HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Dari Merak ke Bakauheni di Atas Virgo 18

Jumat, 29 Mei 2015, 09:20 WIB

Indonesia itu negara kepulauan. Tapi, kalau seumur-umur aku cuma mendekam di Jogja thok, rasanya sulit membayangkan kalau Indonesia itu memang negara kepulauan.

 

Lha mau gimana lagi? Jogja memangnya punya pulau? Kalau onggokan batu karang gede-gede sih di Gunungkidul banyak! #hehehe 

 

Maka dari itu, pada hari Kamis (7/3/2015) yang lalu, sebelum aku memasuki terminal keberangkatan Pelabuhan Merak, Banten, aku puas-puaskan dulu deh menikmati pemandangan Pulau Merak dari tepi laut. Rasa-rasanya, dengan berenang saja bisa sampai itu ke Pulau Merak.

 

Eh, ini ceritanya aku sedang berusaha "menghayati" hidup di negara kepulauan ya! Hehehe. #hehehe

 

 

Sebagaimana lazimnya orang-orang yang pergi ke Pelabuhan Merak, di siang hari itu aku berencana menyebrang ke Lampung naik kapal ferry. Kapal ferry (atau kapal Ro-Ro) dengan tujuan Pelabuhan Bakauheni di Lampung berangkatnya dari Pelabuhan Merak. 

 

Namanya juga hidup di negara kepulauan. Jadinya ya harus dibiasakan hidup pindah-pindah pulau. Termasuk blusukan-nya ya juga pindah-pindah pulau. Ya kan? Hehehe #hehehe

 

 

Pada kesempatan kali ini, aku perginya seorang diri. Alasan utamanya sih biar bisa bebas keluar-masuk hutan tanpa perlu mengkhawatirkan keselamatan rekan seperjalanan #senyum.lebar. Akan tetapi, rencana hanya tinggal rencana. Sebab, mendadak aku bertugas “mengawal” Pak Sutikno agar beliau sampai di Pelabuhan Bakauheni, Lampung dengan selamat.

 

Lho? Siapa itu Pak Sutikno?

 

Pak Sutikno ini sebenernya sama seperti aku. Sama-sama baru pertama kali ke Lampung naik ferry dan sama-sama berasal dari Jogja. Ndilalah, beberapa jam yang lalu Gusti Allah SWT menakdirkan kami untuk saling berkenalan di dalam bus. Mungkin ini semacam pesan tak tersirat dari-Nya, agar aku lebih perhatian kepada kaum paruh baya. Hmmm...

 

 

Usai aku mengisi perbekalan di Indomaret, kami berdua pun lantas berjalan kaki menuju loket yang menjual tiket ferry. Tarif tiketnya Rp15.000 per orang. Tiketnya berbentuk kartu RFID gitu.

 

Menurutku, kalau kartu uang elektronik bisa dimanfaatkan sebagai tiket ferry sepertinya bakal lebih praktis. Kan pada zaman sekarang ini naik kereta dan naik bus bisa pakai kartu uang elektronik toh? Tinggal naik pesawat dan naik kapal saja yang belum, hehehe #hehehe.

 

 

Kapal ferry yang akan kami tumpangi bernama Virgo 18. Kapal ini dibuat di Jepang tahun 1990 silam (iya, ini kapal bekas #hehehe) dan mulai beroperasi di Indonesia saat musim lebaran 2014 lalu. Jadi ya boleh dibilang Virgo 18 ini kapal bekas tapi baru, hahaha #senyum.lebar.

 

 

Di atas ferry, setelah “mendekatkan” Pak Sutikno dengan para penumpang paruh baya yang lain, aku pun izin ke beliau untuk keliling motret-motret, hehehe #hehehe. Lumayan lah menghabiskan waktu 2,5 jam di atas Virgo 18 sambil motret-motret.

 

Bukankah waktu terasa cepat berlalu bila dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan ya? Buatku, motret itu menyenangkan, tapi beda kalau mesti dengan ngobrol sama bapak-bapak paruh baya, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Pukul 4 sore, Virgo 18 merapat di Pelabuhan Bakauheni. Aku pun berpisah dengan Pak Sutikno di gerbang kedatangan. Beliau masih menunggu salah satu anaknya dari Riau yang juga datang ke Lampung naik kapal. Sementara itu, aku "melarikan diri" ke salah satu bus ekonomi yang akan membawaku ke Terminal Rajabasa.

 

Pembaca pernah nyebrang naik ferry belum ya? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI