HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kisah Semalam di Kampung Inggris Pare

Senin, 5 Desember 2016, 05:30 WIB

Matahari undur diri. Langit meredup. Azan magrib terdengar berkumandang. Sementara kami masih terperangkap di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya.

 

Ternyata, jarak dari Kota Kediri ke Kampung Inggris di Pare jauh juga ya?

 

Wew....

 

Kampung Inggris yang Terkenal Rawan

Sambil tetap fokus mengemudikan mobil, Mas Irfan – sang sopir mobil sewaan – sedikit kepo. Ia bertanya, apakah gerangan alasan yang membawa kami bertiga – Bapak, Ibu, dan aku – melancong jauh-jauh dari Surabaya menuju Pare.

 

Pada hari Selasa (6/9/2016) silam, kami bertiga memang bertolak menuju Kediri dari Surabaya. Sederhananya, Bapak dapat tiket murah pesawat Citilink dari Jakarta. Sedangkan aku memilih cara murah “menguji nyali” naik bus Sumber Selamat dari Yogyakarta. Titik temu kami bertiga ya di Bandara Juanda.

 

Yang punya misi ke Kediri sebetulnya Bapak sama Ibu. Aku sendiri hanya menemani mereka. Yah, hitung-hitung jalan-jalan gratis lah #hehehe. Lagipula nggak lama. Hanya dua hari off ngoding thok.

 

 

Balik lagi ke alasan melancong ke Kampung Inggris Pare.

 

Ibu cerita ke Mas Irfan, keponakan perempuannya (yang berarti adalah sepupuku) sedang kursus di Kampung Inggris dan kena musibah. Tasnya dijambret orang di jalan. Alhamdulillah di dalam tasnya nggak ada barang berharga. Meskipun ya handphone-nya remuk terjatuh.

 

Mas Irfan menimpali cerita Ibu itu dengan pernyataan yang cukup bikin aku kaget,

 

“Wah, Kampung Inggris itu memang rawan Bu! Sudah banyak ada kejadian jambret. Sasarannya ya yang pada kursus di sana itu. Bahkan ada satu kampung yang warganya terkenal sebagai penjambret.”

 

 

Waduh! Sebegitu rawankah Kampung Inggris Pare?

 

Tanpa sadar aku mendekap erat tas kamera yang ada di pangkuan. Kalau begini ceritanya, kayaknya kalau mau street hunt di sana ya... aku mikir-mikir lagi deh....

 

Wew....

 

Pengakuan si Bapak Tahu Crispy

Menjelang pukul 6 sore, kami merapat di depan bangunan lembaga kursus Global English (GE). Bapak dan Ibu kemudian masuk ke bagian informasi, mencari tahu perihal sepupuku. Sementara aku menunggu di luar.

 

Di depan bangunan lembaga kursus GE aku perhatikan ada penjual tahu crispy. Berhubung di mobil tadi aku kurang ngemil #eh, iseng-iseng aku beli deh itu tahu crispy. Sebungkusnya dihargai Rp5.000. Lumayan lah rasanya. #senyum.lebar

 

Sembari ngemil tahu crispy aku pun terlibat obrolan dengan si bapak penjual. Awalnya beliau mengira aku mau mendaftar kursus bahasa Inggris. Tapi, setelah mendengar cerita musibah yang menimpa sepupuku, beliau pun menimpali dengan raut wajah sedih,

 

“Di sini memang rawan Mas. Saya juga salah seorang pengurus Kampung Inggris ini berkali-kali bilang ke anak-anak kursus supaya menjaga barang bawaannya baik-baik. Pas berkendara tas jangan ditaruh di depan.”, ujar beliau sambil menunjuk spanduk keamanan di belakangnya

 

“Lha, di sini apa ya ada petugas keamanannya gitu Pak?”, tanyaku

 

“Ya ada Mas," beliau menjawab sambil merapikan dagangannya. "Dari warga setempat ada. Dari polres Kediri ya ada. Setiap hari ya juga pada patroli. Tapi yang namanya kejahatan jambret ya tetap ada. Pelakunya itu bukan warga sini Mas. Biasanya malah dari luar Kediri. Kalau pelakunya orang sini sih sudah diamuk massa.”

 

Menginap di Penginapan Alfil

Rupanya aku pelanggan terakhir tahu crispy si bapak pada hari itu. Pas si bapak sedang bersiap-siap mengemasi dagangannya, Bapak dan Ibu keluar dari bangunan lembaga kursus GE. Katanya, mending sekarang cari penginapan dulu.

 

Sejak awal kami memang sudah merencanakan hendak menginap di Kampung Inggris. Tapi belum memutuskan bakal menginap di mana. Jadilah Bapak meminta saran kepada si bapak penjual tahu crispy. Oleh beliau kami disarankan menginap di Penginapan Alfil. Katanya, Penginapan Alfil itu termasuk bagus untuk ukuran penginapan keluarga.

 

Letak Penginapan Alfil nggak begitu jauh dari lembaga kursus GE. Lokasinya agak masuk ke dalam gang sekitar 50 meter-an. Jadi mobil nggak bisa masuk. Di depan penginapan ada swalayan kelontong yang buka sampai pukul 9 malam. Dekat dengan masjid pula. Untung nggak dekat kandang gajah. #if.you.know.what.i.mean #hehehe

 

 

Di Penginapan Alfil kami menempati satu kamar dengan tiga ranjang bertarif Rp170.000 per malam. Kamarnya bersih. Ada AC dan kamar mandi dalam. Sayangnya di kamar mandinya nggak ada wastafel.

