Konon katanya, eksistensi warung tegal (alias warteg) berawal dari tuntutan para pekerja dan kuli bangunan akan asupan gizi yang ekonomis pada awal masa pembangunan (sekitar tahun 1960-an). Dari yang semula terkonsentrasi di kota besar, saat ini warung tegal sudah nyebar sampai ke pelosok kecamatan. Salah satunya ada di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Entah gimana ceritanya, warung tegal yang ada di Ampel ini kemudian berevolusi menjadi rumah makan. Letaknya ada di pinggir jalan raya Solo – Semarang km 3. Persis di sebelahnya Gedung Haji Boyolali. Kalau Pembaca masih bingung, silakan hubungi nomor (0276) 331 176.
Fasilitas di warung tegal ini pun lebih komplit. Parkirannya luas, daya tampungnya puluhan orang, tersedia mushala, juga ada live music keroncong di dekat pintu masuk. Cocok banget deh jadi semacam rest area untuk para pelancong yang sekiranya berseliweran dari Solo, Salatiga, Boyolali, dan Semarang.
Begitu masuk ke dalam warung tegal, pengunjung dihadapkan pada papan besar bertuliskan daftar menu serba nasi. Contohnya nasi sop buntut, nasi bistik daging sapi sampai nasi telor dadar yang lazim dijumpai di warung tegal pada umumnya.
Sayangnya, kok nggak ada menu nasi abon ya? Padahal, daerah Ampel, Boyolali ini terkenal sebagai sentra abon sapi. Apa mungkin abon nggak nyambung sama khazanah kuliner Tegal ya? Ah, tau lah. #hehehe
Pada hari Minggu (10/5/2015) yang cerah itu aku memilih bersantap siang dengan menu nasi tumpang. Nasi tumpang itu sajian khasnya wilayah plat-AD. Wujudnya mirip nasi pecel. Bedanya, kuah yang menyiram sayur-sayuran rebus bukan terbuat dari kuah kacang, melainkan kuah santan tempe. Tempenya pun spesial karena yang dipakai tempe bosok alias tempe busuk. Tenang saja, meskipun tempenya sudah busuk tapi nggak bikin sakit perut kok. Enak malah, hehehe #hehehe.
Sebagai teman pendamping aku minta dua potong tahu dari sambal goreng. Sayangnya lagi ya itu, di sini ini nggak tersedia tempe dan tahu goreng. Padahal kalau mau makan ngirit dan bergizi kan lauknya tempe goreng dan tahu goreng toh? Hehehe #hehehe.
Yang sangat-sangat perlu diperhatikan adalah HARGA-nya. Sengaja aku cetak tebal supaya Pembaca yang ingin bersantap di sini nggak kaget pas membayar karena memang ya... di luar kewajaran harga makanan sejenis di wilayah Karesidenan Surakarta pada umumnya. Mungkin ya karena sudah berevolusi jadi rumah makan makanya harga-harganya juga ikut berevolusi? Hehehe #hehehe.
Nasi Pecel | Rp19.000 |
Nasi Sayur Tumpang Sambal Goreng | Rp19.000 |
Nasi Iso | Rp17.500 |
Teh Panas Manis | Rp3.000 |
Kerupuk | Rp1.000 |
Buat Pembaca yang sering hilir-mudik di Jalan Raya Solo – Semarang, kurang gaul kayaknya kalau belum pernah mampir di sini, hehehe #hehehe. Juga buat yang besok mudik lewat sini atau mungkin kampung halamannya di dekat sini silakan deh dicoba mampir. Dijamin, makan di warung tegal itu ngangenin. #senyum.lebar
dl jaman sekolah di solo langganan klo mudik
pasti mampir... Makannanya jos
“tegalan”, alias tanah kering di luar pemukiman
penduduk yg biasanya utk ditanami tanaman kebun
seperti jagung, lombok, kedelai dll. Jadi memang
bukan berasal dari warung Tegal (warung khas yg
dikelola oleh orang-orang dari Kab/kota Tegal)
Langganan saya adalah Soto Delik yang nggak jauh dari lokasi. Cuaca Ampel khasnya dingin, jadi saya lebih milih hidangan yang berkuah dan anget. Soto :D
ekspektasi saya ke berbagai warteg yang pernah
saya datangi. Kirain bakalan ada kursi panjang yang
ngelingkarin jejeran menunya. Wkwkwk.
btw rumah (ortu)ku lumayan dr situ :) 15 menit lah...
tidak ada yg murah di jalur utama tersebut..harganya diatas rata2 ya :(
lbh dikenal dg nama sambel lethok bkn sambel
goreng.
hampir jam 12 malam mampir tempat makan yg mirip banget sama ini tapi kayaknya bukan
ini
Tapi eh, harga yg disini mahal abis. Nasi Pecel 19k? Nasi Iso malah 17k?
Belum termasuk minum kan?
Maak, mahal euy. -_-
warteg lagi mas. Gak ada kursi panjangnya. Benar2
sudah jadi rumah makan alias resto. Lebih mirip
rumah makan padang ya..