HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Balas Dendam di Nila Duri Lunak Mbah Juri

Minggu, 29 Juni 2014, 10:36 WIB

Harus diakui, sedikit sekali pilihan santapan ikan air tawar yang bisa kita jumpai di Jogja. Kalau nggak lele paling ya nila. Itu pun hampir selalu digoreng. Ya kan?

 

Jadi, saat Indomielezat ngajak bersantap ikan nila di Kulon Progo, awalnya aku pikir paling ya gitu-gitu aja. Tapi, saat dia bilang kalau ikan nilanya dimasak duri lunak, aku mulai tertarik. Biasanya kan hanya ikan bandeng yang dimasak duri lunak.

 


Penampakan seekor ikan nila yang disinyalir berduri lunak itu.

 

Tapi yang bikin semangat jadi menyurut itu pas tahu lokasi warungnya ada di dekat Sendang Sono. Jauh banget itu dari posisi kami berempat yang lagi di Curug Grojogan Sewu. Jaraknya ada sekitar 20-an km lah dan semata-mata ke sana hanya untuk ikan nila? Wew...

 

Tapi berhubung semua pada manutan alias iya-iya saja, jadilah kami berempat bermotor menempuh jarak 20-an km itu ke Sendang Sono. Rutenya lewat rute yang umum kalau mau ke Sendang Sono. Pokoknya dari perempatan Kenteng, Nanggulan atau perempatan Dekso, Kalibawang itu masih lurus terus ke arah barat sampai melewati ujung Selokan Mataram di Bendungan Karang Talun, Ancol.

 


Cuma ke Sendang Sono naik motor kok ya ngeluh? Padahal tahun 2011 silam, kami berempat pernah bersepeda kemari...

 

Nanti kan di ruas jalan raya itu bakal ketemu pertigaan, yang persis di depannya Kantor Desa Banjaroya. Di situ baru belok ke kiri arah ke Sendang Sono. Ada papan hijau petunjuk jalannya kok. Tapi jangan bablas sampai Sendang Sono, karena letak warungnya itu cuma sekitar 50 meter dari pertigaan.

 


Takut nyasar? Telepon Mbah Juri aja. #senyum.lebar

 

Nama warungnya itu meminjam nama si empunya warung, yaitu Warung Makan Mbah Juri. Letaknya di Dusun Slanden, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Kalau masih bingung arah, telepon aja gih ke nomor 081 327 207 681.

 

Di sana kami disambut oleh putrinya Mbah Juri. Setelah Indomielezat berbasa-basi barang sebentar, kami segera dipersilakan mengambil santapan yang diinginkan.

 

“Ambil langsung ke dapur saja ya!”, ajaknya.

 


Putri Mbah Juri sedang menyiapkan pesanan minuman kami.

 


Suasana dapur bersih Warung Makan Mbah Juri yang terbuka untuk pelanggan.

 

Dapurnya terbagi ke dalam dua bagian, dapur bersih dan dapur kotor. Di dapur bersih itulah kami berempat digiring menuju empat wajan besar. Dua wajan berisi nila yang dimasak duri lunak. Sementara dua yang lain berisi masakan ayam ungkep dan sayur tahu-kentang.

 


Ini ayam ungkep.

 


Yang ini sayur tahu-kentang.

 

“Yang nilanya masih banyak itu nila yang baru dimasak sehari. Yang ini yang sudah dua hari.”, ujar putri Mbah Juri sambil membuka penutup wajan berisi nila.

 

“Sekali masak ikan nila itu sekitar 10 kg untuk satu wajan. Kalau ayamnya sekitar 3 kg saja. Jenisnya ayam potong.”, jelasnya.

 


Ini nila duri lunak yang baru dimasak sehari. Satu wajan besar isinya banyak.

 

Cara masak nila agar durinya menjadi lunak ternyata menggunakan cara tradisional, bukan dengan panci presto. Nila dimasak selama dua hari agar durinya melunak. Tentu saja, bumbu-bumbunya bakal lebih meresap. Nyammm, terbit sudah air liur ini.

 

Sayang waktu itu kami tidak bertemu dengan Mbah Juri, sebab Mbah Juri Putri dan Kakung sedang menunaikan ibadah umrah. Subhanallah ya, rezeki dari warung sederhana ini bisa memberangkatkan mereka berdua ke tanah suci. Semoga selamat hingga sampai di tanah air lagi ya mbah!

 


Pembalasan dendam dimulai! #senyum.lebar

 

Oke deh, saatnya membalas dendam ke nila duri lunak ini, hahaha. Selama ini, kan kalau kita menyantap ikan nila pasti duri-durinya disingkirkan. Nah kali ini, kita kunyah saja durinya! Duri yang agak besar memang masih terasa menusuk mulut. Ayo kita balas siksaan itu dengan melumat durinya dan menelannya ke dalam lambung, hahaha!

 

Bahkan secara teori, karena semua bagian nila ini sudah melunak, kita bisa menyantap nila ini utuh-utuh tanpa menyisakan satu bagian pun! Wow! Kalau pembaca membalas dendam sampai tingkat ini, berhati-hati sajalah. Sebab sama saja dengan pembaca menyantap 1/4 kg ikan nila sendirian. Hasilnya jelas bikin wareg! Nyamleng pokoknya!

 


Lauknya kurang? Di sini tersedia lauk rumahan juga kok. Tinggal ambil aja. (terus bayar #hehehe)

 

Setelah puas membalaskan dendam perut yang bergejolak, saatnya kami membalas budi Warung Makan Mbah Juri yang sudah membuat kami kekenyangan. Tentu saja urusan administrasi #hehehe. Sepiring nasi + sayur + ikan nila dihargai Rp24.000. Kalau ikan nilanya kecil hanya Rp20.000. Untuk minumnya Rp3.000 per gelas.

 

Jangan samakan dengan santapan yang ada di mall lho. Walau mahal, tapi santapan ini kan kental dengan unsur dan budaya lokal. Apalagi rasanya memang nyamleng dan sudah terkenal hingga mana-mana. Sepadan lah ya.

 

Sesuai ungkapan londo, There is always room for dessert, kami tak bisa menolak ketika putri Mbah Juri menyodorkan buah rambutan yang baru saja dipetik dari halaman rumahnya. Gratis! Nyammm, manis sekali akhir dari perjalanan kami di hari Minggu (23/3/2014) ini.

 


Sudah hampir empat tahun ternyata.

 

Nah, kalau Pembaca kelaparan sehabis berkunjung ke Sendang Sono, tentu Pembaca tahu harus mampir ke mana kan? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI