HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Review Kamera Poket Pemula: Nikon Coolpix S3500

Rabu, 16 Juli 2014, 11:32 WIB

Ada 3 benda berhuruf depan K yang tak bisa terpisahkan dari kehidupanku sehari-hari: komputer, kamera, dan kaos kaki. Oke... lupakan tentang kaos kaki... Sebab, sekarang aku mau cerita tentang kamera.

 

Di bulan Maret 2014 aku dapat kabar buruk. Aku mesti pisah ranjang dengan DSLR bututku untuk sementara waktu. Agar aku tidak mati gaya, terbesitlah ide untuk mencari pendamping lain. Yang aku maksud tentu kamera, bukan manusia. Sebab, untuk 3 benda berhuruf awal K yang kusebut di atas aku bisa mendadak khilaf.

 


Ini lho komponen DSLR yang rusak. Ada yang bisa menebak ini komponen apa?

 

Kamera Poket yang Tidak Neko-Neko

Sepulang kerja, mampirlah aku ke toko kamera di jalan Gejayan, Kota Jogja yang kini ganti nama jadi jalan Affandi. Niatku beli kamera dengan rentang harga satu jutaan rupiah sudah bulat. Itu mengalahkan bulatnya niat beli smartphone yang sampai detik ini masih belum terbeli.

 

Terus terang, sebenarnya sudah lama aku pingin punya kamera poket. Sebab, beberapa misi mensyaratkan selundupan kamera kecil nan ringkas. Apalagi, setelah beberapa tahun memakai DSLR, aku pingin tahu rasanya "turun kasta" memakai kamera poket. Kalau katanya orang, yang terpenting itu kan man behind the gun.  

 


Aaah... terkenang masa lalu pas baru mulai belajar motret pakai kamera digital.

 

“Mas, kalau kamera poket untuk pemula pilihannya ada apa saja?”

 

Pertanyaanku ke mas penjaga toko sepertinya sudah cukup meyakinkan dirinya bahwa aku mencari kamera jenis entry-level yang tidak neko-neko. Disodorkannya 3 jenis kamera ke atas etalase dan pada akhirnya terpilihlah Nikon Coolpix S3500 sebagai juara.

 

Alasan kemenangannya sederhana saja. Nikon Coolpix S3500 terasa lebih kokoh dengan body dari metal dengan paket memori 8 Gb, LCD guard, dan hard casing. Ketangguhan body menjadi pertimbangan utama karena aku lumayan kemproh pas motret. Meskipun demikian, harga yang mesti ditebus (Rp1.205.000) adalah yang termahal dari dua yang lain.

 


Jangan lupa, beli produk Nikon yang bergaransi resmi dari PT Alta Nikindo.

 

Nah, apakah ketangguhan body juga mencerminkan kualitas foto dan pengoperasiannya? Itu yang bakal aku cari tahu dengan tes di lapangan.

 

Segi pengoperasiannya tidak bermasalah buatku. Lha wong pengoperasian kamera poket kan ya seperti itu-itu saja. Apalagi aku sudah lama menganut Nikon, jadi sudah tidak asing dengan menu-menunya. Hanya saja, aku lebih suka menggunakan mode ‘Auto’. Istilah ini agak menipu. Sebab, di mode ‘Auto’ ini aku bisa lebih bebas mengatur ISO, kompensasi eksposur, dan metode fokus.

 


Tata letak tombol pengoperasian hampir sama untuk seluruh kamera saku.

 

Kualitas fotonya sendiri menurutku masih oke lah untuk ukuran kamera saku. Toh, aku nggak memakai resolusi penuh 20 MP tapi hanya 2 MP saja (1.600 x 1.200 piksel). Ngapain foto resolusi tinggi kalau cuma dipajang di blog? #hehehe

 

Lima Tes Kualitas Foto Nikon Coolpix S3500

Pengujian yang pertama dilakukan di luar ruangan. Di mana seringnya aku memotret pemandangan (landscape) dengan turut menyertakan langit yang biru. Hasil fotonya agak kurang menyenangkan karena Dynamic Range Nikon Coolpix S3500 ini kurang "kuat" untuk mempertahankan birunya langit dan cerahnya foreground. Bila diperhatikan, daerah foto yang cenderung gelap rawan menghasilkan noise

 


ISO-80, f/11, 1/250 detik, di panjang fokal 5 mm (setara 27 mm di full frame)

 

Setelahnya, mari kita pindah ke dalam rumah. Kebetulan, si Kaki Tiga sedang asyik bersantai di bawah hangatnya mentari. Sekarang, aku akan menguji hasil foto pada bukaan diafragma terlebar (f/3.5) dan panjang fokal terpendek (5 mm ~ setara 27 mm full frame). Pada setelan ini, biasanya sih hasil foto tidak terlalu bagus. Ternyata sebaliknya, hasil foto Nikon Coolpix S3500 terlihat bagus. Mungkin juga karena kondisi pemotretan lumayan terang.

