HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Soto Sinar Pagi vs Soto Terminal 1A

Kamis, 7 April 2016, 10:11 WIB

Ah, soto!

 

Soto! Soto! Soto!

 

Bicara tentang soto, aku jadi ingat. Pernah ada suatu tahun di mana berlaku moto everday is a soto day!. Tiada hari tanpa sarapan soto! Kalau perlu, kuah sotonya dibungkus, dibawa pulang buat disantap pas nanti malam. #senyum.lebar

 

Lha, gimana lagi? Langka ada warung soto yang buka malam! #hehehe

 

 

Di Yogyakarta, soto adalah makanan yang lazim disantap sebagai sarapan. Selain karena cita rasa kuahnya yang segar (dan tidak manis jadi bisa diterima sama lidah pendatang #hehehe), soto juga identik sebagai santapan yang murah-meriah. Cocok dengan dompet manusia yang berjiwa mahasiswa! #maksud?

 

Terutama, apabila mencari santapan yang mengandung komponen protein berupa daging.

 

Yah, ambil saja pembanding nasi gudeg dengan lauk suwiran ayam. Bila dibandingkan dengan harga semangkuk soto ayam kaki lima, umumnya lebih mahal nasi gudeg dengan lauk suwiran ayam kan?

 

 

Tapi, akhir-akhir ini, aku kok merasa kalau harga seporsi soto di Yogyakarta semakin hari kok semakin mahal ya?

 

Entah apa karena ini terpengaruh sisa-sisa efek meroketnya harga daging di awal tahun 2016 kemarin. Eh, ataukah mungkin karena aku belakangan ini sudah terbiasa masak sarapan sendiri? Yang mana, selembar uang hijau bisa buat beli bahan baku sop dan bertahan sampai seminggu. #ngirit #banget

 

Soto Medan di RM Sinar Pagi

Dari pengalamanku, semahal-mahalnya soto di Yogyakarta, sepertinya masih lebih mahal soto yang dijajakan di luar Jawa. Misalnya saja, soto Medan dari RM Sinar Pagi di Kota Medan. Di bulan September 2014 silam, seporsi soto plus nasi dihargai Rp25.000.

 

Buat ukuran orang Jogja, harga segitu itu tergolong kemahalan untuk seporsi soto. Tapi, nggak tahu apa komentarnya orang Jakarta dan Medan dengan harga soto yang segitu itu.

 

Soto andalan RM Sinar Pagi yang lokasinya di Jl. Sungai Deli no. 2 Kota Medan ini terkenal banget! Kalau di Jogja mungkin setara dengan Soto Kadipiro. Hanya saja, RM Sinar Pagi cuma punya satu cabang. Nggak seperti Soto Kadipiro yang cabangnya beranak-pinak. #hehehe  

 

 

Soto di RM Sinar Pagi ini terbagi ke dalam dua jenis, soto sapi dan soto ayam. Itu pun bisa dibagi lagi jadi soto daging atau soto jeroan.

 

Dari penampakannya, soto Sinar Pagi ini berbeda banget dengan soto di wilayah Jogja dan sekitarnya. Kuahnya berwarna kuning dan lumayan pekat. Selama ini, kalau aku makan soto kan seringnya kuahnya bening.

 

 

Pas kuahnya sudah disedot setengah piring, barulah kelihatan bahan-bahan yang menjadi komposisi soto Sinar Pagi ini. Yang dominan terlihat adalah potongan ayam yang besar-besar. Eh, ini karena aku pesannya soto ayam ya.

 

Sayang, selain daging ayam, nggak ada sayurnya. Kecambah dan cacahan kubis saja nggak ada kok!

 

Berhubung kuahnya ada campuran santan, soto Sinar Pagi ini terasa agak berat di perut. Biasanya, aku kalau pagi kan makannya sedikit. Tapi kalau dijadikan lauk bersantap di siang hari, menurutku lebih cocok.

 

 

Sebagai makanan penutup alias dessert, RM Sinar Pagi menyediakan agar-agar yang disajikan dalam gelas. Rasanya sih biasa saja, tapi lumayanlah buat menetralkan rasa di mulut.

 

Soto Ayam di Kafetaria Terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta

Tapi, seumur-umur lidahku berkancah di dunia per-soto-an, soto yang paling mahal tetap adalah soto yang dijual di salah satu kafetaria yang bercokol di Terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta. Eh, lupa aku nama kafetarianya apa. #hehehe

 

Ceritanya, di bulan Desember 2014 silam, dua orang kelaparan yang sedang menanti pesawat yang bakal membawa mereka kembali ke Jogja, akhirnya memutuskan untuk mengisi perut di salah satu kafetaria di Terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta.

 

Sebetulnya, aku sih sudah ngerti kalau harga segala macam benda yang dijual di kawasan bandara bisa dipastikan lebih mahal dari yang dijual di luar bandara.

 

Tapi, berhubung waktu itu anggaran konsumsi masih sisa sedikit, jadinya kami sekali-kali mencoba bersantap di terminal. Mumpung belum makan siang dan mumpung mampir di bandara Soekarno-Hatta.

 

Singkat cerita, inilah penampakan soto ayam plus nasi seharga total Rp50.000 itu. Untung harganya sudah termasuk pajak dan segala macam pungutan. #hehehe

 

 

Kalau diperhatikan, penampakan soto di kafetaria Terminal 1A ini serupa dengan soto Sinar Pagi di Medan sana. Kuahnya sama-sama kental ya. Yakni, sama-sama terbuat dari santan.

 

Walaupun penampilan kedua soto ini nyaris serupa. Tapi menurutku kedua soto ini berbeda jenis. Kalau soto Sinar Pagi beraliran Soto Medan. Sedangkan soto di kafetaria Terminal 1A ini beraliran Soto Betawi yang dimodifikasi (pakai daging ayam).

 


 

Jadi, itu cerita tentang dua soto yang seumur-umur aku rasa paling mahal se-Indonesia. Mungkin habis ini kalau aku mau makan soto, entah kaki lima atau nggak, aku bakal tanya harganya dulu, hahaha. #senyum.lebar

 

Eh, kalau suatu saat nanti aku ketemu soto yang seporsinya seharga selembar uang merah bergambar wajah proklamator republik tercinta, mungkin aku ya tetap bakal beli. Penasaran saja, seperti apa sih rasa soto mahal. #senyum.lebar

 

Oh iya, kalau bicara soto paling murah. Baru-baru ini pas aku bersepeda di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, aku masih ketemu warung yang menjual soto yang seporsinya seharga Rp2.000. Dari spanduknya, kelihatan kalau mangkoknya kecil. Lain kali lah aku sempatkan mampir ke sana.

 

Kalau Pembaca sendiri pernah makan soto yang satu porsinya dihargai paling mahal berapa? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI