee dalam sekali waktu. Karena ya itu, lama-lama akumulasi “rasa harum”-nya itu bikin aku berpikir “cukuplah makan roti cokelat buat hari ini”. Untungnya rotinya sendiri terasa lembut, mudah dikunyah, dan tidak ada “rasa harum”.
Kesimpulan
Sebagai alternatif roti Larisa, roti Ronalee patut untuk dipertimbangkan. Khususnya bagi konsumen yang mendamba menyantap roti murah dengan isi selai cokelat. Tapi untuk dikonsumsi dalam jumlah banyak kurang begitu disarankan.
Kemasan | |
Ukuran dan Tampilan | |
Isian Cokelat | |
Tekstur Roti | |
Nilai untuk Uang |
Roti Cokelat Moista Bakery
Beralih ke roti dengan penampilan yang lumayan wah, di Swalayan Fika yang menjadi tempat belanjanya para santri terdapat roti Moista yang dijual seharga Rp2.500.
Plastik pembungkus rotinya sih serupa dengan roti Larisa. Yang dimaksud dengan serupa itu maksudku ya sama-sama nggak mencantumkan label halal dari MUI dan tanggal kedaluwarsa. Walaupun demikian, sepertinya konsumennya yang notabene para santri nggak mempermasalahkan hal ini, hahaha. #senyum.lebar
Begitu dikeluarkan dari plastik pembungkus, tampaklah roti yang aku bilang penampilannya lumayan wah itu.
Berbeda dengan roti Larisa, roti Bayu Bagus, dan roti Ronalee, lapisan kulit roti Moista ini berbalut lapisan cokelat! Itu pun masih ditambah dengan taburan serpihan kacang goreng! Waaaow!!
Sebagai roti yang dihargai Rp2.500, menurutku sih penampilan roti Moista ini sudah lumayan menjual. Yang bisa untuk lebih dipercantik mungkin ya dari sisi plastik pembungkus dan juga bentuk roti. Meskipun bentuknya bulat tapi agak gepeng dan penyok. Mungkin tertindih sesuatu saat didistribusikan?
Di plastik pembungkus nggak tertera berat bersih roti. Tapi, aku menduga kalau berat bersih roti Moista ini sekitar 30 gram.
Sayangnya, kekecewaan muncul saat membelah roti Moista. Isi selai cokelat roti Moista ini sedikit banget! Seperti produsennya itu nggak niat ngasih selai cokelat, hahaha. #senyum.lebar
Apa mungkin pertimbangannya karena di kulit roti sudah berbalut lapisan cokelat ya? Jadinya isi selai cokelat di dalam roti sengaja dibuat minim. Masuk akal toh? #senyum.lebar
Tapi sayangnya lagi, lapisan cokelat di kulit roti itu sangat kurang berasa cokelat! Bahkan terasa manis saja nggak!
Selai cokelat isian roti masih lebih mending karena agak manis sedikit dan agak terasa rasa cokelat. Walaupun ya itu jumlah selai cokelatnya sedikit sekali. #sedih
Alhasil, menyantap roti Moista ini ibarat menyantap roti biasa tanpa rasa yang dikelir warna cokelat. Untung tekstur rotinya sendiri nggak padat.
Kesimpulan
Apa aku boleh ngasih olesan mentega supaya rasa rotinya jadi agak gurih sedikit? #hehehe
Kemasan | |
Ukuran dan Tampilan | |
Isian Cokelat | |
Tekstur Roti | |
Nilai untuk Uang |
Roti Cokelat Manna Bakery
Semua warga Yogyakarta mestinya tahu lah swalayan legendaris yang namanya Mirota. Nah, Mirota itu punya anak usaha yang memproduksi aneka roti dengan merek dagang Manna Bakery.
Eh iya, selain Manna Bakery ada juga produk roti dari Mirota Bakery. Mungkin Pembaca mengira dua bakery itu serupa. Tapi sebetulnya ya beda. Serupa dengan swalayan Mirota Kampus dan Mirota Pasaraya itu juga dua perusahaan yang beda.
