HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Cerita KKN: Konflik Masak dan Makan

Sabtu, 12 Juli 2008, 23:48 WIB


Reza dan Reski sedang menyiapkan bumbu masak.

Makan merupakan suatu hal yang tidak bisa dilewatkan oleh setiap personil KKN Unit 80. Akan tetapi, LPPM (Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) UGM selaku penyelenggara kegiatan KKN menjatah Rp7.500 per hari untuk uang makan mahasiswa KKN. Jumlah yang sedikit sekali bukan?

 

Makanya, untuk menghemat uang makan setiap subunit memutuskan memasak sendiri. Satu minggu pertama merupakan masa-masa percobaan bagi setiap subunit untuk memasak sendiri makanan mereka.

 

Karena terbatasnya uang makan, maka makan hanya disediakan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan malam. Sedangkan untuk makan siang merupakan urusan pribadi karena menurut keputusan unit makan siang sifatnya opsional.

 

 

Demi menjamin kelayakan santapan #hehehe, setiap subunit menyerahkan tanggung-jawab masak-memasak pada para personil wanita. Sebagai gantinya, para personil pria digilir untuk berbelanja dan mencuci piring. Terdengar adil kan?

 

Jadi, setiap pagi dan malam hari, semua anggota Subunit 1 dan 3 berkumpul di Rumah Sentul untuk makan bersama. Sepintas, acara makan bersama merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan. Akan tetapi, dibalik itu semua ada keresahan yang menanti.

 

Para anggota wanita Subunit 1 merasa terlalu berat jika harus memasak pada pagi dan sore hari. Sebab mereka disibukkan dengan banyaknya pelaksanaan program KKN di waktu-waktu tersebut. Akibatnya, para wanita Subunit 1 memutuskan untuk mengatur sendiri masakan di subunit mereka. Jadi, tidak akan ada lagi acara makan bareng Subunit 1 dan 3.

 

 

Kejadian ini pun memicu reformasi pembagian tugas di Subunit 1 dan 3. Sebagai contoh, para personil pria Subunit 1 memutuskan menggantikan tugas personil wanita untuk memasak.

 

Subunit 3 pun kena getahnya dengan kejadian ini. Tugas belanja yang semula di-share dengan Subunit 1, kini murni menjadi tugas Subunit 3. Demikian pula dengan porsi anggaran belanjanya.

 

Aku juga merasa serba salah dengan kejadian ini. Soalnya, kejadian ini sedikit membuat jarak antara Teguh dan keluarganya. Bisa dipahami kalau Bu Tini selaku ibunya Teguh ingin agar anak sulungnya itu makan di Rumah Sentul bersama-sama. Akan tetapi, Teguh selaku komandan Subunit 1 tentunya harus berpegang teguh pada kebijakan makan yang ditetapkan di Subunit 1.

 

 

Ya karena masih dalam bingkai kegiatan KKN, yang penting adalah mensosialisasikan kejadian ini dengan Teguh dan keluarganya. Bukan semata-mata membatasi Teguh untuk pulang ke rumahnya sendiri.

 

Tentu kita semua ingin solusi yang terbaik. Akan tetapi, di mana-mana mencari jalan tengah itu yang tersulit dan tentu selalu ada yang mesti dikorbankan bukan? #senyum

 

Revisi...

Karena yang kemarin dulu itu ditulis dengan emosi dan pada saat pelaksanaan KKN #hehehe

NIMBRUNG DI SINI