HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Yuk Pungut Sampah!

Kamis, 9 Juni 2016, 12:11 WIB

Marhaban ya Ramadhan,

Selamat Datang Bulan Ramadhan

 

Ramadhan itu bulan yang suci.

Suci itu bersih.

Kebersihan itu sebagian dari iman.

 

Tapi sayangnya, masyarakat kita sepertinya belum benar-benar menjadi pribadi yang bersih. Misalnya saja, tercermin dari pemandangan-pemandangan miris di bawah ini.

 

 

Mungkin Pembaca sendiri juga nggak satu-dua kali menyaksikan pemandangan miris di mana sampah-sampah bertebaran di alam bebas seperti di atas itu.

 

Masalah sampah ini bisa dibilang amat sangat menjengkelkan toh? Jadi bisa dimaklumi, bilamana beberapa orang bahkan sampai meminta bantuan Gusti Allah SWT untuk menuntaskan masalah sampah ini.

 

 

Maka dari itu,

Terlepas sekarang bulan Ramadhan atau nggak,

Terlepas Pembaca muslim atau bukan,

 

Aku mengajak Pembaca untuk bergerak memunguti sampah yang tercecer di tempat yang nggak semestinya.

 

Semisal orang-orang yang ada di dekat Pembaca membuang sampah sembarangan, tolong ditegur, dan buang sampah tersebut ke tempat sampah yang semestinya.

 

 


 

 

Eh, aku?

 

Jujur, aku akui dan sadari kalau aku bukan orang bersih dan juga orang suci yang patut menjadi panutan.

 

Tapi, dalam hal sampah ini, aku berusaha untuk

 

  1. Tidak membuang sampah sembarangan
  2. Menyimpan sampah apabila belum bertemu tempat sampah
  3. Sebisa mungkin memunguti sampah yang tercecer

 

Aku rasa, ini adalah sesuatu hal yang patut ditularkan ke orang-orang.

 

Supaya apa?

 

Supaya lingkungan jadi bersih lah! #senyum.lebar

 

 


 

 

Selain hobi motret, hobi bersepeda, dan hobi blusukan, aku juga punya hobi lain yaitu hobi memunguti sampah.

 

Bisa jadi, awal mula aku punya hobi memunguti sampah ini karena meniru sifatnya Bapak dan Ibu yang hobi bersih-bersih. Bapak dan Ibu nggak pernah menyuruh aku untuk mengikuti apa yang mereka lakukan. Mereka mencontohkan. Aku meniru. Alhasil, muncullah hobi seperti ini.

 

Jadi, untuk Pembaca yang sudah menjadi orang tua, ketahuilah bahwa anak itu meniru orang tuanya. Selanjutnya, silakan perhatikan buah hati anda dan cobalah direnungkan. #senyum.lebar

 

 

Sebagai orang yang hobi motret, aku sebel, jengkel, benci kalau lingkungan pemotretan kotor oleh sampah. Lha ya masak yang di foto isinya sampah semua?

 

Jadi ya aku mulai punguti sampah-sampah yang mengganggu. Setidaknya, sudut pandang yang kelak terekam dalam foto bakal bersih dari sampah. Tapi, setelah aku tengok kanan-kiri, kok ya ternyata di sekeliling ini sampahnya banyak juga ya?

 

Alhasil, sekarang kalau aku blusukan ke mana-mana selalu sedia kantong plastik sebagai wadah memunguti sampah. Dalam sekali beraksi, sampah yang terkumpul bisa banyak banget lho! Satu kantong plastik jelas nggak muat untuk menampung semua sampah di lokasi.

 

 

Tapi ya terkadang aku suka lupa juga bawa kantong plastik. Maklum, aku kan tergolong cowok yang pelupa #hehehe. Jadinya ya, apa pun yang bisa dipakai untuk wadah sampah ya aku pakai saja.

 

 

Kemudian, aku berpikir, semisal orang-orang yang singgah di tempat-tempat ini memiliki hobi memunguti sampah yang sama seperti aku. Kan lokasinya nanti bisa senantiasa bersih? Ya kan?

 

Tapi ya, semisal orang-orang kita nggak hobi buang sampah sembarangan, ya hobi memunguti sampahku ini jelas nggak bakal eksis. #hehehe

 

 

Aku percaya, nggak ada satu pun agama di dunia ini yang mengajarkan umatnya untuk membuang sampah sembarangan.

 

Aku sendiri menganggap membersihkan lingkungan dari sampah itu merupakan suatu bentuk ibadah. Selain karena ungkapan populer “Kebersihan itu sebagian dari iman”, aktivitas kita memunguti sampah kan bisa sekaligus kita pergunakan untuk banyak-banyak mengingat Tuhan. Ya kan?

 

Eh, tambah berdoa juga yang baik-baik, semoga pelaku yang membuang sampah sembarangan ini cepat tersadarkan dari perbuatan kotornya ini. #hehehe

 

 


 

 

Kadang-kadang muncul juga pikiran liar. Kita tahu bahwa setiap orang pasti menghasilkan sampah. Untuk mengatasi sampah-sampah ini, muncullah profesi yang kita kenal sebagai tukang sampah.

 

Di masyarakat kita, banyak yang memandang tukang sampah itu sebagai profesi yang kurang baik. Bukan karena penghasilannya minim, melainkan juga karena tukang sampah itu berkutat dengan sampah. Sesuatu yang kotor. Sesuatu yang tidak suci.

 

Padahal, sesuai yang aku tulis di atas, setiap manusia menghasilkan sampah. Tapi ada yang menolak untuk bersinggungan dengan sampah dan karenanya terciptalah profesi tukang sampah. Coba bayangkan, apa jadinya bila di dunia ini nggak ada tukang sampah?

 

Jadi, menurutku kita harus menyesuaikan pandangan kita terhadap tukang sampah. Sebisa mungkin kita menjadi tukang sampah atas sampah yang kita hasilkan sendiri.

 

 

 

Cukup sekian artikel kali ini. Ini adalah sisi lain blusukan yang kerap aku jumpai... di mana-mana.

 

Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

 

Aamiin.

NIMBRUNG DI SINI