Anyway, roti cokelat produksi Manna Bakery ini aku jumpai dijual di swalayan KOPMA UGM. Mungkin karena letak swalayan Mirota Kampus hanya sepelemparan batu dari KOPMA UGM? #senyum.lebar
Dengan mematok harga roti cokelat sebesar Rp5.000, tentu ada harapan besar yang tersemat pada roti produksi Manna Bakery. Apalagi di plastik pembungkusnya tercetak tulisan “Sejak 1985”. Artinya, bakery yang sudah 30 tahun lebih berkecimpung di dunia pe-roti-an mestinya nggak boleh dipandang sebelah mata dong? #senyum.lebar
Omong-omong, walaupun plastik pembungkus rotinya terbilang sederhana akan tetapi sudah mencantumkan label halal dari MUI dan tanggal kedaluwarsa.
Wujud fisik roti cokelat Manna Bakery ini nyaris serupa dengan roti cokelat Moista Bakery. Kulit luarnya dibalut lapisan cokelat. Ini menurutku penampilan yang cukup wah dan mengundang selera.
Meskipun rotinya terlihat agak penyok dan sedikit “kempes”, cacat tersebut seakan teralihkan oleh balutan lapisan cokelat. Lapisan cokelat ini makin bertambah cantik dengan disertai formasi sejajar tiga choco chips yang menghiasi bagian atas roti.
Not bad lah untuk roti produksi perusahaan ternama. #senyum.lebar
Ketika roti dibelah, gugurlah sudah semua harapan besar pada roti cokelat Manna Bakery ini....
Lha wong sama sekali nggak ada isian cokelatnya kok!
Welalala.... njuk piye karep e iki?
Rupanya, setelah aku mencermati label harga di plastik pembungkus roti, aku baru sadar bahwa nama produk yang tertulis di sana adalah,
“Roti Manis Toping Cokelat”
Waduw! Ini artinya memang benar roti Manna Bakery ini memang sengaja tidak punya isian cokelat. Lha namanya saja “toping cokelat”. Berarti cokelatnya hanya sebagai toping toh? Yang dimaksud dengan toping itu kan letaknya ada di bagian atas roti.
Di bagian atas roti (tepatnya di bawah “selimut” lapisan cokelat) aku mendapati adanya lapisan cokelat kedua. Mungkin ini yang dimaksud sebagai toping cokelat. Lapisan cokelat kedua ini aku duga terbuat dari lelehan meises cokelat. Sebab, tekstur cokelatnya agak-agak padat gitu.
Sayangnya, buatku toping cokelat roti Manna Bakery ini kurang bisa mendongkrak penilaian. Toping cokelatnya kurang berasa cokelat. Apalagi ketebalan lapisan topingnya lumayan tipis. Nggak sebanding lah dengan besarnya roti. Satu-satunya “hiburan” adalah cokelat yang terasa lumer di mulut.
Sedangkan tekstur rotinya sendiri menurutku agak kasar, kering, dan padat. Meskipun menyandang nama roti manis, untungnya rasa manisnya tidak terlampau manis sehingga tidak membuat eneg. Tapi ya, karena tektur rotinya agak seret jadi untuk menyantapnya secara lancar aku perlu bantuan segelas air putih. #hehehe
Kesimpulan
Roti cokelat Manna Bakery berbeda dengan roti-roti lain karena mengusung konsep roti manis cokelat. Sayangnya, toping cokelatnya kurang terasa dominan. Yah, mungkin aku harus menurunkan ekspektasi untuk produsen roti yang sudah beroperasi selama 30 tahun lebih ini. #hehehe
Kemasan | |
Ukuran dan Tampilan | |
Isian Cokelat | |
Tekstur Roti | |
Nilai untuk Uang |
Roti Cokelat Mr.Bread
Sekarang, mari kita beralih ke roti-roti yang dijual di minimarket sejuta umat yakni Indomaret dan Alfamart. Kali ini kita mampir ke Indomaret terlebih dahulu.
