Di depan Indomaret Dieng Kulon itu aku berdiri. Orang-orang berlalu-lalang di sana-sini. Jalan raya juga mulai terpadati. Sementara itu, aku tetap di sini dan tidak beranjak pergi. Sampai akhirnya seorang mas-mas datang dan memperkenalkan diri.
“Masnya ini Mas Wijna ya? Saya Bejo Mas.”
Mas Bejo adalah pengurus homestay tempat aku akan menginap untuk semalam di Dieng. Kami berdua segera menyingkir dari keramaian, masuk kampung menuju lokasi homestay. Homestay ini punya nomor registrasi “42” dan bertempat di RW 01, RT 02, Desa Dieng Kulon, Banjarnegara.
Hanya butuh waktu sekitar 5 menit dari Indomaret Dieng Kulon untuk sampai di homestay. Di dalamnya, dua orang wanita sedang duduk di sofa sambil bercakap-cakap. Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki disusul temannya masuk dan ikut nimbrung percakapan kami.
“Ini sudah ada enam orang berarti sudah komplit semua ya Mas Bejo!” ujar wanita berjaket hijau yang duduk di sebelahku.
“Iya mbak. Eh, berarti mas-mas sama mbak-mbak ini baru saling kenal sekarang ini?” tanya Mas Bejo keheranan.
Mungkin ada baiknya aku cerita dulu bagaimana asal-muasalnya aku bisa menghuni homestay ini bareng mereka berlima. Sebelum aku kebagian tiket Dieng Culture Festival 2014, aku rajin memantau linimasa (timeline) Twitter @festivaldieng. Siapa tahu ada info mengenai homestay atau tiket yang di-cancel.
Pas waktu itu, Mas Lucca Yoga berkicau kalau dirinya nggak bisa hadir. Otomatis homestay yang dia tempati masih terbuka untuk 1 tamu lagi. Aku langsung kontak Mas Lucca Yoga dan dia menyarankan untuk menghubungi temannya yang bernama Dhe. Singkat cerita, homestay yang aku tempati ini ya bareng Dhe dan rekan-rekannya.
Eh ternyata, Dhe itu perempuan! Hahaha. Dirinya itu yang pakai jaket warna hijau. Dia ini datang jauh-jauh dari Lampung lho! Naiknya bus malam. Yang lebih kerennya lagi, Dhe ini memegang tiket kelas VVIP. Wueeeh... sugih duwid…
Sementara itu, empat orang yang lain awalnya aku pikir temannya Dhe. Eh ternyata mereka berempat dan Dhe juga baru saling kenal setibanya di homestay. Selidik punya selidik, keempat orang ini asalnya dari Jogja (wah tetanggaan dong kita). Lebih tepatnya, mereka ini perwakilan dari agen wisata yang berkantor di Sewon, Bantul.
Keempat orang ini adalah Wika, Irfan, Sam, dan Unda. Mereka berempat naik mobil dari Jogja yang dikemudian Sam. Awalnya mereka nggak punya rencana dateng ke Dieng Culture Festival 2014. Tapi kantor mendadak nyuruh mereka “jalan-jalan” dan terdamparlah mereka berempat di homestay ini. Alhasil, mereka berempat ini nggak punya tiket. Beruntung Dhe masih punya satu tiket VIP milik kawannya yang ternyata batal ikut serta.
Jadi ya, mereka lah teman-teman dadakan yang kelak menemaniku melewatkan acara Dieng Culture Festival 2014. Kalau dipikir-pikir, kami berenam itu kok ya mirip-mirip sama kelompok mahasiswa KKN ya? Hahaha. Wajah-wajahnya juga terlihat masih muda-muda kan? Hehehe. #hehehe
Tapi yang jelas pembaca mesti tahu, kalau... di antara... kami berenam itu... AKU YANG PALING TUA! #meratapi.nasib
Dhe itu kelahiran 1987. Wika, Irfan, dan Sam itu 1990. Unda 1993. Kalau aku sendiri silakan intip di halaman profil deh. #nangis
Agh, berapa pun umur kami, sepertinya aku harus percaya kalau memang betul bahwa travellers is never alone...
Pembaca masih menganggap saya muda kan!? Euh... maksudku, Pembaca juga berteman dengan yang muda-muda kan? #hehehe
Eh iya, tarif sewa homestay mas Bejo ini Rp600.000 untuk semalam. Ada tiga kamar dan satu kamar mandi dengan air panas. Muat diisi 10 orang lah. Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi Mas Bejo di nomor 0852 29694414.
Hallooo apa kabar Mas? Sudah sampai mana aja sekarang? Jadi inget 2 tahunan yang lalu yaa, kapan ya bisa mblusuk bareng lagi? :D
Yuk kita blusukan lagi! :D
wijna, jadi teringat sewaktu di dieng.
Makasih yo mas wijna ternyata foto ku gak
dicrops he he he. Kiding . . .
Eh, itu 600.000 per orang ato perkamar?
e haha ternyata puooll kayak di bromo haseehh hehe
sakitnya di sini pegangdengkul