HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kenangan Seafood Murah di RM Ma(r)i-Ma(r)i

Jumat, 3 Oktober 2014, 13:14 WIB

Di Kota Jogja, jelas ada beragam tempat makan yang menyajikan seafood alias hidangan laut. Tapi buatku, hanya Rumah Makan Mai-Mai yang lolos kategori tempat makan hidangan laut dengan suasana cozy, jarak lumayan dekat, dan berharga murah ala mahasiswa Jogja. #senyum.lebar

 

Rumah Makan Mai-Mai ini beralamat di Jl. Seturan, Desa Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Lokasinya persis di selatannya perempatan selokan mataram yang dijaga pohon besar. Parkirnya luas, baik untuk sepeda motor dan juga mobil.

 


Gambar pinjem dari putra-hasan.blogspot.com

 

Semua kebahagiaan ini bermula dari informasi kakak kost-nya si Pink. Saat itu, kami sedang kebingungan menentukan tempat makan hidangan laut. Rumah Makan Jimbaran jelas mahal. Pantai Depok kejauhan (30 km bok!). Sedangkan warung kaki lima ya... gitu deh. #hehehe

 

Oleh sebab itu, satu paket ikan bakar + pelecing + tempe + nasi satu bakul + minum yang dihargai Rp10.000 jelas-jelas adalah tawaran menarik yang sangat-tidak mungkin kami tolak untuk kantong yang pas-pasan. Benar katanya si Pink bahwa Tuhan senantiasa menyertai penghuni kos yang kelaparan. Hmmm...

 


Bisa makan ikan laut Rp10.000 siapa yang tidak tertarik?

 


Menu favorit kedua adalah kerang. Eh, tapi yang ini agak mahal sih.

 

Bayangkan! Di mana lagi coba ada rumah makan seafood semacam ini di Jogja? Rumah makan yang menawarkan paket hidangan seafood yang jelas-jelas-jelas sangat terjangkau oleh dompet mahasiswa. #senyum.lebar

 

Cobalah Pembaca renungkan sejenak. Mahasiswa itu paling jarang menyantap ikan karena umumnya harganya lebih mahal dibanding kombinasi serasi tahu-tempe-telor-terong (apalagi kalau pas tanggal tua #hehehe). Pilihan ikan pun paling banyak ya dari jenis air tawar semacam lele, nila, bawal, dkk. Alhasil, seafood itu termasuk makanan mewahnya mahasiswa. #senyum.lebar

 


Menu dengan harga miring ala mahasiswa.

 

Akan tetapi, kebahagiaan yang aku rasakan bertahun-tahun lamanya itu perlahan mulai sirna tatkala Rumah Makan Mai-Mai bersalin nama menjadi Rumah Makan Mari-Mari. Kabar yang beredar, tempat makan ini hendak diubah menjadi waralaba (franchise). Nama Mai-Mai (berasal dari bahasa Bali, Mai = Datang) yang semula dipakai ternyata telah terdaftar sebagai merk waralaba lain.

 

Perkara tentang bersalinnya nama, mungkin bukan penyebab tempat makan ini mulai kehilangan pamor. Naiknya biaya BBM dan tarif dasar listrik turut mendongkrak harga-harga sajian Rumah Makan Mari-Mari. Porsi pun terasa kian menyusut. Ikan memang nyaris berukuran sama, namun tidak untuk porsi tempe, plecing, nasi bakul, serta es teh. #sedih

 


Menu jenis paket yang selalu menarik hati karena sudah lengkap dengan nasi dan minuman.

 

Akhir kata, menjelang akhir 2013 silam, Rumah Makan Mari-Mari di Jl. Seturan tidak beroperasi alias tutup. Katanya sih mau renovasi dapur. Tapi kok ya sampai akhir tahun 2014 ini bangunannya masih terbengkalai? Doh! #sedih.banget

 

Cabang waralaba Rumah Makan Mari-Mari yang lain seperti di Jl. Pasar Kembang masih buka. Tapi buatku, hanya Rumah Makan Mari-Mari di Jl. Seturan lah yang otentik dari segi rasa, penyajian, dan suasana semenjak ia masih mengusung nama Mai-Mai.

 


Jadi kayak rumah hantu...

 

Nggak nyangka pokoknya kalau Rumah Makan Mari-Mari di Jl. Seturan itu gulung tikar. Soalnya tiap akhir pekan mesti pengunjungnya ramai banget. Tapi yah, mau bagaimana lagi? Dengar-dengar sih karena urusan manajemen. #hehehe

 

Pembaca kalau makan ikan laut di mana sih? Eh, Pembaca doyan ikan laut kan?

NIMBRUNG DI SINI