Bila dibandingkan dengan Swalayan KOPMA UGM dan Swalayan Fika, Indomaret hanya menjajakan 2 merek roti dalam kemasan yaitu Sari Roti dan Mr.Bread. Roti bermerek Mr.Bread ini aku duga adalah roti produksi anak perusahaan Indomaret dan hanya dijual di Indomaret.
Bila dibandingkan Sari Roti, roti Mr.Bread ini sering dipromosikan di Indomaret (beli 1 gratis 1 dsb). Harganya roti cokelat Mr.Bread juga sedikit lebih murah dibandingkan Sari Roti, yakni Rp5.000.
Plastik pembungkus roti Mr.Bread bergaya minimalis dengan warna latar putih. Ilustrasi pria berkumis seakan memberi kesan bahwa roti Mr.Bread ini menyenangkan untuk dikonsumsi.
Informasi yang tertera pada plastik pembungkusnya menurutku cukup lengkap. Selain komposisi bahan baku, di bagian belakang plastik juga tertera informasi nilai gizi. Plastiknya pun tercantum kode PP 05 (Polypropylene) yakni termoplastik polimer yang aman untuk makanan.
Pada bagian muka plastik tertera harga roti dan juga tanggal kedaluwarsa. Sayangnya, ada satu yang absen di plastik pembungkus ini, yakni label halal dari MUI. Bagi para konsumen yang ketat dengan label halal, bisa jadi yang seperti ini bakal menjadi pertimbangan.
Dengan berat bersih 60 gram, ukuran roti cokelat Mr.Bread terlihat menjanjikan. Jujur, dari kedelapan roti yang aku ulas, roti Mr.Bread adalah yang memiliki ukuran paling besar.
Permukaan roti terlihat sedikit berkeriput. Tapi buatku keriput yang seperti ini belum terlampau kusut dan mengganggu pemandangan, hahaha #senyum.lebar. Entah kenapa wujud roti ini mengingatkanku pada roti burger.
Ternyata, ukuran roti yang besar bukan menjadi jaminan bahwa isi cokelat di dalamnya bakal banyak. Setelah dibelah, terlihat isi cokelat di dalamnya lumayan sedikit. Nggak sebanding dengan besar roti.
Ini artinya, saat roti digigit besar kemungkinan isian cokelat tidak akan ikut tergigit. Alhasil, rasanya ya seperti mengunyah roti polos tanpa isian apa pun. #sedih
Untungnya, isian cokelatnya tidak berupa padatan pasta. Isi cokelatnya berupa selai yang walaupun cenderung padat akan tetapi masih terasa cokelatnya. Isi cokelat ini juga tidak terlampau manis. Pas lah di mulut.
Tektur rotinya sendiri lembut dan empuk. Jadinya mudah untuk dikunyah.
Kesimpulan
Dengan harga yang hanya lebih murah Rp500 dari Sari Roti, sepertinya roti cokelat Mr.Bread bakal kesulitan untuk menduduki peringkat puncak bilamana tetap mempertahankan isian cokelat yang seperti di atas. Satu-satunya yang menarik dari roti Mr.Bread adalah Indomaret sering mempromosikan roti merek ini.
Kemasan | |
Ukuran dan Tampilan | |
Isian Cokelat | |
Tekstur Roti | |
Nilai untuk Uang |
Roti Cokelat Paroti
Serupa seperti Indomaret, Alfamart juga memiliki roti dalam kemasan yang hanya dipasarkan di gerai Alfamart dan Alfamidi bermerek Paroti. Sepintas, merek Mr.Bread dan Paroti hampir mirip karena sama-sama mengusung kata roti dan kata pria.
Berbeda dengan kedua kompetitornya (Mr.Bread dan Sari Roti), roti cokelat Paroti dipatok dengan harga yang cukup ekonomis yaitu Rp3.000. Tak hanya itu, berat bersihnya pun lumayan gemuk yakni 55 gram.
Jadi, apakah dengan ini roti cokelat Paroti sukses menyalip kedua pesaingnya? Mari kita telaah lebih dalam. #senyum.lebar
Menurutku bagian muka plastik pembungkus roti cokelat Paroti ini lumayan menarik. Pemilihan warna cokelat muda, cokelat tua, dan hitam seakan merajut harmoni dengan produk roti cokelat yang menjadi isinya.
Adanya ilustrasi cokelat batang dan biji cokelat semakin menguatkan citra produk roti cokelat. Belum lagi ilustrasi daun-daun berwarna cokelat yang berguguran. Rasa-rasanya plastik pembungkus Paroti ingin membawa konsumennya ke suasana musim gugur. #halah
Informasi yang tercantum di bagian muka pun terbilang lengkap. Ada tanggal kedaluwarsa, harga, nomor sertifikat dari Dinas Kesehatan, label halal dari MUI, serta berat bersih produk.
Bila mencermati perusahaan yang memproduksi, rupanya roti cokelat Paroti ini diproduksi oleh Arnon Bakery yang berpusat di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Apakah ini sebabnya harga produk bisa menjadi lebih murah dibanding pesaing-pesaingnya?
Bila bagian muka plastik pembungkus roti cokelat Paroti berhasil memukauku, nggak halnya dengan bagian belakang plastik pembungkus.
Jujur, buatku desain bagian belakang plastik pembungkus ini sangat tidak nyeni! Terkesan dirancang secepat kilat tanpa mempertimbangkan faktor estetika. Menurutku, ruang kosong (space) yang ada bisa dimanfaatkan untuk mencantumkan keterangan produk seperti informasi nilai gizi.
Eh, roti cokelat Paroti ini sudah diuji kandungan gizinya kan ya? #hehehe
Kekecewaanku terhadap desain bagian belakang plastik pembungkus terobati tatkala melihat wujud roti cokelat Paroti.
Bentuk roti cokelat Paroti mirip bantal! #senyum.lebar
Kulit rotinya pun terbilang mulus dengan hanya sedikit kerutan. Ini artinya, roti Paroti diperlakukan secara baik yang bahasa londo-nya adalah handled with care. #senyum.lebar
Tapi ya lagi-lagi.... #mengehela.napas.panjang
Aku harus kembali menelan kecewa saat menyaksikan bagian dalam roti cokelat Paroti yang terbelah….
Selai cokelatnya sedikit sekali!
Haduh....
Walaupun demikian, patut disyukuri bahwa selainya lumayan terasa cokelat. Tekstur selai cokelatnya juga lumayan cair. Sepertinya roti-roti cokelat yang dijual di minimarket berhasil mempertahankan cita rasa cokelat di selai cokelat mereka.
Hal lain yang membuatku mengernyitkan dahi adalah tekstur rotinya. Di mulut, rotinya “menghilang” dengan sangat cepat! Eh, mungkin lebih tepat kalau aku sebut sebagai “menyusut”. #hehehe
Pada roti-roti lain, aku bisa mengunyah lebih dari sepuluh kali untuk mendapatkan hasil kunyahan yang lembut. Tapi, roti Paroti ini hanya memerlukan 2 hingga 3 kali kunyah untuk mendapatkan hasil kunyahan yang lembut. Alhasil, karena sifat roti yang seperti ini, aku menjadi sangat percaya diri untuk menyantap roti Paroti dalam jumlah banyak. #senyum.lebar
Kesimpulan
Roti cokelat Paroti mengungguli kompetitornya dari sisi harga, desain bagian muka plastik pembungkus, dan wujud roti yang mulus. Sayang, isian selai cokelatnya mengecewakan! Meski demikian, Paroti adalah solusi ekonomis bagi konsumen yang datang ke minimarket dengan hanya membawa selembar uang Rp5.000 untuk membeli roti plus minum.
Kemasan | |
Ukuran dan Tampilan | |
Isian Cokelat | |
Tekstur Roti | |
Nilai untuk Uang |
Roti Cokelat Sari Roti
Terakhir!
Nggak afdol rasanya kalau nggak membahas roti yang merajai pasar roti di Indonesia dan menjadi topik hangat pada awal Desember 2016 lalu. Apalagi kalau bukan Sari Roti! #senyum.lebar
Boleh dibilang, pas blusukan ke minimarket-minimarket, aku selalu bisa menjumpai produk Sari Roti bertengger di rak-rak roti. Kira-kira kenapa ya produk Sari Roti hampir selalu ada di setiap minimarket? Kenapa pula orang-orang umumnya memfavoritkan produk Sari Roti?
Yah... mungkin dengan membedah roti cokelat Sari Roti kita bakal tahu jawabannya. Seenggaknya, bisa memberi petunjuk yang membedakan produk Sari Roti dengan para pesaingnya. #senyum.lebar
Oh iya, aku baru tahu kalau roti cokelat Sari Roti itu sekarang terdiri dari 2 varian, yaitu cokelat biasa dan mini cokelat. Varian mini cokelat memiliki berat bersih 40 gram dan dikenai harga Rp4.000. Sedangkan varian cokelat biasa memiliki berat bersih 72 gram dan dikenai harga Rp5.500.
Untuk keperluan artikel ini aku menggunakan varian cokelat biasa yang lebih umum dijumpai di minimarket. Sepertinya di Yogyakarta belum banyak minimarket yang menjual varian mini cokelat.
Seperti biasa, ulasan aku mulai dari plastik pembungkusnya terlebih dahulu. Menurutku, pemilihan warna latar cokelat tua menjadikan plastik pembungkus roti cokelat Sari Roti ini terkesan suram. Adanya aksen warna kuning taksi nggak terlalu membantu memunculkan kesan “ceria”.
Bisa jadi, warna cokelat tua pada plastik pembungkus ini merupakan penegas bahwa roti yang berada di dalam plastik betul-betul roti cokelat. Bukan roti yang hanya sedikit cokelat yang numpang lewat. #senyum.lebar
Sedangkan untuk informasi yang tercetak di plastik pembungkusnya menurutku sangat lengkap. Memang malah terkesan banyak teks sih. Tapi, bagi konsumen yang haus akan informasi, yang seperti itulah yang dibutuhkan. #senyum.lebar
Tampilan rotinya sendiri menurutku ya biasa-biasa saja. Bentuknya bulat dengan beberapa kerutan di kulitnya. Menurutku, kerutan-kerutan di kulit roti ini masih dalam batas wajar yang nggak menganggu nafsu makan. #senyum.lebar
Saat roti cokelat Sari Roti ini dibelah, tampaklah apa yang sekiranya menjadi jawaban dari pertanyaan-pertaanyaan di awal sub bab ini.
Selai cokelatnya banyak banget! Ini yang menurutku menjadi keunggulan utama produk Sari Roti sehingga bisa menang telak dari para pesaingnya. Entah bagaimana triknya Sari Roti menjejalkan selai cokelat sebanyak ini dengan tetap mempertahankan harga roti yang cukup ekonomis.
Menurutku, selai cokelat ini rasanya pas. Tetap mempertahankan rasa cokelat dan juga tidak terlampau manis. Rotinya sendiri empuk dan mudah dikunyah.
Karena porsi selai cokelatnya banyak, hampir setiap bagian roti yang tidak terkena selai cokelat bisa dicuil dan disapukan ke isian selai cokelat. Pokoknya, benar-benar menyenangkan lah menyantap roti cokelat Sari Roti ini. #senyum.lebar
Kesimpulan
Kalau menyinggung tentang roti cokelat yang berisikan banyak selai cokelat, jelas Sari Roti lah jawabannya! Selama para kompetitor Sari Roti masih mengirit porsi isian selai cokelat pada roti-roti mereka, sepertinya Sari Roti bakal tetap berada di atas angin.
