Sampai dengan beberapa bulan yang lalu, aku salah membayangkan Pulau Bintan. Ya maklum, seumur-umur aku sama sekali belum pernah main ke Pulau Bintan. Jadi ya, pengetahuanku tentang Pulau Bintan paling hanya dari iklan-iklan. Gambaran kasarnya kurang lebih seperti foto di bawah ini.
Ya itu!
Selama bertahun-tahun lamanya, aku membayangkan kalau Pulau Bintan itu mirip-mirip dengan Pulau Bali. Yang mana, di Pulau Bintan itu:
- Banyak resor mewah.
- Banyak bule.
- Eh, bule ceweknya banyak yang berbikini. #hehehe
- Banyak pantai.
- Plus, pasir pantainya putih. #senyum.lebar
Hanya saja, kesalahan PALING fatal dan PALING bikin malu harga diri sebagai seorang WNI adalah aku menyangka Pulau Bintan itu ada di Malaysia!
Gyahahaha. #senyum.lebar
Padahal eh ternyata, Pulau Bintan itu merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau. Sekaligus juga pulau di mana Kota Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau berada.
Hmmm... kayaknya aku mesti belajar geografi lagi ini. #hehehe
Bila dibandingkan dengan Kota Batam, Kota Tanjungpinang ini seperti kalah tenar. Dari sekian banyak wilayah di Kepulauan Riau, yang sering diekspos ya Batam. Pusat geliat ekonomi adanya di Batam. Orang-orang nyeberang naik kapal feri ke Singapura seringnya dari Batam #eh. Aku sendiri mendarat di Kepulauan Riau ya lewat Bandara Hang Nadim di Batam.
Wew... Batam lagi... Batam lagi...
Jadi, mungkin itu sebabnya kenapa Batam “rewel” ingin memisahkan diri menjadi provinsi baru. Kalau begini ceritanya, nanti bakal semakin banyak provinsi yang mesti dihafalkan anak-anak sekolah dong? #hehehe
Selain Pulau Batam dan Pulau Bintan, di Kepulauan Riau masih terdapat BUANYAAAK pulau-pulau lain. Salah satu pulau tersebut bernama Pulau Lingga. Pulau inilah yang menjadi lokasi blusukan-ku di penghujung April 2016.
Pulau Lingga merupakan salah satu pulau besar yang terletak di wilayah selatan Kepulauan Riau. Nama Lingga juga dipakai sebagai nama kabupaten yang menaungi pulau ini, yakni Kabupaten Lingga. Ibu kota Kabupaten Lingga adalah Kota Daik dan bertempat di Pulau Lingga.
Pulau Lingga berjarak lumayan jauh dari Pulau Bintan dan juga Pulau Batam. Hitungan kasarnya, jarak dari Pulau Batam ke Pulau Bintan itu kan 30-an km. Jarak dari Pulau Bintan ke Pulau Lingga itu 100-an km. Jadinya, total jarak dari Pulau Batam ke Pulau Lingga ya sekitar 130-an km!
Gimana? Jauh kan? Lha, terus ngapain dong aku kurang kerjaan jauh-jauh blusukan ke Pulau Lingga?
Ya jelas lah untuk menyambangi panorama alam andalan Pulau Lingga yang fotonya di bawah ini. #senyum.lebar
Nah, di artikel ini aku mau bercerita perihal pengalaman perjalananku ke Pulau Lingga yang berawal dari Pulau Batam. Siapa tahu, ada Pembaca yang tertarik menyambangi obyek wisata di atas tetapi bingung bagaimana caranya untuk pergi ke Pulau Lingga.
Yah, semoga artikel ini membantu deh. #senyum.lebar
Pengantar Nama Tempat di Batam, Bintan, dan Lingga
Sebelum membahas lebih jauh tentang cara berlayar ke Pulau Lingga, ada baiknya kita kenalan dulu dengan nama-nama tempat di wilayah Kepulauan Riau berikut ini.
Pulau Batam
Pulau “tenar” di Kepulauan Riau. Kota Batam terletak di Pulau Batam. #ya.iyalah
Pulau Bintan
Pulau di mana Kota Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau berada.
Pulau Lingga
Pulau yang menjadi tujuan blusukan-ku. Kota Daik, ibu kota Kabupaten Lingga terletak di Pulau Lingga.
Bandar Udara Internasional Hang Nadim
Airport yang terletak di Pulau Batam dan disinggahi banyak penerbangan dari berbagai provinsi di Indonesia.
Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah
Airport yang terletak di Pulau Bintan. Dahulu bernama Bandar Udara Kijang. Hampir seluruh penerbangan ke bandara ini bertolak dari Jakarta. Sayangnya, frekuensi penerbangannya jarang banget.
Pelabuhan Telaga Punggur
Pelabuhan yang terletak di timur Pulau Batam. Pelabuhan ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Bintan.
Pelabuhan Sri Bintan Pura
Pelabuhan yang berada di Kota Tanjungpinang di sisi barat Pulau Bintan.
Pelabuhan Tanjung Buton
Pelabuhan yang berada di Pulau Lingga dan dekat dengan Kota Daik.
Cara Paling Fleksibel ke Kota Tanjungpinang
Oke! Setelah kenalan dengan tempat-tempat di atas, sekarang saatnya kita memahami fakta yang terjadi di bulan April 2016 silam, bahwasanya
Kapal ke Pulau Lingga hanya ada dari Pulau Bintan
Itu artinya, untuk berlayar ke Pulau Lingga, Pembaca harus terlebih dahulu singgah di Pulau Bintan. Lebih tepatnya, di Pelabuhan Sri Bintan Pura yang terletak di Kota Tanjungpinang.
Dari sini, muncullah pertanyaan,
Bagaimana cara pergi ke Tanjungpinang?
Nah, berdasarkan pengalamanku, tersedia dua pilihan cara untuk melancong ke Kota Tanjungpinang. Pembaca tentu sudah bisa menebak. Pilihan pertama, naik pesawat. Pilihan kedua, naik kapal.
Eh, karena Provinsi Kepulauan Riau itu wujudnya wilayah kepulauan, jadinya ya JANGAN HARAP ada transportasi antar pulau berwujud bus atau kereta! #senyum.lebar
Semisal bertolak dari Jakarta, Pembaca bisa memilih penerbangan dengan rute langsung Jakarta – Tanjungpinang. Sayang sekali, umumnya jadwal penerbangan ini hanya tersedia satu kali dalam sehari. Nggak fleksibel sekali kan?
Cara lain untuk menuju Kota Tanjungpinang adalah memadukan antara metode jalur udara dengan jalur laut. Dari Jakarta (atau kota-kota besar lain), Pembaca bisa naik pesawat tujuan ke Batam (Bandar Udara Internasional Hang Nadim) kemudian dilanjut naik kapal dari Batam ke Tanjungpinang.
Menurutku, metode gabungan ini merupakan pilihan cara yang cukup fleksibel. Sebabnya, frekuensi penerbangan dengan tujuan Batam bisa dibilang cukup sering. Kapal yang melayani rute Batam – Tanjungpinang pun berangkat setiap 1 jam sekali dari pukul 8 pagi hingga 6 sore.
Ongkos Transpor Sampai ke Bintan
Selanjutnya, hehehe, mari kita singgung perkara ongkos. #senyum.lebar
Saat bukan peak season, penerbangan dari Jakarta menuju Tanjungpinang umumnya bertengger di rentang harga Rp450.000-an. Sedangkan penerbangan dari Jakarta menuju Batam umumnya bertengger di rentang harga Rp500.000-an.
Lumayan mahal ya? #hehehe
Maka dari itu, mari kita berdoa semoga maskapai-maskapai memberi tarif promo saat low season. Sebab, memperoleh tiket Jakarta – Batam/Tanjungpinang seharga Rp300.000-an itu merupakan pilihan hemat untuk menjaga dompet agar tetap gemuk. #senyum.lebar
Pilihan transportasi dari Bandara Hang Nadim menuju Pelabuhan Telaga Punggur hanya dilayani oleh taksi dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Ada banyak perusahaan taksi yang beroperasi di Batam. Taksi-taksi juga sudah dilengkapi dengan argometer. Hanya saja, seringnya sopir taksi lebih mengedepankan “tarif nego”. Waduw!
Untuk menuju ke Pelabuhan Telaga Punggur, biasanya sopir taksi menawarkan tarif awal Rp90.000 hingga Rp100.000. Alangkah dermawannya Pembaca bilamana tarif yang mahal ini nggak ditawar, hahaha. #senyum.lebar
Cobalah tawar dengan sedikit berbasi-basi. Tarif awal bisa turun jadi Rp80.000 itu sudah bagus. Dengan trik menyaru sebagai warga Sumatra (lengkap dengan logatnya #hehehe), bisalah itu tarif turun menjadi Rp70.000. Pembaca berhak menyandang predikat “jagoan nawar” bilamana sukses mendapat tarif Rp50.000 hingga Rp60.000. #senyum.lebar
Usahakan jangan melakukan proses tawar-menawar lebih dari 3 menit. Nanti sopir taksinya bakal ill feel dan menganggap Pembaca pelit. Toh, UMK Batam di tahun 2015 saja sudah mencapai Rp2,9 juta (bandingkan dengan UMK Jogja yang “hanya” Rp1,3 juta). Biaya hidup di Batam mahal bung!
Trik lain untuk mendapatkan tarif taksi murah adalah patungan dengan naik taksi beramai-ramai. Cobalah ajak obrol orang-orang yang sepertinya ingin naik taksi. Siapa tahu tujuannya sama dan berkenan naik taksi bareng. #senyum.lebar
Di Pelabuhan Telaga Punggur silakan membeli tiket feri yang dijual di sejumlah loket seharga Rp57.500. Bayar juga retribusi masuk pelabuhan sebesar Rp5.000 per orang. Setelah itu ya silakan naik ke kapal dan nikmati perjalanan kurang-lebih 1 jam menuju Kota Tanjungpinang.
Seperti yang aku sebutkan di atas. Jadwal keberangkatan kapal dari Batam menuju Tanjungpinang itu setiap 1 jam sekali dari pukul 8 pagi hingga pukul 6 sore. Hal yang serupa juga berlaku untuk jadwal keberangkatan kapal dari Tanjungpinang ke Batam. Enak kan hilir mudik Batam – Bintan? #senyum.lebar
Cara ke Lingga dari Tanjungpinang
Nah sekarang, kita sudah berada di Tanjungpinang, tepatnya di Pelabuhan Sri Bintan Pura. Mari, tarik napas dalam-dalam dahulu sebelum berpindah ke pertanyaan terakhir yang paling krusial,
Bagaimana cara naik kapal dari Tanjungpinang ke Lingga?
Jadwal keberangkatannya kapalnya kapan saja?
Ini yang menarik. #senyum
Jadwal kapal dari Pelabuhan Sri Bintan Pura (Kota Tanjungpinang, Pulau Bintan) menuju Pelabuhan Tanjung Buton (Kota Daik, Pulau Lingga) hanya tersedia SATU KALI dalam sehari, yaitu berangkat pukul 11 siang dan tiba sekitar pukul 4 sore.
Lama perjalanannya memang tergolong lama. Sekitar 5 jam. Itu kalau kondisi laut (ombak) sedang bersahabat ya. Kalau kondisi lautnya buruk ya... mbuh! #hehehe
Sebaliknya, kapal yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Buton ke Pelabuhan Sri Bintan Pura juga hanya tersedia SATU KALI dalam sehari, yaitu berangkat pukul 7 pagi dan tiba sekitar pukul 12 siang.
Jadi, untuk Pembaca yang berniat pergi ke Pulau Lingga, harus siap sedia di Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjungpinang paling lambat pukul 10 siang! Implikasinya, Pembaca harus sudah sepagi mungkin berada di Pelabuhan Telaga Punggur, Batam. Kalau bisa sih paling lambat pukul 9 pagi sudah harus berlayar dari Batam menuju Tanjungpinang. Kalau mau yang lebih nyaman Pembaca bisa menginap semalam dulu di Batam.
Aku sendiri baru merapat di Tanjungpinang pada hari Kamis sore (29/4/2016). Alhasil, aku wajib bermalam di Tanjungpinang untuk mengejar keberangkatan kapal esok siang. Aku sengaja memilih menginap di Tanjungpinang. Konon, tarif penginapan di Tanjungpinang lebih murah daripada di Batam. Aku juga penasaran dengan kehidupan di Tanjungpinang.
Eh, tapi... itu artinya besok Jumat aku nggak bisa menunaikan salat Jumat berjamaah karena ya situasiku kan sedang di atas kapal. #sedih
Berangkat ke Lingga dari Pelabuhan Sri Bintan Pura
Dari penuturan petugas di pelabuhan, pada hari Jumat (30/4/2016) aku harus siap sedia di Pelabuhan Sri Bintan Pura sekitar pukul 9 pagi. Tapi namanya juga seorang Wijna. Urusan ngendog yang berkepanjangan bikin aku baru tiba di pelabuhan sekitar pukul 10 kurang beberapa belas menit. #hehehe
Pelayaran dari Pelabuhan Sri Bintan Pura ke Pelabuhan Tanjung Buton (dan sebaliknya) dilayani oleh kapal MV Arena 3. Kapal ini dioperasikan oleh MV Lingga Permai. Di bulan April 2016, tarif tiket kapal feri dari Tanjungpinang ke Lingga adalah sebesar Rp173.000 per orang.
“Itu tarifnya baru saja turun Bang.”, kata si bapak yang bertugas menjual tiket
Turunnya tarif tiket ini jelas dipengaruhi oleh turunnya harga solar yang terjadi di awal April 2016. Sebelum harga solar turun, katanya harga tiketnya Rp180.000 per orang. Semisal di masa mendatang harga solar naik lagi, bisa-bisa harga tiketnya juga ikut naik lagi dong ya? #sedih
Setelah menebus retribusi masuk pelabuhan sebesar Rp5.000 per orang, duduklah aku menunggu panggilan keberangkatan di ruang tunggu penumpang. Ini momen-momen terakhir di mana aku bisa browsing-browsing internet pakai sinyal HSDPA. Karena nanti di tengah laut dan juga di Pulau Lingga, sinyalnya jadi kurang bersahabat.
Sekitar pukul setengah 11 siang, akhirnya terdengar juga panggilan agar para penumpang kapal Lingga Permai segera naik ke kapal. Aku kira penumpang tujuan ke Lingga pada Jumat itu sedikit karena ada ibadah salat Jumat. Eh, ternyata ya banyak juga.
Sepintas, dari luar wujud kapal MV Arena 3 memang kurang meyakinkan. Nggak sebesar kapal yang menghubungkan Tanjungpinang dan Batam. Padahal, kapal Tanjungpinang – Batam ukurannya besar tapi penumpangnya sedikit. Lha ini, kapal Tanjungpinang – Lingga ukurannya kecil tapi penumpang dan barangnya berjubel. #senyum.lebar
Setelah aku masuk ke dalam, ternyata kondisi kapal MV Arena 3 nggak buruk-buruk amat kok! Untuk ukuran kapal kelas ekonomi, menurutku fasilitasnya terbilang memadai. Kursi-kursinya terlihat bersih dan belum rusak (semoga nggak rusak #hehehe). Ada AC (dingin banget!) dan juga televisi yang memutar film dari DVD player. Cocoklah ini untuk mengobati kebosanan perjalanan berjam-jam tanpa ditemani sinyal koneksi internet. #hehehe
Hal yang menurutku kurang nyaman adalah susunan baris kursi yang jaraknya cukup sempit. Itu pun kaki masih harus berbagi tempat dengan jaket pelampung yang dijejalkan di rongga di bawah kursi. Untuk penumpang dengan postur tubuh besar, bisa jadi kurang nyaman duduk di kursi ini.
Sebelum berangkat, petugas hilir mudik memeriksa tiket dan juga mencatat nama-nama penumpang. Di tiket sendiri sudah tertera nomor kursi. Jadinya, penumpang harus duduk di kursi yang telah ditetapkan.
Oh iya, di kapal MV Arena 3 juga tersedia kantin. Di sepanjang perjalanan para ABK bisa dimintai tolong untuk memesankan makanan dan minuman dari kantin. Kalau nggak salah, segelas teh panas itu harganya Rp10.000 dan nasi goreng serta pop-mie itu Rp20.000.
Bertugas Menjaga Unggas
Aku kenalan dengan “tetangga” penumpang yang duduk di sebelahku. Namanya Een. Dia ini mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (disingkat UMRAH, bagus ya? #senyum.lebar). Katanya sih sedang mengambil cuti. Jadinya, pulang kampung deh.
“Bang, tolong titip jaga ayam saya ya.”
“Hah? Iya”
“Makasih ya Bang”
Kemudian Een berlalu, meninggalkan aku yang tengah asyik menonton film Smurf. Di saat menonton film itulah aku merasa ada yang aneh. Kotak kardus yang ada di bawah bangku Een sepertinya kok bergerak-gerak?
Lha, kan aku jadi curiga? Alhasil, sambil menonton film, sesekali aku mengalihkan pandangan ke arah kardus. Eh, tiba-tiba muncul sesuatu dari dalam kardus!
WEH! NONGOL KEPALA AYAM!
Aku pikir yang dimaksud ayam oleh Een itu ayam mati yang sudah dimasak dan siap disantap. Makanya, dimasukkan ke dalam kardus. Eh, ternyata ayam hidup toh!?
Pas Een kembali ke kursi, aku interogasi lah dirinya.
“Ini ayamnya hidup?”, pertanyaan yang terdengar bodoh sih, tapi ya untuk lebih meyakinkan aku saja sebetulnya #hehehe
“Iya Bang, yang satu lagi ditaruh di atas kapal mati. Tertindih barang-barang lain.”
“Hah? Terus gimana?”, pikirku Een mau menuntut ganti rugi
“Nggak apa-apa. Kan masih ada satu ini Bang.”
“Ini ayam apa?”
“Ayam Bangkok Bang.”
“Dari Bangkok?”, lagi-lagi ini terdengar seperti pertanyaan bodoh #hehehe
“Nggak Bang, belinya di Tanjungpinang.”
“Berapa harganya?”
“Tiga ratus lima puluh ribu Bang.”
WUIH! Ayam mahal ini rupanya! Sedih dan sayang banget ayam yang satu sudah dipanggil Gusti Allah SWT ke surga.
Jadilah, di sepanjang perjalanan itu aku berusaha sekuat tenaga menjaga agar satu-satunya ayam Bangkok yang tersisa tetap menjulur-julurkan kepala ke luar kardus. Itu kan artinya dia masih bernyawa, hahaha #senyum.lebar. Een sendiri sering pergi meninggalkan kursi. Entah ke mana. Mungkin dirinya merokok di suatu tempat sana?
Tapi ya ada untungnya juga aku menjaga ayam kenalan dengan Een, karena petualanganku di Pulau Lingga keesokan hari mungkin nggak akan berjalan lancar semisal kami nggak saling kenal. #senyum.lebar
Pesan moral yang bisa kita petik adalah,
Jangan lepaskan ayam dari jangkauan! Bila terpaksa, titipkan pada pemuda yang bisa dipercaya. #eh
Total Pengeluaran dan Cara Lain Menuju Lingga
Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul setengah 5 sore. Kapal MV Arena 3 akhirnya merapat juga di Pelabuhan Tanjung Buton. Telat setengah jam dari jadwal kedatangan. Biasalah Indonesia. #hehehe
Sejauh ini biaya yang aku keluarkan untuk transportasi menuju Pulau Lingga adalah sebagai berikut.
Pesawat Citilink ke Batam | Rp400.000 |
Taksi dari Hang Nadim ke Telaga Punggur | Rp70.000 |
Kapal Feri dari Batam ke Tanjungpinang | Rp57.500 |
Kapal Feri dari Tanjungpinang ke Lingga | Rp173.000 |
Total | Rp700.500 |
Sebetulnya, selain rute perjalanan yang aku tempuh di atas itu, ada juga 2 rute alternatif menuju Pulau Lingga. Ya, masih lewat jalur laut juga sih.
Rute alternatif pertama adalah naik kapal dari Pelabuhan Sri Bintan Pura menuju Pelabuhan di Pancur. Pancur merupakan nama kota yang terletak di bagian utara Pulau Lingga. Lebih tepatnya di Kecamatan Lingga Utara. Kota Pancur dan Kota Daik terpisah jarak sekitar 20-an km dengan satu-satunya transportasi penghubung adalah kendaraan pribadi atau ojek.
Semisal Pembaca bertujuan mengeksplorasi wilayah Lingga utara, ada baiknya memang memilih Pancur sebagai lokasi basecamp. Aku kurang tahu berapa tarif tiket kapal dari Tanjungpinang ke Pancur beserta jadwal keberangkatannya. Tapi, sepertinya waktu tempuhnya nggak jauh beda dengan kapal ke Pelabuhan Tanjung Buton.
Bila merasa waktu tempuh 5 jam Tanjungpinang – Lingga (yang bisa molor #hehehe) itu terbilang lama, Pembaca bisa mencoba rute alternatif kedua yang memangkas waktu tempuh yang 5 jam itu menjadi hanya 3 jam dengan kompensasi tarif yang sedikit lebih mahal. #hehehe
Rute alternatif kedua yang terbilang cepat dan menjadi pilihan bagi warga Lingga yang diburu waktu adalah melalui Pulau Senayang. Jadi, dari Kota Pancur Pembaca berlayar ke Pulau Senayang naik kapal milik warga yang tarifnya Rp40.000 per orang. Kemudian, dari Pulau Senayang barulah berlayar ke Tanjungpinang naik kapal cepat dengan tarif Rp200.000 per orang.
Yang patut menjadi perhatian adalah, baik rute umum maupun rute alternatif, jadwal keberangkatan kapalnya HANYA SATU KALI dalam sehari. Kalau telat ya... terpaksalah menggelar tikar di tengah pulau di Laut Natuna. #hehehe
Di bawah naungan langit sore yang mendung itulah blusukan-ku di Pulau Lingga dimulai. Kemudian, dengan ojek bertarif Rp20.000 tanpa nego, aku melanjutkan perjalanan sejauh sekitar 9 km dari Pelabuhan Tanjung Buton menuju Kota Daik.
Akhir kata, semoga dengan artikel ini Pembaca yang juga berkeinginan singgah di Pulau Lingga mendapat secercah gambaran perihal transportasi menuju ke sana. Artikel lain tentang Pulau Lingga tunggu di bulan depan ya! Hehehe. #hehehe
Pembaca juga pernah jalan-jalan ke pulau?
KATA KUNCI
- bandara hang nadim
- cara ke pulau bintan
- cara ke pulau lingga
- daik
- jadwal kapal lingga
- jadwal kapal tanjungpinang
- kapal feri
- kapal feri batam tanjungpinang
- kepri
- kepulauan riau
- laut
- lingga permai
- pancur
- pelabuhan sri bintan pura
- pelabuhan tanjung buton
- pelabuhan telaga punggur
- pesawat ke batam
- pulau batam
- pulau bintan
- pulau lingga
- pulau senayang
- tanjungpinang
- tarif kapal batam
- tarif kapal dabo
- tarif kapal lingga
- tarif kapal senayang
- tarif kapal tanjungpinang
ini.
Saya butuh info cara yang paling tercepat sampai di Pulau Lingga.
Terimakasih.
sekali objek wisata alamnya loh. Air terjunnya asri banget kayak belum terjamah. Coba deh search Google.
Ditunggu kabar dan cerita sampai ke Penyengat nya Wij. :D
Karena ada yang mau saya tanyakan ke Mas.. Masalah perjalan menuju Lingga dari Bintan.. Terima kasih
mau nglancong kesana..
Ingin mengexsplore dan mblusuk-mblusuk ke Natuna dan Anambas..........
Untuk transportasi dari Bandara Dabo ke kota, nanti di bandara bisa minta bantu petugas pesanin ojek atau mobil, karena di Bandara Dabo nggak ada transportasi umum yang standby.
Dari Dabo ke Tanjung Pinang ada 2 kapal alternatif. Kapal yang pertama biasanya berangkat sekitar jam 07.00 dan yang kedua sekitar jam 07.30. Kalau kapal pertama yang jam 07.00 kapalnya berasal dari Daik dan mampir ke beberapa pulau kecil. Sampai di Tanjung pinang sekitar jam 12 an. Kalau kapal kedua berangkat jam 07.30 dari Dabo langsung ke Tanjung Pinang. Sampai di Tanjung Pinang sekitar jam 11-an.
melayu gunung daik bercababg 3, hancur badan dikandung tanah.
jadwal kapal brangkat dari batam ke dabo jam brapa ya & tiap hari?
dan berencana melalukan perjalan menuju
Dabo hari kamis nanti pakai Susi Air.
Pertanyaannya apakah di bandara Dabo ada
ojek/mobil sewa yang mangkal disitu?
Terus pertanyaan kedua, hari Minggu rencana
dari Dabo saya mau ke Jakarta melalui
Tanjung Pinang. Nah, kapal dari Dabo ke Tj
Pinang kalau hari Minggu namanya apa, beli
tiketnya dimana, berangkatnya jam berapa
dan jam berapa sampai di pelabuhan Sri
Bintan Pura Tj Pinang? (sebab penerbangan
terakhir Tj Pinang-Jakarta tuh jam 13.10).
Pls info ya
Pertama, kalau mau nyari ojek di bandara sebetulnya gampang kok. Pasti selalu ada cara buat orang pergi ke kota dari bandara. Coba tanya petugas yang kerja di sana pasti mereka bisa membantu.
Kedua, kalau nggak salah ingat, semua kapal yang ke Tanjung Pinang itu berangkatnya pukul 7 pagi. Tapi, aku sendiri kurang tahu berapa jam waktu tempuh perjalanan dari Dabo ke Tanjung Pinang. Beli tiket kapalnya di pelabuhan langsung pas hari-H bisa kok.
Kalau mau enak kamu ke Jakartanya dari Batam saja, ambil penerbangan yang paling akhir (pukul 7 atau 8 malam). Atau ya menginap semalam dulu di Tanjung Pinang. Kayaknya ya nggak kekejar kalau mau naik pesawat pukul 13.10 dari Tanjung Pinang.
Tapi bukan untuk jalan-jalan.
Wisata alamnya bagus-bagus. Hutan lindungnya masih sangat asri. Udaranya juga segar.
Rute untuk ke Lingga sudah ada dari pelabuhan Telaga Punggur Batam. Ongkosnya Rp245.000 menggunakan ferry. Sekelas dengan ferry Batam-Tanjung Pinang. Ferry-nya tetap berlabuh di pelabuhan Jagoh Dabo Singkep.
Sekarang waktu perjalanan ke Lingga telah dipersingkat dengan dibukanya Pelabuhan Sei Tenam 2.5 jam dari Batam.
Makasih, makasih.
Menarik sekarang Pelabuhan Sei Tenam sudah dibuka melayani penyeberangan dari Lingga. Semoga dengan ini semakin banyak orang yang tahu Lingga dan masyarakat Lingga menjadi semakin sejahtera. Aamiin.
Bisa bawa hewan ya naik kapalnya Mas :p... hihihihi Jadi inget pas naik KA ekonomi dari Bangkok ke Siam Rep, rata-rata penumpangnya juga bawa ternak hidup.
Kalau ayam lumrah dibawa ya. Kalau bawa sapi nah itu yang luar biasa, hehehe.
Btw, UMK/UMR di sana gede juga ya... tapi aku gak mau juga sih kerja di sana. :P