HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Jembatan Bacem: 50 Tahun Setelah Tragedi Pembantaian

Senin, 5 Oktober 2015, 07:07 WIB

Pada siang hari itu, aku mirip orang hilang yang mondar-mandir menyusuri trotoar selebar kira-kira setengah meter di sisi Jembatan Bacem. Ada rasa ngeri saat berjalan kaki di sana. Nggak hanya karena ngeri terserempet kendaraan, tapi juga ngeri saat truk-truk besar lewat dan bikin jembatan bergoyang. #duh

 

Ah, tapi itu belum sebanding dengan kengerian yang terjadi di tempat ini... 50 tahun silam ....

 

Jembatan Bacem Penghubung Solo - Sukoharjo

Jembatan Bacem adalah jembatan kerangka baja (truss bridge) yang terletak di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Jembatan ini membentang di atas Sungai Bengawan Solo.

 

Sebetulnya, Jembatan Bacem itu terdiri dari dua jembatan. Jembatan yang berukuran lebih besar digunakan sebagai jalur satu arah dari Solo menuju Wonogiri. Sebaliknya, jembatan yang ukurannya lebih kecil digunakan sebagai jalur satu arah dari Wonogiri menuju Solo.

 

 

Sepintas Jembatan Bacem ini nggak ada istimewanya sama sekali. Akan tetapi, jika kita berada di jembatan kecil dari arah Wonogiri menuju Solo kemudian memandang ke sungai Bengawan Solo, kita akan melihat suatu pondasi tua Jembatan Bacem lama.

 

Pondasi tua itulah saksi bisu tragedi pembantaian massal yang pernah terjadi 50 tahun silam di tempat ini....

 

 

Tragedi Pasca G30S di Jembatan Bacem

Sebagai orang yang sempat merasakan pengaruh Orde Baru (manusia tua #hehehe), Partai Komunis Indonesia (PKI) seakan identik dengan peristiwa pembunuhan para petinggi Angkatan Darat. Kita akrab mengenalnya sebagai Gerakan 30 September (G30S).

 

Publik lantas dicekoki anggapan bahwa PKI itu kejam. Akan tetapi, setelah tumbangnya Orde Baru, perlahan-lahan terbukalah tabir, bahwasanya yang kejam ternyata nggak hanya PKI.

 

 

Oktober 1965 yang berlanjut hingga pertengahan tahun 1966 adalah masa-masa kelam sejarah bangsa Indonesia. Provinsi Jawa Tengah yang identik sebagai pusatnya PKI turut tercatat sebagai latar tempat sejarah kelam tersebut.

 

Kembali pada tahun 1965. Setelah kabar peristiwa G30S tersebar ke seantero nusantara, aksi pembersihan PKI pun merebak di mana-mana. Terutama karena didukung oleh Angkatan Darat.

 

Dalam "aksi pembersihan" ini orang-orang yang terlibat PKI diburu dan ditangkap. Termasuk juga mereka-mereka yang diduga terlibat.

 

Aksi pembersihan PKI ini pun nggak berhenti hanya sampai penangkapan. Umumnya, mereka yang ditangkap tak luput disiksa di dalam tahanan. Yang lebih mengerikan lagi, berujung pada aksi pembantaian massal. #sedih

 

 

Menurut penuturan para saksi mata, Jembatan Bacem adalah salah satu tempat eksekusi bagi para tahanan politik yang berasal dari wilayah Solo dan sekitarnya. Lewat pukul sepuluh malam suasana mulai mencekam. Terlebih ketika terdengar suara truk datang dan kemudian disusul rentetan tembakan.

 

Kala matahari menyingsing, tak jarang warga menjumpai pemandangan mayat yang mengapung di Bengawan Solo. Sesuatu hal yang pasti tak akan pernah terlupakan bagi mereka yang pernah menyaksikannya.

 

Pertanyaan yang Melandasi Pembantaian di Jembatan Bacem

Kenapa PKI punya Banyak Simpatisan di Jawa Tengah?

Karena pada saat itu masyarakat di Jawa Tengah umumnya berprofesi sebagai buruh dan petani. PKI menawarkan agenda-agenda yang memihak pada rakyat kecil agar berdaya dari penindasan. Maka dari itu PKI mendapatkan banyak dukungan.

 

Kenapa PKI Dibenci? Padahal PKI adalah partai terbesar di Indonesia saat itu.

Aku menduga, pada masa itu sejak awal kelompok masyarakat non-PKI sudah tidak suka terhadap PKI. Sebabnya, PKI menggunakan cara-cara yang tidak berkenan bagi pihak luar, seperti intimidasi dan provokasi. Terlebih selepas aksi pemberontakan PKI di Madiun.

 

Bagi Angkatan Darat, ideologi komunis sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sehingga berbahaya bagi stabilitas bangsa.

 

Kenapa Terjadi Pembantaian?

Karena situasinya mencekam! Banyak masyarakat yang tidak suka terhadap PKI. Masyarakat juga takut jika PKI melakukan pembunuhan seperti yang diisukan pada G30S. Selain itu, karena PKI identik dengan ateisme, banyak yang berkeyakinan pembantaian ini adalah bagian dari perang agama.

 

Pokoknya, masyarakat ingin agar Indonesia bisa bersih dari PKI. Pada saat itu, PKI merupakan partai yang punya pengaruh besar di Indonesia.

 

Jadi, pilihannya hanya ada dua, membunuh atau dibunuh. Kalau tidak membunuh, bisa dicurigai sebagai simpatisan PKI dan akhirnya malah jadi terbunuh. #sedih

 

Dalam melakukan aksi pembersihan PKI mayoritas penggeraknya adalah rakyat sipil. Ini juga yang diyakini menyebabkan terjadinya pembantaian. Seandainya tentara yang berperan aktif mungkin nggak separah ini.

 

 

Referensi berikut bisa disimak bila sekiranya paparan singkatku di atas kurang bisa memuaskan hasrat keingintahuan Pembaca akan peristiwa yang berkaitan dengan PKI.

 

Kasenda, Peter. 2015. Sarwo Edhie dan Tragedi 1965. Jakarta: Kompas.

Tempo. 2013. Pengakuan Algojo 1965 Investigasi Tempo Perihal Pembantaian 1965. Jakarta: Tempo Publishing.

Nadia, Ita F. 2007. Suara Perempuan Korban Tragedi 1965. Yogyakarta: Galangpress.

 

Jembatan Bacem di Masa Kini

Lima puluh tahun berlalu semenjak tragedi pembantaian massal. Pondasi Jembatan Bacem lama masih kokoh, diam membisu, berkawan dengan air sungai Bengawan Solo yang sedang surut.

 

Pondasi jembatan yang “bersejarah” ini seakan terlupakan oleh padatnya kendaraan yang melintas di atas Jembatan Bacem yang baru. Saksi bisu pembantaian warga sipil itu kini hanya dijenguk oleh warga yang melampiaskan hobi memancing. Tentu saja, mereka tak lagi khawatir kailnya tersangkut mayat. #hehehe

 

 

Pada tahun 2013, pernah diadakan acara nyadran (berziarah) di Jembatan Bacem. Penggagasnya adalah keluarga korban pembantaian massal. Sayangnya, pas aku ke sana pada tanggal 30 September 2015 itu sama sekali nggak menjumpai adanya kegiatan atau bekas orang nyadran.

 

Ah, mungkin nyadran yang seperti ini nggak bisa dilakukan rutin karena masih berkaitan dengan topik yang tergolong sensitif. Di dekat substruktur Jembatan Bacem baru aku lihat ada semacam monumen. Tapi sayangnya lagi, nggak ada penjelasan apa maksud dari monumen tersebut. Seorang warga yang aku tanyai pun nggak bisa memberi banyak keterangan, karena beliau belum lahir di tahun 1960-an.

 

 

Untuk ulasan lebih rinci mengenai sejarah pembantaian di Jembatan Bacem ini, Pembaca bisa menyimak video YouTube berikut.

 

 

Apa yang Bisa Dipetik dari Jembatan Bacem

Di artikel ini aku hanya ingin mengingatkan pada Pembaca bahwa pada suatu masa yang belum terlalu lampau, pembantaian massal pernah terjadi dan memakan korban hingga ratusan ribu jiwa.

 

Tentu, kita semua berharap tragedi pembantaian ini nggak akan pernah terulang kembali di bumi nusantara untuk selama-lamanya. Tapi kita juga harus waspada, karena dari beragam konflik yang mencuat dalam beberapa dekade terakhir, bangsa kita masih rawan melakukan aksi kekerasan massal. #sedih

 

Sekali lagi, semoga kita semua selalu mengedepankan nilai-nilai agama dan juga Pancasila dalam bertindak supaya tak ada nyawa yang menjadi korban.

 

Saat matahari mulai mantap bertengger di atas ubun-ubun, aku meninggalkan Jembatan Bacem sambil menahan getir. Bahwasanya, dahulu kala, terjadi pembantaian di sini yang semoga saja tidak lagi terulang kembali, dan terlebih di saat ini... JEMBATAN BACEM KOTOR BANGET SAMA SAMPAH! #jengkel

 

 

Pembaca pernah menapak-tilas tempat-tempat yang ada hubungannya dengan gerakan PKI?

NIMBRUNG DI SINI