Kemasan | |
Ukuran dan Tampilan | |
Isian Cokelat | |
Tekstur Roti | |
Nilai untuk Uang |
Kesimpulan
Nah, setelah menggiring 8 roti cokelat masuk ke dalam perut #kenyaaang, roti cokelat manakah yang bisa menjadi alternatif pengganti Sari Roti?
Sehari-hari, aku sendiri sih lebih sering membeli roti cokelat Larisa Bakery atau Ronalee Bakery dibandingkan Sari Roti. Faktor utamanya karena harga dan ketersediaan di minimarket. Roti Larisa Bakery dan Ronalee Bakery itu kan murah. Aku juga kan hobinya beli roti di warung-warung atau toko kelontong kecil. Di sana itu dua merek roti itulah yang umum tersedia.
Biasanya aku menyantap roti cokelat hanya untuk membungkam perut yang mendadak berorkestra di sore hari. Kalau mau makan malam kan waktunya masih lama. Jadi ya paling pas dibungkam pakai roti murah saja toh? #senyum.lebar
Sedangkan untuk produk Sari Roti biasanya aku beli di Indomaret atau Alfamart saat bersepeda jauh. Lha wong di minimarket waralaba produk roti yang umum dijumpai ya Sari Roti itu toh?
Tapi, kalau boleh jujur, produk roti cokelat Bayu Bagus sepertinya boleh juga dijadikan pilihan untuk segala kondisi. Pertama, harganya murah, hanya Rp1.000. Kedua, rasa cokelatnya nggak begitu mengecewakan. Ketiga, porsinya pas. Sebab ya itu, aku makan roti kan sekadar untuk pengganjal perut. Bukan untuk mencari kepuasan. #senyum
Akhir kata, demikianlah ulasan 8 roti cokelat yang umum dijumpai di minimarket di Yogyakarta. Semoga seusai membaca artikel ini, Pembaca jadi tahu roti cokelat manakah yang sekiranya menarik hati. #senyum.lebar
Apa malah setelah membaca artikel ini malah jadi kepingin makan roti cokelat? #senyum.lebar
KATA KUNCI
- alfamart
- indomaret
- kuliner
- minimarket
- mirota kampus
- resep roti coklat
- resep selai coklat
- review roti coklat
- roti
- roti bayu bagus
- roti coklat
- roti coklat minimarket
- roti coklat yogyakarta
- roti larisa
- roti manna bakery
- roti moista
- roti mr bread
- roti paroti
- roti ronalee
- roti sari roti
- selai coklat
- swalayan
- swalayan fika
- swalayan kopma ugm
- ugm
Di cek nomer registrasi di BPOM gak muncul. Banyak produk-produk yang masang nomor dan label sembarangan biar nampak berkualitas.
Saya sebagai konsumen jadi kurang yakin. Kalau Paroti dan Sari Roti jelas lulus standar produksi/tercatat oleh BPOM.
Ada pabrik roti skala kecil dijual beserta peralatan serta kelengkapan usahanya.di daerah Purwosari, Pasuruan, Jawa Timur.
Untuk wilayah Bantul, Kota Jogja, Sleman.. gratis ongkos kirim...
Gegara dulu jaman TK-kuliah ini roti gitu-gitu ajah eh sekarang wow bentuknya. Kalo rasa suka yang duh ada cream-cream gitu, kayak waktu TK begitu. (curhatajah)
Coba Sari Roti bikin yang 2 ribuan cokelatnya mungkin juga sesedikit yang lain, atau roti lain seharga sama dengan Sari Roti cokelatnya bisa sebanyak Sari Roti.. mungkin..
Tapi bagiku tetep pilih yang gratis! laahhhh
Kemasannya seekslusif itu harganya seribu? :o aku jadi penasaran kaya apa, soalnya belum pernah nemu roti itu...
Tulisanmu bener-bener unik Mas, ono wae idene. :p
Hahaha, itu kan karena roti cokelat yang jadi santapanku pas kerja. :D
Jadi enggak perlu beli jauh-jauh, heuheuheu.