 


ISO-80, f/3.5, 1/400 detik, di panjang fokal 5 mm (setara 27 mm di full frame)

 

Tes yang berikutnya adalah foto portrait. Setelan kamera diatur pada panjang fokal lensa maksimal dan bukaan diafragma terlebar. Pada Nikon Coolpix S3500 ini, panjang fokal maksimalnya adalah 27 mm (setara 189 mm full frame) dengan bukaan diafragma terlebarnya adalah f/6.4. Hasilnya cukup menyenangkan. Kualitas foto yang dihasilkan terbilang tajam pada area fokus.

 


ISO-80, f/6.4, 1/320 detik, di panjang fokal 27 mm (setara 189 mm di full frame)

 

Bukan sesuatu yang mengherankan bilamana kualitas foto terbaik dari kamera dihasilkan saat pencahayaan melimpah. Maka dari itu, seiring dengan bergulirnya siang menjadi malam, saatnya Nikon Coolpix S3500 diuji pada kondisi pemotretan minim cahaya. Dengan bantuan ISO 3.200 dan fitur peredam getar (Vibration Reduction), bukan hal yang rumit untuk menghasilkan foto bebas blur. Noise cukup terlihat, tetapi masih dalam batas toleransi.

 


ISO-3.200, f/3.5, 1/40 detik, di panjang fokal 5 mm (setara 27 mm di full frame)

 

Martabak asin nan hangat bukan alasan untuk absen di pengujian terakhir. Sebelum pulang ke rumah, Nikon Coolpix S3500 diuji untuk menghasilkan foto dengan teknik slow-speed. Tentu dengan setelan ISO rendah (80) sehingga kecepatan rana (shutter speed) bisa diperlambat selama mungkin. Sayangnya, kecepatan rana paling lambat hanya dibatasi maksimal 1 detik saja. Walaupun begitu, trail of light kendaraan yang melintas di seputar Tugu Pal Putih masih bisa terekam dengan baik.

 


ISO-80, f/3.9, 1 detik, di panjang fokal 7 mm (setara 41 mm di full frame)

 

Kesimpulan Pengujian Nikon Coolpix S3500

Banyak hal-hal menyenangkan kita jumpai saat menguji kualitas foto Nikon Coolpix S3500. Akan tetapi, aku merasa ada beberapa hal yang masih mengganjal. Tiga di antaranya sebagai berikut:

 

  1. Bukaan diafragma tetap (fixed) untuk setiap panjang fokal. Di panjang fokal 27 mm bukaan diafragmanya f/3.5. Ruang tajamnya (depth-of-field) setara dengan f/20 di format full frame. Artinya, objek di foreground dan background akan berada pada satu area fokus. Jadi, untuk membuat latar menjadi kabur (blur) harus menggunakan mode Makro.
  2. Apa yang tampak di layar LCD menganut paham what you see is what you get. Untuk kondisi pencahayaan yang amburadul, misalnya memotret di bawah pohon, hasil fotonya terkadang gelap dan kadang terang sekali. Alhasil, memotret pemandangan dengan tetap mempertahankan birunya langit adalah tantangan tersendiri.
  3. Kecepatan rananya (shutter speed) maksimal hanya 1 detik! Ini jadi halangan buat aku yang doyan motret slow-speed air terjun, hahaha.

 

Terlepas dari kekurangan yang dimiliki kamera ini, aku memberi nilai 80 dari 100 untuk Nikon Coolpix S3500. Walaupun tergolong kamera lawas, kualitas fotonya cukup mumpuni sebagai pemanis artikel blog. Apalagi, kamera ini juga memiliki kemampuan merekam video HDV 720p. Benar-benar piranti ringkas untuk dibawa traveling.

 

Jadi, untuk pembaca yang sedang mencari kamera poket pemula, bolehlah melirik Nikon Coolpix S3500 atau seri terbarunya S3600. Aku belum tahu seawet apa kamera ini ke depannya, tapi bukankah kita selalu punya bantuan jasanya Pak Tumijo? #eh

 

Jadi, kamera poket kepunyaan pembaca apa ya?

NIMBRUNG DI SINI