 

Dari penuturannya si mas resepsionis, Penginapan Alfil ini jadi semacam getaway-nya peserta kursus Kampung Inggris yang jenuh dengan suasana kos-kosan atau asrama. Seenggaknya bisa jadi tempat melepaskan letih. Sebab, Penginapan Alfil ini menyediakan kolam renang.

 

Makan Malam di Kampung Inggris

Setelah salat Isya kami bertiga keluar Penginapan Alfil buat nyari makan. Kami memutuskan menyusuri Jl. Brawijaya ke arah barat karena meyakini di sanalah pusat keramaian Kampung Inggris. Jadi, otomatis mestinya banyak yang jual makanan toh? #senyum.lebar

 

Sepanjang Jl. Brawijaya pemandangannya beragam. Ada lembaga kursus bahasa Inggris (suasana belajarnya kelihatan dari luar), jasa penyewaan sepeda, biro travel, toko kelontong, dan tentu saja warung makan. Yang nggak kelihatan paling hanya Warmindo (alias warung burjo!). #hehehe

 

Menurutku ragam makanan di warung-warung sekitar Kampung Inggris ini nggak terlalu banyak. Kami makan di warung nasi goreng yang menurutku rasa dan penyajiannya di bawah standar, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Menurutku sih daripada di Kampung Inggris malah lebih variatif makanan di sekitar markas besar Sarang Penyamun. Seenggaknya di sana ada warung nasi rames prasmanan. Tapi kalau soal jajanan, pilihan di Kampung Inggris Pare lebih beragam. Apa ini artinya yang pada kursus di Kampung Inggris lebih doyan jajan daripada makan ya? #hehehe

 

Eh, mungkin sebetulnya aku sendiri yang mematok ekspektasi terlampau tinggi. Pikirku,  karena Kampung Inggris itu ada di Kediri. Jadinya di sana ada warung makan nasi pecel yang buka 24 jam. #senyum.lebar #ngarep Seenggaknya ya banyak makanan khas Jawa Timur lah! Masak jauh-jauh dari Yogyakarta makannya mie ayam, bakso, nasi padang, sama penyetan. #hehehe

 

Kesan Singkat di Kampung Inggris

Keesokan paginya, sepupuku datang silaturahim ke Penginapan Alfil. Alhamdulillah sehat wal afiat. Kalau mencermati ceritanya, tasnya dijambret pas dia sedang ada di luar bangunan lembaga kursus GE. Ya pas banyak orang. Jadi ya punya nyali juga ternyata itu jambretnya ya?

 

Kalau soal pendidikan kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris ini katanya tiap lembaga kursus punya spesialisasinya sendiri-sendiri. Ada yang fokus di grammar, vocabulary, speaking, dan bahkan persiapan TOEFL. Beberapa lembaga kursus mewajibkan pesertanya mengikuti placement test supaya menempati kelas yang pas dengan kemampuannya.

 

Dibandingkan Kampung Inggris, aku sih lebih tertarik kalau ada tempat sejenis yang bernama Kampung Jepang, hahaha #senyum.lebar. Tempat di mana di sana tersedia beragam kursus bahasa Jepang terutama untuk tes JLPT N5 hingga N1. Tapi aku sendiri sih nggak minat ikut kursus-kursusan. Waktunya yang nggak ada. Jadinya selama ini belajarnya dari YouTube sama komik RAW. #senyum.lebar

 

 

Menurutku Kampung Inggris Pare ini meruapakan suatu lingkungan yang cukup kondusif untuk mendalami bahasa Inggris secara intensif. Karena kalau belajar sendiri kan nggak susah punya kawan latihan toh?

 

Karena mayoritas peserta kursus bahasa Inggris adalah anak-anak muda, jadi di Kampung Inggris ini banyak terdapat  hal-hal yang berbau anak muda. Salah satunya adalah distro Pareholic yang menjajakan kaos khas Kampung Inggris. Harga per kaosnya standar, Rp80.000 hingga Rp100.000. Kaos-kaosnya diproduksi di Bandung. #seperti.biasa

 

 

Bayangan Kampung Inggris yang suasananya masih alami, banyak sawah, serta ayam kejar-kejaran #eh seperti di pedesaan Jawa itu salah besar! Kampung Inggris nggak jauh beda dengan suasana kawasan mahasiswa di dekat Sarang Penyamun (utamanya Jl. Nologaten dan Jl. Wahid Hasyim). Sepintas kondisi jalannya mirip di Gili Trawangan karena banyak sepeda yang wira-wiri. Tapi minus cidomo lho!

 

Yang patut diwaspadai menurutku adalah keamanan di Kampung Inggris. Tindak penjambretan itu sudah bukan rahasia umum. Terus terang, aku sendiri merasa agak was-was pas berjalan kaki memanggul ransel berisi kamera. Ya, semoga ke depannya Kampung Inggris menjadi lebih aman deh. Sebab, Kampung Inggris Pare ini kan ibarat ikon Kabupaten Kediri. Ya kan?

 

 

Sekitar pukul setengah 9 pagi kami pun bertolak dari Kampung Inggris. Tentu saja ke salah satu tempat menarik yang lokasinya lumayan dekat dari sini, yaitu….

NIMBRUNG DI SINI