HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Masjid Raya Baiturrahman Aceh dalam Bingkai 35 mm

Kamis, 17 September 2015, 09:37 WIB

Kalau menyinggung tentang masjid di Banda Aceh, yang pertama kali terbayang pastilah Masjid Raya Baiturrahman. Sepertinya, belum komplit singgah di Banda Aceh kalau belum mampir ke Masjid Raya Baiturrahman. Itu menurutku sih... #hehehe

 

Menurut catatan wikipedia sejarah, Masjid Raya Baiturrahman dibangun pada masa kesultanan Aceh, sekitar tahun 1612, oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam. Sampai sekarang, Masjid Raya Baiturrahman sudah mengalami banyak renovasi. Sejumlah peristiwa bersejarah seperti Perang Aceh dan juga bencana tsunami turut menyumbang kerusakan pada sejumlah arsitektur masjid. Alhasil, wujud Masjid Raya Baiturrahman saat ini bukanlah bentuk seperti saat pertama kali dibangun.

 

 

Alhamdulillah di hari Rabu (24/9/2014) yang lalu aku berkesempatan menunaikan salat Zuhur di Masjid Raya Baiturrahman. Sekalian saja toh aku manfaatkan momen ini untuk mengabadikan suasana Masjid Raya Baiturrahman. Semua foto yang aku potret ini menggunakan lensa prime Nikkor 35mm DX yang setara dengan lensa prime 50mm pada format full-frame.

 

Aaah... kapan ya Nikon merilis lensa prime 16mm DX atau 18mm DX...#ngelatur

 

 

Kesan pertamaku terhadap Masjid Raya Baiturrahman adalah ini masjid megah. Ruangan di dalam masjid sejuk karena hawa dingin AC. Pintu masuknya pun otomatis yang membuka-tutup dengan sendirinya. Yang seperti ini kadang bikin KGB, akronim Jawa ngawur dari Kagetan, Gumunan, dan Bingungan. #hehehe

 

Kalau aku sih lebih berselera sama masjid yang sederhana tanpa banyak sentuhan teknologi. Apalagi Masjid Raya Baiturrahman kan termasuk masjid bersejarah. Nuansa heritage-nya jadi kurang terasa gitu. Tapi ya kecanggihan ini kan untuk kenyamanan jamaah juga. Walaupun ya rasanya ... #pergulatan.batin

 

 

Tapi dibalik segala kemegahan dan kecanggihan itu, Masjid Raya Baiturrahman juga menyimpan potret warga Aceh yang bergelut dengan kerasnya hidup. Sepertinya, di mana-mana mereka selalu memadati tempat-tempat ibadah yang tersohor.

 

Seputaran masjid pun nggak luput dari para pedangan asongan. Para juru foto wisata juga terlihat memadati halaman masjid. Aku mengurungkan niat memotret mereka. Sebab, begitu tahu aku menenteng DSLR, rasanya sorot mata mereka menjadi sedikit “berbeda”, hehehe. #hehehe

 

 

Siang yang mendung itu pun berlalu dengan singkat di Masjid Raya Baiturrahman. Saatnya menjelajah tempat lain di Banda Aceh.

 

NIMBRUNG DI SINI