HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Legenda Nagabumi dalam Komik

Rabu, 20 Mei 2015, 10:14 WIB

Pas lagi beres-beres meja, aku nemu pensil 2B yang masih utuh. Habis itu iseng-iseng deh menapak-tilas hobi pas zaman sekolah dulu. Nggambar komik! Hahaha #senyum.lebar. Ternyata, gini-gini aku masih lumayan bisa nggambar juga #hehehe. Tapi jelek ya maklum, lha namanya juga hobi pas zaman sekolah.

 

Di komik ini aku mau mengisahkan legenda Nagabumi yang dalam bahasa londo disebut earth dragon (apaan sih?). Ini cerita rakyat yang asalnya dari pelosok Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Karena cerita rakyat nggak lepas dari fiksi, aku tambahkan bumbu imajinasiku di komik ini. Jadi, ceritanya nggak sama plek sama cerita aslinya. Ya sudah, jangan diperdebatkan, dinikmati saja, hahaha #senyum.lebar.

 

Alkisah, beratus-ratus tahun yang lalu di bumi Mataram, seorang jelata datang menghadap Panembahan Senopati (raja Mataram saat itu) dengan raut wajah yang ketakutan. Ia melaporkan bahwa desanya yang berada di pelosok Bantul (eh, dulu belum ada sebutan Bantul ya?) dilanda huru-hara akibat amukan Nagabumi.

 

 

Nagabumi adalah raja dari siluman ular alias masuk dalam golongan dhemit eselon pejabat. Ia bangkit dari tidur panjangnya dan kelaparan. Makanannya? Ya manusia dong! Penduduk desa dibuat kocar-kacir menghadapi ulah Nagabumi. Sebab, Nagabumi bisa muncul di sembarang tempat di tanah. Mantap juga ya skill-nya?

 

 

Ngerti kalau yang bikin ulah adalah dhemit level tinggi, Panembahan Senopati mengutus putranya yang bernama Raden Rangga untuk menumpas teror Nagabumi. Tanpa membuang-buang waktu, berangkatlah Raden Rangga disertai pasukan prajurit Mataram.

 

 

Pertarungan tak terelakkan pun terjadi. Raden Rangga dan Nagabumi bertarung selama 7 hari 7 malam. Dengan kerisnya Raden Rangga mengobrak-abrik tanah sehingga Nagabumi nggak punya tempat buat kabur. Benar-benar pertarungan yang sangat menguras tenaga kedua pihak.

 

 

Sampai akhirnya Nagabumi yang kelelahan melarikan diri dan bersembunyi di Gua Lawa yang mana diberi nama demikian karena gua ini tempat tinggalnya kelelawar (lawa). Kesempatan ini dipergunakan Raden Rangga untuk menyusun rencana pertarungan selanjutnya. Soalnya, nggak hanya Nagabumi yang kelelahan, tapi Raden Rangga sendiri juga sudah kecapekan bertarung mati-matian.

 

 

Berujarlah Raden Rangga kepada salah satu pengawalnya.

"Sementara aku bertarung dengan Nagabumi di dalam Gua Lawa, kalian tutup rapatlah muka gua. Jangan sampai seekor semut pun bisa lolos dari dalam sana. Kalau aku gagal menumpas Nagabumi, setidaknya aku akan mencegahnya keluar dari gua."

 

Pengawal Raden Rangga jelas terkejut sekaligus ngeri. Putra raja Mataram hendak mengorbankan dirinya demi mengalahkan Nagabumi. Tapi mereka semua sama-sama tahu, nggak ada cara lain untuk mengalahkan Nagabumi. Kalau gagal dibunuh ya diperangkap itu saja.

 

 

Di dalam Gua Lawa, pertarungan Raden Rangga dan Nagabumi pun berlanjut. Masing-masing pihak sama-sama mengerahkan tenaga terakhir mereka. Sementara itu, para prajurit Mataram dibantu oleh warga desa menutup muka Gua Lawa rapat-rapat dengan papan-papan kayu. Di salah satu sisinya, mereka buat pintu untuk jalan keluar Raden Rangga dari dalam gua.

 

 

Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan berlalu. Tahun demi tahun berlalu. Selama itu, pintu Gua Lawa masih tertutup rapat. Hanya sunyi yang terdengar dari dalam gua.

 

Sejak saat itu, Raden Rangga beserta Nagabumi tak pernah lagi menampakkan diri. Seakan keduanya lenyap ditelan bumi. Tak ada yang tahu nasib mereka karena tak ada yang berani melanggar perintah Raden Rangga untuk menutup rapat Gua Lawa. Desa pun kembali tentram atas pengorbanan Raden Rangga.

 

 

Selesai!

NIMBRUNG DI SINI