Aku mulai terbiasa dengan dinginnya hawa pagi Desa Kebondalem Kidul. Akan tetapi, pada hari Selasa pagi (8/7/2008) lalu tiupan angin membuat hawa pagi semakin dingin. Bahkan karena saking seringnya angin bertiup, kertas-kertas di pondokan sampai berhamburan ke mana-mana. Benar-benar kondisi cuaca yang aneh mengingat beberapa hari sebelumnya cuaca di pagi hari sungguhlah damai.
Karena cuaca yang berangin itu "ide gila"-ku lagi-lagi muncul. Dengan memberi Wulan upah beberapa bungkus es krim, aku menyuruhnya membeli layang-layang. Walau disertai keluhan #hehehe, syukurlah Wulan sukses menjalankan misi yang aku berikan. Ini adalah tahap pertama "ide gila" yang rencananya bakal kueksekusi nanti siang. #senyum.lebar
Pagi berganti menjadi siang. Sayangnya, kondisi cuaca siang itu berbeda sekali dengan pagi. Awan berduyun-duyun menutupi langit. Tiupan angin sama sekali absen. Alhasil, aku pun menunda "ide gila" bermain layang-layang, menunggu cuaca membaik. Karena cuaca yang aku harapkan nggak kunjung datang, aku pun salat Asar dulu.
Sepulang dari salat Asar di masjid, aku lihat Wulan dan Dita (Subunit 1) sedang bermain layang-layang. Mereka bermain bersama anak-anak desa. Melihat keceriaan mereka, jelas aku nggak mau ketinggalan! Aku dan Mas Ferry pun ikut nimbrung. #senyum.lebar
Pada sore hari itu, beberapa hal lucu terjadi tatkala kami bermain layang-layang. Layang-layang Mas Ferry tersangkut pohon. Layang-layangku malah terbang nggak kembali karena benangnya lepas.
Di antara anak-anak desa yang bermain layang-layang bersama kami, ada seorang anak perempuan tomboi bernama Ningsih. Dirinya pantas diberi gelar pemburu layang-layang. Dengan sigap Ningsih senantiasa mengejar layang-layang yang terlepas. Selain itu dirinya juga mahir membuat layang-layang.
Nggak hanya bermain layang-layang, anak-anak desa juga mengajak kami bermain gobak sodor. Seingatku, permainan tradisional ini terakhir kali aku mainkan saat masih SD. Kini, di usia yang menginjak dua puluhan aku kembali bermain gobak sodor. Tapi, kali ini lawannya anak-anak kecil, hehehe. #hehehe
Permainan gobak sodor itu terasa nggak imbang karena para anak kecil melawan para mahasiswa KKN. Supaya seimbang maka mahasiswa KKN dipisahkan jadi dua kelompok. Aku satu kelompok bersama Catur dan Mas Ferry. Kelompok yang satunya lagi beranggotakan Wulan dan Hamidah.
Ternyata bermain gobak sodor susah juga! Aku sering terkena sentuhan lawan. Mungkin karena lawanku adalah anak-anak yang notabene lebih gesit bergerak. #alasan #hehehe
Nggak terasa waktu bermain selesai. Skor akhir berimbang seri 2-2. Itupun dengan aturan main yang sudah direvisi Catur. Kalau aturan mainnya nggak direvisi bisa-bisa nanti para mahasiswa KKN yang menguasai permainan, hehehe. #hehehe
Ah, benar-benar hari yang melelahkan. Kapan lagi coba mahasiswa KKN bisa bermain bersama anak-anak desa. #senyum.lebar
Besok-besok lagi main bersama lagi ya! #senyum.lebar
NIMBRUNG DI SINI
-
#RIANSelasa, 5 Apr 2011, 14:31 WIBhahaha .lucu ...maenanku waktu kecil ..wkwkwkwhehehe
-
#PIIITTHASabtu, 12 Feb 2011, 14:30 WIBhaeeeeeeeeeeeeeeeee????????????????weee