HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Pulang ke Jakarta Tanpa Rencana

Senin, 26 Januari 2015, 08:15 WIB

Ada kalanya suatu perjalanan dilakukan tanpa didahului perencaan matang. Ya, tinggal ikuti saja ke mana takdir melangkah. Apalagi aku percaya kalau manusia itu tak ubahnya burung merpati. Mereka selalu punya jalan untuk pulang ke rumahnya.

 

Sabtu (21/1/2015), pukul setengah sembilan malam. Kereta api Senja Utama Yogya perlahan bertolak dari Stasiun Tugu Yogyakarta. Sebaris kursi bisnis yang bisa diduduki oleh dua penumpang, malam itu hanya dihuni oleh aku seorang. Suatu nikmat yang sungguh harus disyukuri, khususnya bagi penumpang kereta yang berniat tidur. #senyum.lebar

 

Tapi, baru beberapa menit menikmati baris kuris nan lenggang, aku pun berpindah ke kereta restorasi. Sepertinya perut butuh pengganjal agar berhenti berorkestra. Alhasil, seporsi nasi soto (Rp18.000) dan sebotol air mineral (Rp3.000) adalah santapan terbaik (dan terhemat) pada malam itu.

 

 

Delapan setengah jam kemudian, kereta api tiba dengan selamat di Stasiun Pasar Senen. Hari pun berganti, dari Sabtu menjadi Minggu (25/1/2015).

 

Setelah menunaikan salat Subuh di musala peron, aku beranjak keluar dari stasiun. Suasana yang cukup berbeda menyergapku. Suasana Stasiun Pasar Senen sudah banyak berubah sejak kunjungan pertama empat tahun silam. Alhasil, aku mendadak buta arah pada pagi yang masih buta.

 

Di tengah kebutaan arah itu, melangkahkan kaki mengikuti kata hati ternyata berbuah manis. Semanis kue-kue yang dijajakan di Pasar Kue Subuh Senen. Aku pun mampir,  membeli bekal kue-kue seharga total Rp10.000.

 

Pikirku, perjalanan setelah ini bakal lebih lancar jikalau perut sudah terisi. Eh ternyata, lima belas menit waktuku tersita mengitari halte Trans Jakarta Senen Central hanya demi menemukan letak pintu masuknya! #duh

 

 

Perbedaan yang cukup mencolok di Trans Jakarta  yang aku rasakan adalah penggunaan tiket elektronik. Untung senantiasa ada kartu e-Money di dompet. Alhasil, tak masalah lah dengan sistem tiket baru seperti ini.

 

Perjalanan menumpang TransJakarta bermula dari Halte Senen Central menuju Halte Harmoni. Dari Halte Harmoni dilanjut ke Halte Terminal Blok M. Seluruhnya berjalan lancar dan hanya butuh Rp2.000 untuk menempuh jarak belasan kilometer itu. #murah

 

Selepas dari Terminal Blok M, pilihan pulang ada dua, naik bus kota 610 atau berjalan kaki. Entah kenapa aku memilih pilihan kedua. Sekadar untuk mengenang masa lalu.

 

Dulu, zaman-zaman masih SD, Bapak dan Ibu sering mengajak aku dan Tiwul olahraga Minggu pagi dengan berjalan kaki dari rumah ke Blok M. Semata-mata hanya demi satu corong es krim Mc Donald’s seharga Rp500. Padahal, kalau dipikir-pikir jaraknya jauh juga untuk ukuran anak kecil.

 

 

Menyusuri jalan raya di selatan Blok M itu sedikit banyak membangkitkan kenangan masa lalu. Dulu, bangunan itu belum. Sekarang, bangunan ini masih ada.

 

Jakarta memang sudah banyak berubah. Rumah-rumah tua bersalin jadi gedung dan ruko. Yang tidak berubah tetap kondisi trotoar yang berantakan, kabel telepon serta listrik yang awut-awutan, serta minimnya ruang hijau.

 

Aku penasaran dengan wujud Pasar Blok A saat ini. Dengar-dengar proyek MRT bakal menggusur pasar tua tersebut.

 

Ternyata, Pasar Blok A masih berdiri utuh dan masih ada geliat aktivitas di sana. Hmmm, akankah kelak Pasar Blok A menghilang seperti  bioskop “syur” yang pernah bercokol di sana?

 

 

Perjalanan berlanjut ke daerah seputar rumah. Ada banyak rumah baru yang berdiri dan mayoritas difungsikan sebagai kos-kosan eksklusif.  Kabarnya tarif per bulannya menyentuh angka 2 juta rupiah lebih. Wow! Nikmat sekali (sepertinya) hidup jadi juragan kos-kosan ya?

 

 

Langkah kaki pun berakhir di gerbang rumah. Bel kutekan dan muncullah Bapak dari balik pintu dengan mimik speechless. Ya, aku kepulanganku kali ini memang tidak aku kabarkan sebelumnya.

 

“Kok kamu datang di waktu yang tepat Le?”, ujar Bapak sambil membukakan gerbang rumah

 

Aku cuma berjalan mengikuti kata hati. Entah ke mana takdir akan membawaku.

NIMBRUNG DI SINI